filmov
tv
Saat Soekarno Tumbang Soeharto Tolak Jadi Presiden, Setelah Diangkat Malah Menjabat Terlalu Lama

Показать описание
TRIBUN-VIDEO.COM - Kepemimpinan Soekarno sebagai Presiden Indonesia goyah dengan adanya gejolak aksi mahasiswa pasca-peristiwa gerakan 30 September 1956.
Soekarno meninggalkan Istana Negara menuju Istana Bogor karena kondisi keamanan yang kian tak kondusif.
Kala itu, Soekarno seharusnya mempimpin rapat kabinet di Istana Merdeka pada 11 Maret 1966 terkait kondisi negara yang sedang gonjang ganjing.
Di Istana Bogor, Soekarno kemudian didatangi oleh Brigjen Amirmachmud, Brigjen M Jusuf, dan Mayjen Basuki Rachmat.
Mereka melakukan pertemuan panjang di Istana Bogor, di mana peretemuan itu kemudian menghasilkan surat mandat yang diberikan Soekarno kepada Letjen Soeharto, selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Bermodalkan Supersemar, Soeharto tidak hanya memulihkan keamanan, tetapi juga secara perlahan mengambil alih kepemimpinan nasional.
Terkait kondisi negara yang kian tak kondusif, Soekarno sempat mengeluarkan pidato pembelaan yang dikenal dengan "Nawaksara".
Namun, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) menolak pidato pertanggungjawaban itu dan kekuasaan Soekarno sebagai presiden pun ditarik oleh MPRS.
Soekarno pun diberhentikan sebagai Presiden pada 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV MPRS.
Soeharto sebagai penerima Supersemar diangkat mengisi posisi Jabatan Presiden oleh MPRS sampai ada presiden yang terpilih dari hasil pemilihan umum.
Namun rupanya Soeharto sempat menolah Jabatan Presiden yang diembankan kepada dirinya.
Soeharto tak mau mejadi Jabatan Presiden karena secara emosional dia memiliki kedekatan dengan Soekarno, sosok pimpinan yang memberinya jabatan di militer.
Soeharto tak siap untuk merasa telah mengkhianati sosok penolongnya, dia juga tak ingin Soekarno menjadi lawan politiknya.
Namun di sisi lain, Soeharto tak bisa menerima PKI ada di Indonesia. Bahkan Soeharto sudah tiga kali meminta PKI untuk dibubarkan namun ditolak oleh Soekarno.
Menolak istilah Pejabat Presiden, Soeharto pun mengusulkan jabatan PD Presiden yang artinya pemangku jabatan presiden.
Namun usulan Soeharto mendapat penolakan dari mahasiswa dan sejumlah tokoh di MPRS.
Soeharto yang awalnya menolak kemudian menyetujui jabatan tersebut, dimana beberapa jam kemudian Soekarno langsung dicopot dari jabatannya sebagai presiden.
Soeharto yang dilantik pun mengucapkan sumpah, namun kala itu dia enggan mengucapkan kata-kata pejabat presiden.
Tapi siapa sangka, setahun kemudian Soeharto sendiri lah yang tiba-tiba meminta untuk diangkat sebagai Presiden Indonesia secara resmi.
Kala itu, Soeharto memberikan alasan bahwa Jepang sebagai negara yang akan memberikan pinjaman atau utang kepada Indonesia akan membatalkan kesepakatan jika Soeharto berstatus Pejabat Presiden.
Pada 27 Maret 1968 dalam Sidang Umum MPRS V, Soeharto akhirnya dilantik secara resmi sebagai Presiden RI ke dua menggantikan Soekarno.
Pelantikan tersebut sesungguhnya melanggar Tap MPRS No. XXXI-11/1967 yang menyatakan Soeharto diangkat menjadi pejabat presiden sampai pemilihan umum.
Soeharto yang awalnya menolah jabatan presiden, kemudian dirinya malah menjabat sebagai presiden terlali lama bagi Indonesia.
Soeharto yang pertama kali dilantik sebagai presiden pada 27 Maret 1968, pada 11 Maret 1998 Soeharto menjalani pelantikan sebagai presiden untuk kali ketujuh.
Namun beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatanya sebagai presiden.
Lengsernya Presiden yang sudah menjabat selama 32 tahun ini tidak terlepas dari pergerakan mahasiswa serta elemen masyarakat yang melawan rezim orde baru.
