Fakta Tentang Dalit Istilah Kasta Terendah di India

preview_player
Показать описание
Sistem kasta India adalah salah satu bentuk pengelompokan sosial tertua di dunia yang bertahan. Sistem kasta
ini mengkategorikan orang Hindu sejak lahir, mendefinisikan tempat mereka dalam masyarakat, pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan dan siapa yang dapat mereka nikahi. Sistem kasta membagi umat Hindu menjadi empat kategori utama yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Banyak yang percaya bahwa kelompok-kelompok kasta berasal dari Brahma,
Dewa Penciptaan Hindu.

Untuk mengetahui kisah lengkapnya saksikan video berikut.

Riset oleh Hanny Nur Fadhilah
Video dan narator oleh Silvia Triyanti Luis
Editor oleh Aga Akbel---
Jangan lupa like, comment, dan subscribe di channel ini!
===========================================

.

Social media:

Redaksi:
Gedung Grid Network
Perkantoran Kompas Gramedia
Jl. Gelora VII RT.2/RW.2
Kelurahan Gelora
Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat 10270
Telepon: 021-5309699/021-5369799

Advertising:
Gedung GRID NETWORK
Perkantoran Kompas Gramedia, Lantai 4
Jl. Gelora VII RT.2/RW.2
Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang
Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10270
Marketing Communication: (021) 5330150/70
Berlangganan: (021) 5306263
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Aku punya teman sekelas 3 orang dari Bali dengan berbeda kasta. Ketiga teman tadi tidak pernah saling bicara karena perbedaan kasta, mereka lebih suka bicara teman yang tidak memiliki kasta.

nebulacrab
Автор

Nat GEO Terima kasih telah mempertebal kata "Kasta India". Wahai teman2 dengerin nih "Kasta India" bukan "kasta Hindu" jadi jangan lagi ada yang memperolok2 agama Hindu. Dan juga negara India karena sesungguhnya justru terima kasih kepada negara India telah berani menghapus sistem ini dalam ketatanegaraan mereka, tinggal masyarakat nya saja yang harus mengakui hukum negara.

wothappen
Автор

Di sini memang da ug sistem kasta, tetapi orang dari kasta terendah bisa saja naik kelas menjadi kasta lebih tinggi. Setiap orang dinegeri kita bisa mengakses pendidikan, kesehatan dan pekerjaan yg setara...

lukmanazzauhary
Автор

DALAM AGAMA HINDU TIDAK DIKENAL ISTILAH KASTA

Oleh : Ardhana Wijaya Saputra

Di sini saya berbicara tentang agama Hindu, perihal penting yang harus diketahui dan diluruskan yaitu tentang kekeliruan Catur Warna dan Kasta. Agama Hindu sering dikaitkan dengan Kasta, padahal sesungguhnya Kasta tidak dikenal dalam ajaran Hindu, istilah Kasta yang selama ini dikenal dimasyarakat seperti Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra adalah bagian dari Catur Warna, bukan Kasta.

Dalam kitab suci Weda sama sekali tidak mengenal sistem Kasta dan tidak ada satu kalimat pun dalam Weda yang menulis kata Kasta. Catur Warna hanya didasarkan oleh kerja dan kualitas seseorang bukan berdasarkan kelahiran (keturunan) sebagaimana produk Kasta yang selama ini dilontarkan.

Kasta dalam Hindu merupakan kesalahpahaman berabad-abad. Walaupun didasari sebagai budaya salah kaprah, dan kekeliruan dalam penafsiran sistem Warna yang bersumber dari ajaran Weda, tetapi banyak pula yang berusaha untuk tetap melestarikan sistem Kasta ini dengan alasan melestarikan adat budaya dan agama, mereka mengungkapkan banyak alasan-alasan sebagai pembenaran.

Dalam Hindu tidak dikenal istilah "Kasta", itu penyimpangan (salah tafsir). Istilah yang termuat dalam kitab suci Weda adalah "Warna". Yang dimaksud dengan Warna adalah Catur Warna, yakni pembagian masyarakat menurut Swadarma (profesi) masing-masing orang. Berdasarkan pekerjaan bukan keturunan.

