Tingkatan Kasta di India, Ada yang Haram Disentuh!

preview_player
Показать описание
Tingkatan kasta di India dari tertinggi hingga paling rendah.

Follow dan Like:

#kasta #india
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Berarti Dewa mereka gagal menjadi Tuhan, sungguh tidak maha adil.

enka
Автор

Islam hadir memperbaiki akhlak dan menghapus kasta

rungo-no
Автор

Maaf kasta saya di atas brahmana.
Saya diciptakan langsung oleh yg menciptakan para dewa.
Dan saya kasta tertinggi dimuka bumi.
Tapi kalian tenang saja...
Saya tidak gila hormat atau membeda2kan kasta.
Selagi kalian itu manusia maka kasta kita sama dan kita bersaudara ❤❤❤

AlexBikers-xz
Автор

DALAM AGAMA HINDU TIDAK DIKENAL ISTILAH KASTA

Oleh : Ardhana Wijaya Saputra

Di sini saya berbicara tentang agama Hindu, perihal penting yang harus diketahui dan diluruskan yaitu tentang kekeliruan Catur Warna dan Kasta. Agama Hindu sering dikaitkan dengan Kasta, padahal sesungguhnya Kasta tidak dikenal dalam ajaran Hindu, istilah Kasta yang selama ini dikenal dimasyarakat seperti Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra adalah bagian dari Catur Warna, bukan Kasta.

Dalam kitab suci Weda sama sekali tidak mengenal sistem Kasta dan tidak ada satu kalimat pun dalam Weda yang menulis kata Kasta. Catur Warna hanya didasarkan oleh kerja dan kualitas seseorang bukan berdasarkan kelahiran (keturunan) sebagaimana produk Kasta yang selama ini dilontarkan.

Kasta dalam Hindu merupakan kesalahpahaman berabad-abad. Walaupun didasari sebagai budaya salah kaprah, dan kekeliruan dalam penafsiran sistem Warna yang bersumber dari ajaran Weda, tetapi banyak pula yang berusaha untuk tetap melestarikan sistem Kasta ini dengan alasan melestarikan adat budaya dan agama, mereka mengungkapkan banyak alasan-alasan sebagai pembenaran.

Dalam Hindu tidak dikenal istilah "Kasta", itu penyimpangan (salah tafsir). Istilah yang termuat dalam kitab suci Weda adalah "Warna". Yang dimaksud dengan Warna adalah Catur Warna, yakni pembagian masyarakat menurut Swadarma (profesi) masing-masing orang. Berdasarkan pekerjaan bukan keturunan.

Ajaran Catur Warna dalam Hindu adalah menempatkan fungsi sosial seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Orang boleh memilih fungsi apa saja sesuai dengan kemampuannya. Fungsi sosial ini bisa berubah-ubah. Pada awalnya semua akan lahir sebagai Sudra (lahir dari rahim ibu). Setelah memperoleh ilmu yang sesuai dengan minatnya, dia bisa meningkatkan diri sebagai pedagang, bekerja di pemerintahan, atau menjadi rohaniawan. Fungsi sosial ini tidak bisa diwariskan dan hanya melekat pada diri orang itu saja. Kalau orang tuanya Brahmana, anaknya bisa Sudra atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula kalau orang tuanya Sudra, anaknya bisa saja Brahmana atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula dengan Ksatria dan Waisya. Itulah ajaran Catur Warna dalam Hindu.

Namun dalam penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran menjadi sistem Kasta, yang jauh berbeda dengan konsep Catur Warna. Penyimpangan ajaran Catur Warna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama Hindu dalam menuntun umat Hindu selanjutnya. Banyak kasus yang ditimbulkan akibat penyimpangan itu yang dampaknya benar-benar merusak citra agama Hindu sebagai agama sabda Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan agama tertua di dunia.

Di dalam masyarakat Hindu dikenal dengan adanya sistem Warna, yaitu suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem Warna dari agama Hindu ini sering diselewengkan oleh penguasa-penguasa feodal dan pengikut-pengikutnya untuk melanggengkan pengaruh politisnya dimasyarakat. Sistem Warna yang merupakan pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat seseorang berdasarkan keturunan. Ide dasar dari sistem ini, yaitu pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi dan keahlian, sering atau bahkan terabaikan sama sekali. Tingkatan-tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan Kasta.

