filmov
tv
10 ABK Hilang saat Berlayar dari Gresik ke Larantuka, Anna Percaya Suaminya Masih Hidup
Показать описание
10 ABK Hilang saat Berlayar dari Gresik ke Larantuka, Anna Percaya Suaminya Masih Hidup
Reporter: Willy Abraham | yul
Anna adalah istri Robby Dwi Premdi, satu dari sembilan anak buah kapal (ABK) TB Immanuuel WGSR 3 yang hilang bdi perairan Bima. Kedatangannya untuk mencari kejelasan keberadaan suaminya yang hilang saat berlayar dari Gresik menuju Larantuka sambil membawa foto suaminya semasa hidup.
"Saya minta suami saya ditemukan dalam kondisi apapun. Suami saya masih hidup," tangis wanita yang kerap disapa Anna.
Dia hanya bisa menangis, melihat lokasi perusahaan yang seperti gudang itu, tidak ada orang perusahaan yang menemui.
Anna hanya bisa memandangi foto suaminya dan meyakini, lelaki yang baru dinikahinya beberapa tahun lalu masih hidup.
Hanya itu yang bisa dilakukan wanita berusia 29 tahun ini agar tetap tegar menjalani hidup. Ia tidak ingin anaknya ikut sedih karena keberadaan suaminya tidak kunjung ditemukan.
"Saya yakin suami saya akan pulang menemui saya dan putrinya," ucapnya.
Salah satu keluarga korban mengaku kecewa atas sikap perusahaan yang tidak kooperatif. Pasalnya berita hilangnya awak kapal itu tidak didapatkan dari perusahaan, melainkan dari grup WhatsApp dan media sosial.
“Saya los kontak pada tanggal 30 Juli 2020. Kemudian pada tanggal 9 Agustus ada kabar kapal tenggelam. Namun tidak ada informasi yang lengkap siapa saja yang ada di kapal tersebut. Baru tanggal 10 Agustus, ada laporan yang lengkap beserta nama crew kapal. Dari sana, ia yakin jika kapal yang ditumpangi adalah anggota keluarganya yang hilang," ujar Amel.
Informasi yang diperolehnya tidak pernah utuh, dia pun bingung. Pihak perusahaan juga susah sekali untuk dihubungi.
"Kami mohon Basarnas agar melakukan pencarian lagi,” pungkasnya.
Pantauan di Lapangan, belasan orang dari keluarga korban kapal hilang mendatangi kantor perusahaan yang beralamat di Jalan Mayjen Sungkono, Kecamatan Kebomas, Gresik.
Namun tidak ada satupun pegawai yang bisa diminta keterangan. Keluarga korban hanya ditemui oleh satu orang satpam. Menurut penjaga keamanan itu, seluruh pegawai tidak ada di tempat karena mengurus kapal yang hilang.
“Soal itu saya tidak tahu apa-apa, saya cuman berjaga,” kata satpam perusahaan Jayadi saat ditemui di Kantor PT GSR.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar KSOP Gresik, Capt Masri T Randa Bunga menyebutkan, kapal TB Immanuel WGSR 3 tersebut sesuai data, terekam berangkat dari pelabuhan Gresik pada 22 Juli 2020 lalu menuju Larantuka, NTT.
Kemudian pada 6 Agustus 2020, pihaknya mendapatkan laporan jika kapal yang mengandeng tongkang itu hilang di perairan Bima NTB. Sampai saat ini petugas masih melakukan pendalaman atas hilangnya kapal pengangkut bahan bangunan itu.
Menurut Masri, sesuai laporan, kapal itu dikabarkan terputus dengan tongkang lalu terbakar. Namun tidak ada yang mengetahui peristiwa tersebut, sebab kejadian itu terjadi pada pukul 03.00 WIT.
Sedangkan tongkang yang terputus itu ditemukan oleh nelayan di Pulau Sarege, wilayah Likung Tangaya. Dua crew di tongkang yang selamat adalah Hamzah dan Lukman.
“Sepuluh crew yang ada di kapal hingga saat ini belum diketahui keberadaanya. Kami masih mengupayakan agar Basarnas kembali melakukan pencarian,” bebernya.
10 crew kapal yang hilang di laut itu identitasnya adalah Rustam Efendi (Nahkoda), Robby Dwi Premadi (Mualim 1), Ahmad Mahfutson (mualim 2), Ahmad Efendi (KKM), Denis Taditya Ermandra (Masinis II), Bayu Santoso (masinis III), Arief Damar Jumanto (Juru mudi), Rahmad Hermawan ( juru mudi), Sahir Juana (Juru mudi) dan Medy Yosua K Sllay (juru masak).
