6 Hal yang Wajib Diketahui Sebelum Memutuskan Umrah Backpacker ke Tanah Suci

preview_player
Показать описание
TRIBUNTRAVEL.COM - Umrah menjadi salah satu pilihan bagi umat Muslim yang ingin ke Tanah Suci.

Tak seperti ibadah haji, umrah tidak menghabiskan waktu yang lama.

Meski begitu, umrah tetap membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Tak heran jika muncul istilah umrah backpacker, di mana jemaah tetap bisa beribadah umrah dengan biaya yang lebih terjangkau.

Elly Basri Lubis, salah satu penulis buku 'Umrah Backpacker: A to Z Berumrah Ala Backpacker' mengatakan, umrah secara backpacker bisa mendapatkan kesempatan tiket murah dan membawa barang yang sedikit.

Menurutnya, dalam umrah backpacker, jemaah juga bisa pergi sendiri ke Tanah Suci.

Bagi traveler yang berminat untuk umrah backpacker ke Tanah Suci, ada beberapa hal yang wajib traveler ketahui.

1. Mengurus visa

Tidak seperti negara lain, mengurus visa Arab Saudi tidak bisa dilakukan seorang diri.

Meski akan melakukan umrah backpacker, traveler tetap membutuhkan travel agent untuk membantu membuat visa umrah.

Meski begitu, traveler tetap menyiapkan dokumen jauh-jauh hari.

Biaya visa umrah umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu processing fee sebesar SAR 93,19 atau sekitar Rp 349 ribu, basic ground service SAR 105 atau sekitar Rp 394 ribu, dan goverment fee SAR 300 atau sekitar Rp 1,1 juta.

Tarif tersebut berlaku flat untuk mereka yang pernah maupun belum pernah umrah, karena visa progresif telah dihapuskan.

2. Bujet yang harus disiapkan

Dalam umrah reguler, biasanya jemaah umrah harus menyiapkan bujet sekitar Rp 20-27 juta.

Sementara itu, untuk umrah backpacker membutuhkan biaya sekitar Rp 8-10 juta.

Bujet untuk umrah backpacker tergantung dari harga tiket pesawat yang didapatkan jemaah umrah.

Selain itu, traveler juga bisa memilih penginapan yang agak jauh dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk mendapatkan tarif yang lebih miring.

3. Bisa berangkat kapan saja

Berbeda dengan umrah reguler yang sudah dijadwalkan, dalam umrah backpacker dapat menentukan jadwal sendiri.

Traveler bisa dengan bebas memilih kapan berangkat.

Selain itu, traveler juga bebas memilih akan menggunakan maskapai apa dan mendarat di mana.

Traveler bisa mendarat di Bandara Jeddah, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah lalu Mekkah.

Atau sebaliknya, Mekkah kemudian Madinah.

Pilihan lain, traveler bisa mendarat di Bandara Madinah kemudian lanjut ke Mekkah.

Atau tinggal beberapa hari di Madinah untuk kemudian memulai ibadah umrah ke Mekkah.

4. Tidak ada manasik

Manasik umrah merupakan latihan ibadah umrah sesuai dengan rukun yang ada.

Rukun umrah terdiri dari ihram (niat), tawaf mengeliling Ka'bah, sa'i (berlari kecil) dari Bukit Shafa dan Bukit Marwah, tahalul (memotong tiga helai rambut), dan tertib.

Manasik biasanya dijadwalkan travel agent sekitar satu minggu sebelum berangkat umrah.

Bagi traveler yang memilih umrah backpacker, maka traveler harus belajar sendiri tentang rukun umrah.

Selain itu, traveler juga harus mengetahui doa-doa yang dibaca saat melaksanakan rukun umrah.

5. Setelah mendarat di Arab Saudi

Umrah backpacker akan sedikit rumit lantaran aturan visa yang berbeda dari negara lain.

Saat mendarat di Bandara Jeddah atau Bandara Madinah, ada muasassah (orang yang mengeluarkan visa) menunggu di sana.

Bagi traveler yang tidak mengetahui aturannya, maka akan sedikit menyulitkan.

"Jadi sebenarnya bisa pergi sendiri cuma harus bisa menguasai medan dan memahami risikonya. Kalau semua lancar nggak masalah," jelasnya.

6. Umrah backpacker cukup berisiko

Berangkat umrah backpacker cukup berisiko, terutama jika jemaah jatuh sakit saat berada di Arab Saudi.

Terlebih jika sakit dalam waktu yang cukup lama hingga masa berlaku visa habis.

"Kalau dia (jemaah) sakit dan dirawat di sana lalu visa habis mau tidak mau harus ada yang tanggung jawab. Itu gunanya kalau pergi bersama komunitas," jelas Elly.

Jika tetap ingin umrah backpacker, solusinya traveler harus mencari travel agent yang bersedia mengurus visa tanpa harus mengambil paket di Arab Saudi.

Sementara untuk transportasi dan akomodasi, diurus oleh masing-masing jemaah.

Editor: Arif Setyabudi Santoso
Sumber: Tribun Travel

Рекомендации по теме