Kasta ini berbeda dengan sistem Warna yang bersumber dari Weda, sistem Kasta yang sering tersamarkan dengan keberadaan sistem Warna ini, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Portugis yang berarti tembok pemisah. Yang berstruktur tinggi rendah (meninggikan dan merendahkan). Penerapan politik Devide Et Impera pada masa pendudukan Hindia-Belanda membuat sistem Kasta dalam masyarakat Hindu Bali menjadi semakin kuat dan bahkan menggeser pengertian sistem Warna yang asli.

"Kiranya perlu ditegaskan di sini bahwa kata "KASTA" tidaklah berasal dari bahasa Sanskerta (India) tetapi dari bahasa orang-orang Portugis "Casta" yang diambil dari bahasa latin "Castus". Yang ada sebenarnya dalam bahasa masyarakat Hindu menentukan golongan dalam masyarakat ialah kata "WARNA" yang berarti memilih dimana setiap orang berhak memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Dan lapangan pekerjaan inilah oleh masyarakat ditentukan apakah ia termasuk golongan Brahmana atau Ksatria atau Waisya ataukah Sudra."

Sistem Kasta manusia di buat oleh kaum penjajah untuk mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera). Di India Kasta mulai ada semenjak kedatangan Portugis (Kerajaan Goa, India jatuh ke tangan Portugis tahun 1511). Kemudian setelah itu istilah Kasta mulai diperkenalkan di India dan sejak itu para misionaris masuk menyebarkan Kristen di India dengan pola mempelintirkan sistem "Warna" di India menjadi sistem Kasta.

Sedangkan Kasta di Bali dimulai ketika Bali dipenuhi dengan kerajaan-kerajaan kecil dan Belanda datang mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera), Kasta dibuat dengan nama yang diambil dari ajaran Hindu, Catur Warna. Lama-lama orang Bali pun bingung, yang mana Kasta dan yang mana ajaran Catur Warna. Kesalahan-kesalahan itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu oleh mereka yang terlanjur "berkasta tinggi". Pada masyarakat Hindu di Bali terjadi polemik (pro dan kontra) dalam pemahaman Warna dan Kasta yang berkepanjangan.

Feodalisme dimasyarakat Hindu sendiri muncul dengan menyalah artikan konsep Catur Warna yang diungkapkan dalam kitab suci Weda. Weda sama sekali tidak mengenal sistem Kasta dan tidak ada satu kalimat pun dalam Weda yang menulis kata Kasta. Kasta lebih banyak dipergunakan sebagai alat politik tata negara agar kekuasaan bisa eksis dan langgeng dalam sistem monarki/kerajaan. Kasta berlaku pada zaman kerajaan dan semenjak negara kita berbentuk Republik "Kasta" seharusnya sudah tidak berlaku. Melainkan kembali kepada "Warna" sesuai ajaran Hindu.

Hindu Dresta Bali yang egaliter bukan yang menumbuhkan kembalinya spirit Feodalisme, Kasta mengagungkan diri sendiri dan lainnya. Biarlah itu menjadi bagian dari sisi gelap Bali di masa lampau. Sekarang jangan mau lagi dibodohi oleh sebagian oknum-oknum manusia yang mabuk akan Kasta, mengagungkan diri sendiri (menganggap diri sendiri berderajat tinggi dan menganggap yang lainnya berderajat rendah). Kasta itu berstruktur tinggi rendah (meninggikan dan merendahkan).

Kasta merupakan salah satu penyebab agama Hindu menjadi kerdil, padahal dalam Hindu tidak dikenal istilah Kasta. Kasta tidak ada dalam Weda dan karena pemahaman yang salah seolah-olah Hindu mengajarkan saling merendahkan antara sesama umat manusia. Inilah mengapa umat Hindu selalu tergerus oleh umat agama lain, terutama di India, Bali dan daerah lainnya di dunia. Kasta selalu dipakai senjata oleh umat agama lain untuk "mengkonversi" umat Hindu di manapun karena dianggap membeda-bedakan antara sesama umat manusia. Padahal sesungguhnya manusia itu sama dihadapan Tuhan.

