Debat Lucu Sesama Ustadz Salafi Wahabi 😂😀 #Shorts

preview_player
Показать описание

Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un... telah berpulang ke Rahmatullah Ustadz Yazid jawaz semoga Allah SWT Ampuni segala dosanya.. kita tidak sependapat dengan fahamnya, tetapi kita tidak benci kepada orangnya.. kita tetap saudara dalam iman dan Islam..

bangitahchannel
Автор

Dari kecil smpe sekarng masih ingat cerita ttg Rasulullah Saw ketika ia sering memberikan sedekah kepada orng yahudi yang buta, bahkan Rasulullah Saw sendiri yg menyuapi lngsung kepda pengemis buta trsbt😊

AlanRukmana
Автор

Sholat atau tidak itu bukan urusan kita itu urusan nya dengan Allah kalau mau sidaqoh lilahitaala aja

muhamaddzkry
Автор

Mending memberi lah, yang penting kita beramal dengan ikhlas dan ketika kita ikhlas maka pemberian yang sedikit pun akan jadi besar dihadapan Allah SWT 🙂

Sadboy-xutt
Автор

Memberi niat untuk sedekah, bukan untuk menilai nya

dodol.
Автор

*”Aku Lebih Baik daripada Dia” (Imam Hanafi)*

PADA suatu hari, di hadapan Nabi Muhammad saw, para sahabat sedang memperbincangkan sahabat lainnya yang memiliki tingkat kesalehan lebih tinggi dari pada mereka. Nabi pada saat itu tidak memberikan komentar sedikitpun tentang sahabat yang saleh tersebut. Padahal, Nabi adalah sosok yang paling suka memuji kebaikan orang, meski sekecil apapun. Tiba-tiba datanglah seseorang, “inilah orang yang kami bicarakan, wahai Rasul Allah”, kata para sahabat. Nabi yang mulia berkata, “tetapi aku melihat bekas usapan setan di wajahnya”.

Orang itu setelah mengucapkan salam, kemudian duduk di majelis Nabi. Lalu Nabi mendekatinya dan bertanya; “Apakah setiap kamu masuk ke dalam kumpulan orang, kamu merasa bahwa kamulah yang paling baik dia ntara mereka?” Ia menjawab, “benar”.

Tidak lama kemudian orang “saleh” itu bangkit dan pergi salat ke masjid. Tanpa diduga Nabi bersabda: “Siapa yang akan membunuh orang itu?” Abu Bakar orang pertama yang menyatakan kesediaan untuk membunuhnya. Tetapi, sesaat kemudian Abu Bakar kembali sambil berkata: “Bagaimana mungkin saya membunuhnya, sementara ia sedang rukuk dengan sangat khusyuk”.

Ketika Nabi mengulangi pertanyaannya, Umar berdiri menuju orang tersebut. Ia juga kembali dengan mengajukan keberatan: “Tidak mungkin saya membunuhnya. Ia sedang meratakan dahinya di atas tanah, bersujud dengan sangat khidmat”. Hingga sampai pada giliran Ali untuk berdiri dan menuju ke masjid orang tersebut. Tetapi ia pun kembali dengan pedang yang bersih. Ali melaporkan bahwa orang tadi sudah tidak berada lagi di dalam masjid. Kemudian Nabi bersabda: “Jika kalian membunuh dia, umatku tidak akan terpecah setelah ini”.

Kisah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, lebih merupakan parable daripada makna harfiahnya. Nabi tidak mengajarkan kepada umatnya untuk membunuh orang yang sedang salat. Akan tetapi, Nabi mengajarkan kepada umatnya, untuk tidak terbuai oleh tingkat kesalehannya sendiri. Kesalehan dalam beragama bukanlah sebuah show business. Dengan kesalehannya, seseorang tidak lantas membusungkan dada di hadapan orang banyak. Tidak untuk menyebut-nyebut kesalehannya di hadapan orang lain.

Jauh sebelum peristiwa tersebut. Alkisah, suatu saat Nabi Musa AS diminta oleh Allah untuk mencari seseorang yang menurut Nabi Musa lebih baik dari pada dirinya. Setelah Nabi Musa mencari dengan bersusah payah, akhirnya Nabi Musa tidak menemukan orang itu. Karena selalu ada hal lain yang menjadikan orang itu lebih baik dari pada Musa. Karena gagal, Musa kemudian masuk ke tengah-tengah binatang. Dalam diri binatang pun Nabi selalu menemukan hal-hal yang lebih baik dari pada Nabi Musa. Sampai ahirnya Nabi Musa menemukan anjing yang buruk rupa, di sekujur tubuhnya penuh dengan kudis, sehingga bulu-bulunya berjatuhan. Akan tetapi, di tengah jalan Nabi Musa melepaskan anjing tersebut. Karena masih ada juga kelebihan dari padanya. Lalu kemudian Nabi Musa kembali menghadap Tuhan, sambil berkata: “Tuhan, aku tidak menemukan seorangpun yang aku lebih baik darinya”. Tuhan lalu berfirman: “Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, sekiranya kamu datang membawa seseorang yang kamu pikir, kamu lebih baik dari pada dia, maka Aku akan hapus namamu dari daftar kenabian”.

Sebuah sindiran yang luar biasa menusuk bagi siapa saja yang masih memiliki kedalaman iman. Kehebatan apa lagi yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa? Toh, ia ahirnya tunduk kepada kelebihan yang dimiliki oleh sesuatu di luar dirinya. Bahkan hewan sekalipun. Barangkali itu semua merupakan mitos atau legenda yang tidak perlu dijadikan dasar bagi kita, untuk melakukannya. Tapi drama eksakatologis antara iblis dengan Allah, ketika Adam akan diangkat menjadi khalifah di bumi, menjadi sangat penting untuk kita imani bersama.