Pada 21 Mei 1998 pukul 09.00, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Ia menggelar pidato kenegaraan terakhir di credential room Istana Negara: "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998".
Soekarno meninggalkan Istana Negara menuju Istana Bogor karena kondisi keamanan yang kian tak kondusif.
Kala itu, Soekarno seharusnya mempimpin rapat kabinet di Istana Merdeka pada 11 Maret 1966 terkait kondisi negara yang sedang gonjang ganjing.
Di Istana Bogor, Soekarno kemudian didatangi oleh Brigjen Amirmachmud, Brigjen M Jusuf, dan Mayjen Basuki Rachmat.
Mereka melakukan pertemuan panjang di Istana Bogor, di mana peretemuan itu kemudian menghasilkan surat mandat yang diberikan Soekarno kepada Letjen Soeharto, selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Bermodalkan Supersemar, Soeharto tidak hanya memulihkan keamanan, tetapi juga secara perlahan mengambil alih kepemimpinan nasional.
Terkait kondisi negara yang kian tak kondusif, Soekarno sempat mengeluarkan pidato pembelaan yang dikenal dengan "Nawaksara".
Namun, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) menolak pidato pertanggungjawaban itu dan kekuasaan Soekarno sebagai presiden pun ditarik oleh MPRS.
Soekarno pun diberhentikan sebagai Presiden pada 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV MPRS.
Soeharto sebagai penerima Supersemar diangkat mengisi posisi Jabatan Presiden oleh MPRS sampai ada presiden yang terpilih dari hasil pemilihan umum.
Namun rupanya Soeharto sempat menolah Jabatan Presiden yang diembankan kepada dirinya.
Soeharto tak mau mejadi Jabatan Presiden karena secara emosional dia memiliki kedekatan dengan Soekarno, sosok pimpinan yang memberinya jabatan di militer.
Soeharto tak siap untuk merasa telah mengkhianati sosok penolongnya, dia juga tak ingin Soekarno menjadi lawan politiknya.
Namun di sisi lain, Soeharto tak bisa menerima PKI ada di Indonesia. Bahkan Soeharto sudah tiga kali meminta PKI untuk dibubarkan namun ditolak oleh Soekarno.
Menolak istilah Pejabat Presiden, Soeharto pun mengusulkan jabatan PD Presiden yang artinya pemangku jabatan presiden.
Namun usulan Soeharto mendapat penolakan dari mahasiswa dan sejumlah tokoh di MPRS.
Soeharto yang awalnya menolak kemudian menyetujui jabatan tersebut, dimana beberapa jam kemudian Soekarno langsung dicopot dari jabatannya sebagai presiden.
Soeharto yang dilantik pun mengucapkan sumpah, namun kala itu dia enggan mengucapkan kata-kata pejabat presiden.
Tapi siapa sangka, setahun kemudian Soeharto sendiri lah yang tiba-tiba meminta untuk diangkat sebagai Presiden Indonesia secara resmi.
Kala itu, Soeharto memberikan alasan bahwa Jepang sebagai negara yang akan memberikan pinjaman atau utang kepada Indonesia akan membatalkan kesepakatan jika Soeharto berstatus Pejabat Presiden.
Pada 27 Maret 1968 dalam Sidang Umum MPRS V, Soeharto akhirnya dilantik secara resmi sebagai Presiden RI ke dua menggantikan Soekarno.
Pelantikan tersebut sesungguhnya melanggar Tap MPRS No. XXXI-11/1967 yang menyatakan Soeharto diangkat menjadi pejabat presiden sampai pemilihan umum.
Soeharto yang awalnya menolah jabatan presiden, kemudian dirinya malah menjabat sebagai presiden terlali lama bagi Indonesia.
Soeharto yang pertama kali dilantik sebagai presiden pada 27 Maret 1968, pada 11 Maret 1998 Soeharto menjalani pelantikan sebagai presiden untuk kali ketujuh.
Namun beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatanya sebagai presiden.
Lengsernya Presiden yang sudah menjabat selama 32 tahun ini tidak terlepas dari pergerakan mahasiswa serta elemen masyarakat yang melawan rezim orde baru.
Pada 21 Mei 1998 pukul 09.00, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Ia menggelar pidato kenegaraan terakhir di credential room Istana Negara: "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998".
Комментарии