Kalau kita mau jujur dan terbuka, sistem Kasta yang tidak adil ini bukan hanya bertentangan dengan falsafah negara Pancasila dan UUD 1945, tetapi sistem Kasta yang bukan merupakan sistem yang ada pada agama Hindu (kitab suci Weda), tentunya merupakan nista yang nantinya malah akan menodai nilai-nilai yang ada pada ajaran Hindu.

Persoalan yang kini menjadi masalah adalah jangan mengacaukan ajaran agama Hindu dengan menyimpangkan ajaran Catur Warna menjadi sistem Kasta. Kasta bukan bagian dari ajaran Hindu. Jangan samakan Catur Warna dengan Kasta. Kasta tidak sama dengan Catur Warna. Jangan ikut-ikutan mempelintir ajaran Veda, karena dalam Hindu tidak dikenal istilah Kasta. Kasta itu pembelokan dari Warna yang menempatkan atau penggolongan manusia berdasarkan pekerjaan, bukan keturunan. Tapi sistem Kasta dipertahankan yang merasa dapat keistimewaan dengan berbagai alasan. Sementara masyarakat awam memelihara juga dengan polos.

Kini saatnya umat Hindu harus sadar bahwa sebenarnya dalam Hindu tidak mengenal sistem Kasta, yang ada sebenarnya adalah Catur Warna. Sudah sepatutnya kita sebagai umat Hindu membuang jauh-jauh kata Kasta dari semua lilelatur buku yang ada, baik yang di dalam buku-buku pelajaran agama Hindu maupun buku-buku umum lainnya. Kita harus menyadari penyebutan Kasta itulah yang membuat sekat, pengkotaan yang dapat memecah belah umat, itu dulu yang dilakukan oleh kaum penjajah. Sekarang masa sudah zaman milenial, kita juga harus kembalikan ke yang sebenarnya. Umat Hindu harus membuka pengetahuan Weda agar tidak mudah dibodoh-bodohi. Saatnya generasi muda Hindu harus berani berbicara. Benar katakan benar. Salah katakan salah. Jangan takut mengungkapkan kebenaran (Dharma).

Jadi pembagian Catur Warna (Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra) ini tidaklah dimaksud untuk menentukan tinggi rendah derajatnya tetapi menurut kepentingan, fungsi dan kesanggupan golongan itu masing-masing. Pembagian ini sebenarnya tidak dimaksud mengagung-agungkan Brahmana atau merendahkan derajat Sudra hal ini hanya merupakan simbol belaka. berdasarkan pekerjaan bukan keturunan.

Menurut pandangan Hindu sesungguhnya semua manusia sama dihadapan Tuhan. Semua umat manusia bersaudara dalam kesetaraan (Vasudaiva Kutumbakam).
Keturunan juga bisa menjadi kebanggaan seseorang. Namun kebanggaan yang berlebihan akan menimbulkan keangkuhan. Kesombongan akan keturunan sehingga akan merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang yang mengagung-agungkan keturunan atau kebangsawanan sangatlah tidak baik, apalagi menganggap orang lain lebih rendah. Agama Hindu mengajarkan agar setiap orang saling menghormati dan saling menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan konsep Tat Twam Asi dan Vasudaiva Kutumbakam. Tuhan menilai seseorang bukan karena keturunan yang dinilai adalah Dharma bhakti dan yajnanya. Demikian pula yang terpenting adalah memiliki etika moral yang tinggi.

Satyam Eva Jayate.
Dharma Raksati Raksitah.

