Fakta Dibalik Berakhirnya Karir Militer Prabowo Subianto di TNI yang Jarang Terekspos

preview_player
Показать описание
Fakta Dibalik Berakhirnya Karir Militer Prabowo Subianto di TNI yang Jarang Terekspos

Ini sekelumit cerita tentang kisah berakhirnya karir militer Prabowo Subianto yang sempat melesat bak meteor. Saat ini mantan Danjen Kopassus tersebut sedang dipercaya Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.

Karir Prabowo sendiri di TNI berakhir ketika dia sudah menyandang pangkat bintang tiga atau Letnan Jenderal. Dikutip dari buku," Hari-hari Terpanjang, Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto dan Beberapa Peristiwa Terkait, " yang ditulis James Luhulima, karier militer Prabowo berakhir ketika selangkah lagi dia akan meraih bintang empat.

Tapi kasus penculikan para aktivis membuat karir Prabowo langsung terjun bebas. Prabowo pun diberhentikan dari dinas militer secara dini. Soal pemberhentiannya dari dinas kemiliteran pada tanggal 24 Agustus 1998, menurut Prabowo, itu dibuat seolah-olah merupakan keputusan yang didasarkan atas hasil penyelidikan DKP.

Padahal, kata dia, sesungguhnya keputusan itu diambil di kediaman mantan Presiden Soeharto, Jalan Cendana. Demikian juga dengan penggantiannya dari Panglima Kostrad menjadi Komandan Sekolah Staf Komando ABRI pada tanggal 25 Juni 1998.

Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, dalam bukunya Jejak Perlawanan Begawan Pejuang yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000, menceritakan bahwa malam hari setelah pengumuman, Prabowo menelepon dan memberi tahu akan disingkirkan.

”Saya dikhianati,” kata Prabowo kepada ayahnya.

"Oleh siapa?" tanya Soemitro.

"Papi enggak percaya kalau saya bilang, saya dikhianati oleh mertua. Dia bilang pada Wiranto, singkirkan saja Prabowo dari pasukan,” kata Prabowo lagi kepada ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo.

Tanggal 25 Juni 1998, tutur Soemitro dalam bukunya, Letjen Prabowo resmi dicopot dari kedudukannya sebagai Panglima Kostrad dan dikirim ke Bandung untuk menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak berapa lama, setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Militer (DKP), bahkan karier militer Prabowo diakhiri oleh Wiranto. Akhirnya Prabowo memutuskan untuk menjadi pengusaha di luar negeri guna menyusun hidup baru.

Sebelum berangkat, Prabowo sempat melapor kepada Pangab Jenderal Wiranto, dan kala itu Wiranto sempat berkomentar singkat, "Ya sudah, pergi saja ke uar. Tak apa-apa. Jauhkan pikiran kamu dari Mahmil.”

Prabowo menceritakan bahwa pada tanggal 22 Mei 1998, satu hari setelah Presiden Soeharto lengser keprabon, ia mendapatkan kabar dari asistennya bahwa seorang kolonel datang ke Markas Kostrad untuk mengambil pataka atau panji-panji Kostrad atas perintah KSAD Jenderal Subagyo Hadisiswoyo.

Prabowo kaget, karena dengan pengambilan pataka Kostrad itu berarti ia akan diganti. Prabowo pun segera menuju Markas Kostrad, dan menghubungi KSAD lewat telepon. Dalam pembicaraan melalui telepon itu, Jenderal Subagyo tidak bisa menjelaskan secara tuntas maksud dari pengambilan pataka itu.

Jenderal Subagyo kemudian meminta Prabowo datang ke kantornya untuk mendengarkan secara lengkap alasan pengambilan pataka itu. Namun, karena hubungan yang dekat dengan Presiden BJ Habibie, Prabowo memutuskan untuk tidak menemui KSAD, melainkan langsung bertemu Presiden Habibie untuk menanyakan duduk soalnya.

"Pak Habibie pernah meminta saya untuk langsung menemuinya apabila terjadi sesuatu. Itu sebabnya saya memutuskan untuk langsung menemuinya,” ujar Prabowo.
Рекомендации по теме