Ajaran Catur Warna dalam Hindu adalah menempatkan fungsi sosial seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Orang boleh memilih fungsi apa saja sesuai dengan kemampuannya. Fungsi sosial ini bisa berubah-ubah. Pada awalnya semua akan lahir sebagai Sudra (lahir dari rahim ibu). Setelah memperoleh ilmu yang sesuai dengan minatnya, dia bisa meningkatkan diri sebagai pedagang, bekerja di pemerintahan, atau menjadi rohaniawan. Fungsi sosial ini tidak bisa diwariskan dan hanya melekat pada diri orang itu saja. Kalau orang tuanya Brahmana, anaknya bisa Sudra atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula kalau orang tuanya Sudra, anaknya bisa saja Brahmana atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula dengan Ksatria dan Waisya. Itulah ajaran Catur Warna dalam Hindu.

Namun dalam penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran menjadi sistem Kasta, yang jauh berbeda dengan konsep Catur Warna. Penyimpangan ajaran Catur Warna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama Hindu dalam menuntun umat Hindu selanjutnya. Banyak kasus yang ditimbulkan akibat penyimpangan itu yang dampaknya benar-benar merusak citra agama Hindu sebagai agama sabda Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan agama tertua di dunia.

Di dalam masyarakat Hindu dikenal dengan adanya sistem Warna, yaitu suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem Warna dari agama Hindu ini sering diselewengkan oleh penguasa-penguasa feodal dan pengikut-pengikutnya untuk melanggengkan pengaruh politisnya dimasyarakat. Sistem Warna yang merupakan pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat seseorang berdasarkan keturunan. Ide dasar dari sistem ini, yaitu pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi dan keahlian, sering atau bahkan terabaikan sama sekali. Tingkatan-tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan Kasta.

Kasta ini berbeda dengan sistem Warna yang bersumber dari Weda, sistem Kasta yang sering tersamarkan dengan keberadaan sistem Warna ini, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Portugis yang berarti tembok pemisah. Yang berstruktur tinggi rendah (meninggikan dan merendahkan). Penerapan politik Devide Et Impera pada masa pendudukan Hindia-Belanda membuat sistem Kasta dalam masyarakat Hindu Bali menjadi semakin kuat dan bahkan menggeser pengertian sistem Warna yang asli.

"Kiranya perlu ditegaskan di sini bahwa kata "KASTA" tidaklah berasal dari bahasa Sanskerta (India) tetapi dari bahasa orang-orang Portugis "Casta" yang diambil dari bahasa latin "Castus". Yang ada sebenarnya dalam bahasa masyarakat Hindu menentukan golongan dalam masyarakat ialah kata "WARNA" yang berarti memilih dimana setiap orang berhak memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Dan lapangan pekerjaan inilah oleh masyarakat ditentukan apakah ia termasuk golongan Brahmana atau Ksatria atau Waisya ataukah Sudra."

Sistem Kasta manusia di buat oleh kaum penjajah untuk mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera). Di India Kasta mulai ada semenjak kedatangan Portugis (Kerajaan Goa, India jatuh ke tangan Portugis tahun 1511). Kemudian setelah itu istilah Kasta mulai diperkenalkan di India dan sejak itu para misionaris masuk menyebarkan Kristen di India dengan pola mempelintirkan sistem "Warna" di India menjadi sistem Kasta.

Sedangkan Kasta di Bali dimulai ketika Bali dipenuhi dengan kerajaan-kerajaan kecil dan Belanda datang mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera), Kasta dibuat dengan nama yang diambil dari ajaran Hindu, Catur Warna. Lama-lama orang Bali pun bingung, yang mana Kasta dan yang mana ajaran Catur Warna. Kesalahan-kesalahan itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu oleh mereka yang terlanjur "berkasta tinggi". Pada masyarakat Hindu di Bali terjadi polemik (pro dan kontra) dalam pemahaman Warna dan Kasta yang berkepanjangan.

Feodalisme dimasyarakat Hindu sendiri muncul dengan menyalah artikan konsep Catur Warna yang diungkapkan dalam kitab suci Weda. Weda sama sekali tidak mengenal sistem Kasta dan tidak ada satu kalimat pun dalam Weda yang menulis kata Kasta. Kasta lebih banyak dipergunakan sebagai alat politik tata negara agar kekuasaan bisa eksis dan langgeng dalam sistem monarki/kerajaan. Kasta berlaku pada zaman kerajaan dan semenjak negara kita berbentuk Republik "Kasta" seharusnya sudah tidak berlaku. Melainkan kembali kepada "Warna" sesuai ajaran Hindu.