OM Shanti.

airlangga
Автор

Sebenernya di negara manapun pasti ada kasta2 begini, tapi cuman beda pergertian saja, misalnya orang yg lebih kaya akan di hormati dan di dengar omonganya,

kuwaci_org
Автор

kasta sepertinya hasil pemikiran manusia kasta tertinggi (yg diuntungkan dengan kasta) yang menginginkan kemuliaan, kekuasaan, kejayaan, kehormatan dirasakan secara turun temurun karena dibalut "AGAMA" agar dipercaya dan diyakini secara kasta terendahlah yg menjadi korban abadi yang harus merasakan derajat yang direndahkan, dihinakan, dianggap hina lebih hina dari kotoran secara turun LUAR BIASA KETIDAKADILAN DAN PENINDASAN ABADI KARENA DOKTRIN "AGAMA" YANG SANGAT MIRIS.

PaypalNitip
Автор

Masalah kasta ini sebenarnya ttg Warna, namun krna India masa lalu menganut sistem Monarkhi Absolut yg melekat kental dg kehidupan ber Agama - sosial - politik, maka jadilah Warna yv bergeser jadi Kasta sbg sbh keniscayaan soaial demi kepentingan. Dan hal ini juga terjadi di negara lain dg nuansa kehidupan sosial dan sebutan yg berbeda.😮😮

bagiartha
Автор

Sebenarnya di dalam Veda tidak ada mantra/sloka yang menyebutkan apalagi membahas kasta tapi yang ada catur Varna yang bertujuan untuk membedakan jenis pekerjaan seseorang tersebut jika ia pemuka agama maka ia disebut warna/wangsa brahmana.Begitu pula di India sebenarnya mereka tidak mengenal kasta tapi catur Varna akan tetapi pada saat india dijajah oleh portugis istilah catur varna diubah menjadi "Casta" dalam bahasa portugis kemudian masyarakat menyebut kasta, dan tuhan dalam agama hindu itu tidak ada membeda2 kan umatnya sistem catur varna bertujuan untuk membedakan profesi seseorang jadi sebaiknya saling menghargai sajalah, salam Rahayu

LuhWidiastri
Автор

Sesungguhnya Manusia itu derajadnya sama, dari Air mani yg hina yg memencar dari tulang sulbi laki-laki. 😢

Sahabat_Desa
Автор

Kalau kasta Dalit atau kasta terendah di larang beribadah, di kuil.berarti Tuhan orang India Pilih2 dalam menyembah dia.kalau begitu tuhan jangan menyalah kan kasta Dalit kalau ber buat jahat, Krn tuhan sendiri melarang Dalit untuk beribadah ke rumah nya.tuhan macam apa itu

MZAINIZaini-sfpt
Автор

Siapapun bisa masuk hindu tetap tidak semua nya berada di dalam kasta

Si_Fufufafa
Автор

Di islam tdk ada kasta, semua samadi mata allah. di islam cuman ada takdir atau di sebut qada dan qadar
Selagi kita berdoa kpd sang pencipta langit dan bumi takdir berubah
Kunfayakun

RoutFin-qizg
Автор

Dulu waktu masih sekolah gw belajar ginian, tentang kasta jaman duu.. Sekarang pas dewasa gw mikir, ngapain gw belajar ginian, ga ada gunanya.. Sekolah mengajarkan sesuatu yg ga berguna..

gemamoch
Автор

negara yg katanya pengen maju? kalo maju tau lah kasta mana yg diuntungkan...

pandabertanduk
Автор

Islam datang ke India dan tidak membedakan kasta..

fatimahcumilandfamily
Автор

Di india walaupun kaya sekaya apapun kalau berasal dari kasta dalit tetap di rendahkan oleh kasta tertingi walaupun miskin..

masridwan
Автор

Sekarang sudah berlaku di Indonesia berkasta tapi samar2 gak jelas pikir dan renungkan😂😂😂

ikajaki
Автор

Ini nenek moyang orang Pariaman ya😅..
Kasta terendah kata nya..
Paria man
Brasal dari suku paria di India..
Itu kita legenda sih😁😊

NenengNoviani
Автор

Jalan terbaiknya malah nikah sedarah supaya tidak terjadi benturan antarkasta

a_sr
Автор

manusia derajatnya sama di mata tuhan, ,menimbulkan ketimpangan sosial, ,,yg kaya makin kaya yg miskin makin miskin, ,,omg miris 😢

kokppoimp