Ana Khairun Minhu
Kata ana khairun minhu, atau “aku lebih baik dari pada dia” pertama kali diucapkan oleh iblis untuk menunjukkan kesombongannya, superiority complex, di hadapan Allah. Yaitu ketika iblis diminta oleh Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam AS, akan tetapi iblis menolak sembari berkata “Aku lebih baik dari pada dia. Kau ciptakan aku dari api, sementara Adam kau ciptakan dari tanah”.

Kesombongan ini, merupakan keangkuhan geneologis atau keturunan. Iblis merasa secara geneologis lebih baik dari pada Adam. Sehingga sering disebut sebagai rasialisme. Pada aras ini, ketika seseorang menyebut dirinya atau kelompoknya “lebih baik dari pada yang lain” adalah sama dengan apa yang dilakukan iblis yang mengakibatkan dia ”dilemparkan” dari surga.

Manifestasi dari sikap iblis ini, sangat banyak terlihat di lapangan. Misalnya dengan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi kelompok atau golongan tertentu untuk menduduki posisi-posisi strategis di wilayah publik, sekaligus memberikan proteksi yang seluas-luasnya pula bagi kelompok atau golongan lainnya yang tidak bukan bagian dari “keturunannya”.

Oleh sebab itu, Imam Al-Ghazali mewanti-wanti kepada kita semua, agar tidak terjebak pada dua jenis takabur, yaitu takabur dalam urusan agama dan takabur dalam urusan dunia. *Takabur dalam urusan agama dibagi lagi menjadi dua; takabur karena ilmu dan takabur karena amal.* Menurut Al-Ghazali, banyak ilmuan dan ulama yang terjebak pada sikap takabur. Apa indikasinya? Di antaranya ia merasa paling hebat, sehingga tidak mau mendengarkan orang yang lain. Pertama, ia merasa dirinya paling pintar dan merasa tidak memerlukan bantuan orang lain.

Kedua, takabur karena amal. Contoh paling sederhana adalah sebagaimana cerita pada masa sahabat di atas, yang menegaskan bahwa dirinya merasa lebih saleh daripada yang lain, merasa sudah paling sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga di luar itu adalah anti-Islam.

Takabur pada urusan dunia, kata Imam Al-Ghazali di antaranya disebabkan oleh kecantikan, kekayaan, keturunan sebagaimana yang diproklamirkan oleh iblis di atas, jabatan, dan banyaknya pengikut atau anak buah. Wallahu a’lam bi al-Showab.

fikrisaza
Автор

Ust.jawas ini mengajak orang menentang perintah Allah tapi dia tidak merasa menentang Allah karena tak pakai otak tapi pakai nafsu, pengemis disuruh puasa, sedangkan kadang mereka tak makan berhari² .st.jawas ini tak mengerti makna puasa yg sesungguhnya. Cocoknya ceramah di kebun binatang saja .karena dia seperti tidak pernah sekolah.

arkahdong
Автор

setiap orang dapat diambil perkataannya dan dapat di tolak, kecuali perkataan Rasulullah. itulah gunanya kita dilarang utk ghuluw kpd manusia. ust. yazid rahimahullah, semoga Allah menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi Allah.

DSatriaa
Автор

Memberi itu ga perlu orang itu sholat atau tidak, sekalipun orang itu berbeda keyakinan, kalau membutuhkan tdk ada masalah memberinya

dodon
Автор

"Dan kepada orang yg meminta-minta janganlah kamu menghardiknya"

QS Ad-Dhuha ayat 9-10

anaantum
Автор

Jawas tipe orang yg klo ada org kecelakaan nanyain agama nya apa sebelum nolong

alnop
Автор

Subhanallah, semoga yg edit video ini di bales dgn kebaikan dan di hisab dengan sesuai perbuatannya. Mohon jangan di potong vidio min, karena setiap kajian ada bab yg di bahas, dan pertanyaan yg di jawab, intinya yg namanya belajar itu dari awal sampe selsai. Bukan di ambil setengah2 kyk gini. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua

hermansyah
Автор

Kalo soal memberi Itu tergantung orangnya, Kalo yg tau kebaikan pasti ngasih tapi yg takut kemiskinan pasti gak ngasih

rizkimuhamadyusufsupratman
Автор

tangan yg memberi lebih mulia dr yg meminta...yg penting ikhlas sedekah itu amalan mulia

salinahdekna
Автор

Mau berbuat baik kok harus lihat agamanya, kayak Islam itu Rahmatan Lil Muslimin padahal Lil 'Alamin

RojerMonitor
Автор

Kalau di alquran yaah di beri aja . Pokok nya tulus aja ngasih nya . Terserah mau dia pake buat apa . Inti nya beri dengan ikhlas anggap sedekah .

fitryashyakilah
Автор

Allah kasih rejeki tidak pikir dia sholat atau tidak.

abdillahmalik
Автор

Berbuat baik koq itung2an wkwk

Edit : Malu sama nonis yang suka berbagi takjil dan makanan berbuka buasa ketika ramadhan, mereka gak mengharapkan kaum muslimin masuk agama mereka.

dzakizayyan
Автор

Sedekah itu baik dari pada pelit medit Bakhil Azdzab, krn rejeki itu titipan Tuhan di akhirat semua ada pertanggungjawaban . Allah Tuhan Maha Melihat Segala sesuatu Semua pasti akan ada balasanya Kunfayakun Malikiyaumidin Allahuakbar Laillahaillallah Alhamdulillahirobbil'alamin

bowosetumbu
Автор

"Tersenyumlah, karena senyumanmu adalah sedekah yang paling indah."😊

DakwahIslam