Hindu Dresta Bali yang egaliter bukan yang menumbuhkan kembalinya spirit Feodalisme, Kasta mengagungkan diri sendiri dan lainnya. Biarlah itu menjadi bagian dari sisi gelap Bali di masa lampau. Sekarang jangan mau lagi dibodohi oleh sebagian oknum-oknum manusia yang mabuk akan Kasta, mengagungkan diri sendiri (menganggap diri sendiri berderajat tinggi dan menganggap yang lainnya berderajat rendah). Kasta itu berstruktur tinggi rendah (meninggikan dan merendahkan).

Kasta merupakan salah satu penyebab agama Hindu menjadi kerdil, padahal dalam Hindu tidak dikenal istilah Kasta. Kasta tidak ada dalam Weda dan karena pemahaman yang salah seolah-olah Hindu mengajarkan saling merendahkan antara sesama umat manusia. Inilah mengapa umat Hindu selalu tergerus oleh umat agama lain, terutama di India, Bali dan daerah lainnya di dunia. Kasta selalu dipakai senjata oleh umat agama lain untuk "mengkonversi" umat Hindu di manapun karena dianggap membeda-bedakan antara sesama umat manusia. Padahal sesungguhnya manusia itu sama dihadapan Tuhan.

Kalau kita mau jujur dan terbuka, sistem Kasta yang tidak adil ini bukan hanya bertentangan dengan falsafah negara Pancasila dan UUD 1945, tetapi sistem Kasta yang bukan merupakan sistem yang ada pada agama Hindu (kitab suci Weda), tentunya merupakan nista yang nantinya malah akan menodai nilai-nilai yang ada pada ajaran Hindu.

Persoalan yang kini menjadi masalah adalah jangan mengacaukan ajaran agama Hindu dengan menyimpangkan ajaran Catur Warna menjadi sistem Kasta. Kasta bukan bagian dari ajaran Hindu. Jangan samakan Catur Warna dengan Kasta. Kasta tidak sama dengan Catur Warna. Jangan ikut-ikutan mempelintir ajaran Veda, karena dalam Hindu tidak dikenal istilah Kasta. Kasta itu pembelokan dari Warna yang menempatkan atau penggolongan manusia berdasarkan pekerjaan, bukan keturunan. Tapi sistem Kasta dipertahankan yang merasa dapat keistimewaan dengan berbagai alasan. Sementara masyarakat awam memelihara juga dengan polos.

Kini saatnya umat Hindu harus sadar bahwa sebenarnya dalam Hindu tidak mengenal sistem Kasta, yang ada sebenarnya adalah Catur Warna. Sudah sepatutnya kita sebagai umat Hindu membuang jauh-jauh kata Kasta dari semua lilelatur buku yang ada, baik yang di dalam buku-buku pelajaran agama Hindu maupun buku-buku umum lainnya. Kita harus menyadari penyebutan Kasta itulah yang membuat sekat, pengkotaan yang dapat memecah belah umat, itu dulu yang dilakukan oleh kaum penjajah. Sekarang masa sudah zaman milenial, kita juga harus kembalikan ke yang sebenarnya. Umat Hindu harus membuka pengetahuan Weda agar tidak mudah dibodoh-bodohi. Saatnya generasi muda Hindu harus berani berbicara. Benar katakan benar. Salah katakan salah. Jangan takut mengungkapkan kebenaran (Dharma).

Jadi pembagian Catur Warna (Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra) ini tidaklah dimaksud untuk menentukan tinggi rendah derajatnya tetapi menurut kepentingan, fungsi dan kesanggupan golongan itu masing-masing. Pembagian ini sebenarnya tidak dimaksud mengagung-agungkan Brahmana atau merendahkan derajat Sudra hal ini hanya merupakan simbol belaka. berdasarkan pekerjaan bukan keturunan.