Hari ini merupakan hari ketujuh operasi SAR pencarian. (wil)
WEBSITE:
Instagram:
Facebook:
#hariansurya
#suryaonline
#jawatimur
#jatim
#gresik
#larantuka
#nelayan
#tongkang
Reporter: Willy Abraham | yul
Anna adalah istri Robby Dwi Premdi, satu dari sembilan anak buah kapal (ABK) TB Immanuuel WGSR 3 yang hilang bdi perairan Bima. Kedatangannya untuk mencari kejelasan keberadaan suaminya yang hilang saat berlayar dari Gresik menuju Larantuka sambil membawa foto suaminya semasa hidup.
"Saya minta suami saya ditemukan dalam kondisi apapun. Suami saya masih hidup," tangis wanita yang kerap disapa Anna.
Dia hanya bisa menangis, melihat lokasi perusahaan yang seperti gudang itu, tidak ada orang perusahaan yang menemui.
Anna hanya bisa memandangi foto suaminya dan meyakini, lelaki yang baru dinikahinya beberapa tahun lalu masih hidup.
Hanya itu yang bisa dilakukan wanita berusia 29 tahun ini agar tetap tegar menjalani hidup. Ia tidak ingin anaknya ikut sedih karena keberadaan suaminya tidak kunjung ditemukan.
"Saya yakin suami saya akan pulang menemui saya dan putrinya," ucapnya.
Salah satu keluarga korban mengaku kecewa atas sikap perusahaan yang tidak kooperatif. Pasalnya berita hilangnya awak kapal itu tidak didapatkan dari perusahaan, melainkan dari grup WhatsApp dan media sosial.
“Saya los kontak pada tanggal 30 Juli 2020. Kemudian pada tanggal 9 Agustus ada kabar kapal tenggelam. Namun tidak ada informasi yang lengkap siapa saja yang ada di kapal tersebut. Baru tanggal 10 Agustus, ada laporan yang lengkap beserta nama crew kapal. Dari sana, ia yakin jika kapal yang ditumpangi adalah anggota keluarganya yang hilang," ujar Amel.
Informasi yang diperolehnya tidak pernah utuh, dia pun bingung. Pihak perusahaan juga susah sekali untuk dihubungi.
"Kami mohon Basarnas agar melakukan pencarian lagi,” pungkasnya.
Pantauan di Lapangan, belasan orang dari keluarga korban kapal hilang mendatangi kantor perusahaan yang beralamat di Jalan Mayjen Sungkono, Kecamatan Kebomas, Gresik.
Namun tidak ada satupun pegawai yang bisa diminta keterangan. Keluarga korban hanya ditemui oleh satu orang satpam. Menurut penjaga keamanan itu, seluruh pegawai tidak ada di tempat karena mengurus kapal yang hilang.
“Soal itu saya tidak tahu apa-apa, saya cuman berjaga,” kata satpam perusahaan Jayadi saat ditemui di Kantor PT GSR.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar KSOP Gresik, Capt Masri T Randa Bunga menyebutkan, kapal TB Immanuel WGSR 3 tersebut sesuai data, terekam berangkat dari pelabuhan Gresik pada 22 Juli 2020 lalu menuju Larantuka, NTT.
Kemudian pada 6 Agustus 2020, pihaknya mendapatkan laporan jika kapal yang mengandeng tongkang itu hilang di perairan Bima NTB. Sampai saat ini petugas masih melakukan pendalaman atas hilangnya kapal pengangkut bahan bangunan itu.
Menurut Masri, sesuai laporan, kapal itu dikabarkan terputus dengan tongkang lalu terbakar. Namun tidak ada yang mengetahui peristiwa tersebut, sebab kejadian itu terjadi pada pukul 03.00 WIT.
Sedangkan tongkang yang terputus itu ditemukan oleh nelayan di Pulau Sarege, wilayah Likung Tangaya. Dua crew di tongkang yang selamat adalah Hamzah dan Lukman.
“Sepuluh crew yang ada di kapal hingga saat ini belum diketahui keberadaanya. Kami masih mengupayakan agar Basarnas kembali melakukan pencarian,” bebernya.
10 crew kapal yang hilang di laut itu identitasnya adalah Rustam Efendi (Nahkoda), Robby Dwi Premadi (Mualim 1), Ahmad Mahfutson (mualim 2), Ahmad Efendi (KKM), Denis Taditya Ermandra (Masinis II), Bayu Santoso (masinis III), Arief Damar Jumanto (Juru mudi), Rahmad Hermawan ( juru mudi), Sahir Juana (Juru mudi) dan Medy Yosua K Sllay (juru masak).
Hari ini merupakan hari ketujuh operasi SAR pencarian. (wil)
WEBSITE:
Instagram:
Facebook:
#hariansurya
#suryaonline
#jawatimur
#jatim
#gresik
#larantuka
#nelayan
#tongkang
Комментарии