Menurut pandangan Hindu sesungguhnya semua manusia sama dihadapan Tuhan. Semua umat manusia bersaudara dalam kesetaraan (Vasudaiva Kutumbakam).
Keturunan juga bisa menjadi kebanggaan seseorang. Namun kebanggaan yang berlebihan akan menimbulkan keangkuhan. Kesombongan akan keturunan sehingga akan merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang yang mengagung-agungkan keturunan atau kebangsawanan sangatlah tidak baik, apalagi menganggap orang lain lebih rendah. Agama Hindu mengajarkan agar setiap orang saling menghormati dan saling menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan konsep Tat Twam Asi dan Vasudaiva Kutumbakam. Tuhan menilai seseorang bukan karena keturunan yang dinilai adalah Dharma bhakti dan yajnanya. Demikian pula yang terpenting adalah memiliki etika moral yang tinggi.

Satyam Eva Jayate.
Dharma Raksati Raksitah.

OM Shanti.

airlangga
Автор

1950 kasta di hapus, murah banget peraturan agama di hapus 😂, semoga kasta di India runtuh u biar semua orang dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan hidup

sedapmantap
Автор

Sepanjang saya mempelajari Weda tidak terdapat istilah untuk orang buangan bahkan dalam Weda para brahmana dan arya diharuskan makan bersama orang miskin dan suku pedalaman. Begitu juga dalam teks Pali belum ada penyebutan tentang orang buangan.

Pembagian kasta yang rumit dan orang buangan hanya terdapat dalam bagian teks manusmriti, teks ini bukan bagian yang dianggap sruti bagi agama Hindu sebab teks Ini diyakini hanya karangan bukan wahyu, selain itu teks ini sudah menjadi perdebatan kapan pastinya dibuat kemungkinan menurut para peneliti teks ini disusun pada abad pertengahan.

kokoci
Автор

Kasihan banget...
Sukur diagamaku ga ada kasta...

ManukOCEH
Автор

Sistem kasta tidak bisa dihapus di india karena sistem kasta melekat dlm ajaran hindu..

nafisahaisyah
Автор

Bukan cuma india, dunia juga menerapkan sistem kasta yakni elit global yang berada di puncak, di ranking 2 ada org lick, di bawahny ada org2 kaya, lalu org2 menengah dan seterusnya

andyhrp
Автор

Yang membuat perbedaan itu manusia, agama apalagi Tuhan tidak membuat perbedaan tsb. 🙏

HendyRWDachlan
Автор

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Mau asal usulnya drmn ke beda2 agama dll kita smua sama punya hak. Itulah kehebatan pancasila

OnDewe
Автор

sepengetahuan saya sistem kasta itu dibentuk oleh masyarakat Arya, yaitu org2 pendatang kulit putih utk membedakan mereka dengan kaum penduduk Dravida pribumi yg berkulit hitam di India.

Rythmguitarable
Автор

Beruntung laa jika agama kalian sudah sempurna, sehingga tdk membedakan kasta, semua sama

Alhamdulillah...

nazarsarajevo
Автор

Susah amat lahir sebagai kasta dalit, direndahkan dan negara tak memperhatikan perbaikan nasibnya...

dedihernawan
Автор

Sahabat hal ini terjadi karena faktor Warisan tradisi Sistem Politik Monarkhi "Kerajaan" dan Tradisi jual beli perbudakan Masa Lalu yg kuno di India, yg sampai hari ini masih diwarisi, namun utk diketahui saat ini dg berubah nya sistem politik India, banyak dari kalangan kelompok Dalit "Budak" tsb yg jadi anggota Parlemen.😢😢😢

bagiartha
Автор

Baru tau ada yang lebih bawah dari kasta sudra.

experience
Автор

Didunia ini tidak ada kesetaraan. Walaupun tidak ada kasta namun penggambaran kasta tetap ada dalam dunia manapun walau di negara maju saat ini sekalipun.
"Satu-satunya cara mendapatkan Kebahagiaan adalah dengan merebut kebahagiaan orang lain"

adityasubagus
Автор

Ini memang tk masuk akal kemana kemanusiaan atau keadilan dari agama, pengajar Agama. Apakah bisa disebut agama? Kalau ajaranya tdk membawa kebenaran dan keadilan bagi seluruh manusia??.

Musrial-hnfb
Автор

Sekarang hanya ada si kaya dan si miskin sepertinya

muhamadarsyad
Автор

Kasta itu bullshit .. kasta atas bisa hidup karna kasta bawah, begitu sebaliknya .. manusia yang aneh membuat pengelompokan bodoh yang di sebut kasta 💩

famsuryapanjaitan