Gelar universitas: Apakah menjamin kualitas? #endgame #gitawirjawan #sabrangmowodamarpanuluh

preview_player
Показать описание

Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Ketika aku pernah merasakan ada yang salah dengan sistem pendidikan kita saat ini, dan mas Sabrang ini dengan jelas mengungkapkannya

PodGlim
Автор

Sy pernah jadi dosen di univ swasta ternana. Nilai dari mahasiswa rata2, tidak ada yg menonjol. Sy berikan nilai mentah apa adanya merujuk standard nilai bgmn sy kuliah dulu di univ lain. Sy dipanggil pembantu dekan bidang akademik dan ditegur karena menganggap mahasiswa di univ tersebut substandard dan diminta menaikkan nilai mahasiswa.
Saat sy di MNC, standard nilai sejenis jg sy terapkan ke anak PKL. Lalu staff menegur sy kalau nilai minimal mahasiswa PKL adalah 80 agar mrk lulus. Secara tidak langsung lembaga akademik berlomba2 menghasilkan nilai tinggi bukan kemampuan yg sebenarnya. Bagi sy, semua itu nilai semu. Terbukti saat wawancara kerja, byk dr mrk IPK tinggi, kemampuan analitis setingkat SMU.
Level manager tapi kemampuan analitis melempem. Ini realitas. Saat mrk merasa terancam, yg ada like dan dislike bukannya meningkatkan kemampuan.
Miris lihat keadaan ini, sy encourage anak2 sy kalau bisa utk kuliah keluar dan bila mungkin kerja disana, ga usah balik.

Zmom
Автор

Indonesia perlu banget ada perubahan yg sangat besar dlm bidang pendidikan dan kesehatan

RinaRachm
Автор

Jujur, saya saat ini s2 di salah satu kampus top 3. Meskipun berada disini, namun pemikiran/pengaruh feodalisme masih melekat ke teman2 mahasiswa saya. Rata2 mereka kuliah kasarnya hanya untuk ijazah. Bukan karena ingin menggali rasa penasaran akan suatu topik, padahal jurusan saya ini outputnya byk yg jadi dosen. Well, segelintir aja orang2 yg betul2 sadar akan pilihannya berkuliah.

Di kasus saya, saya ini krisis identitas dan kepercayaan diri. Namun selama dua tahun menjalani proses s2 akhirnya menemukan apa yg dicari. Tapi sangat disayangkan 2 tahun saya kurang efektif karena teman2 saya memiliki kesadaran yg rendah atas pilihannya. Jadi iklim belajar di kelas seakan s1, bukan seperti s2. Sedih ga tuh.

Lepas dari aktivitas kelas, jadi sskarang apa2 sendiri karna ngerjain tesis. Telat sih, tapi justru saya lepas dari belenggu iklim yg negatif. Jadi ada perasaan bahagia dalam proses ini, meski beban finansial ikut menyertai perjalanan ini.

Well, cukup panjang ya. Harapan saya ini bisa dibaca tmen2 yg barangkali berada pada kondisi yg sama. Tetap semangat para pembelajar🙌✨️

gems
Автор

sbg lulusan fakultas pendidikan, sy jg merasa untuk seseorang menjadi guru itu prosesnya "terlalu mudah".
Sy sempat bertanya2, "level filterisasinya apa hanya begini saja?"

menurut sy kuliah keguruan 4 tahun sangat paspasan dari segi waktu untuk mahasiswa menguasai sedikitnya 2 disiplin ilmu pokok

contoh jurusan pendidikan biologi, yg dmn mesti mempelajari ilmu pendidikan dan ilmu biologi yg dmn bobotnya sama pentingnya

namun krn waktu yg paspasan hanya 4 tahun maka spt ada bobot yg di kompensasi,
alhasil fokus di ilmu pendidikannya tdk 100% dan ilmu biologinya jg tdk 100%

apalagi untuk bobot ilmu pendidikannya, spt bobot microteaching dan pembekalan publik speaking kurang diberi porsi pdhl sangat esensial

setidaknya itu hasil observasi sy di kampus 1 dekade silam,
semoga skrg dunia pendidikan keguruan semakin baik

fikriabet
Автор

Setuju aku omongn panjengan, karna aku pernah mengajar di kampus yg memang mewajibkan Mahsiswa lulus on time

laluamrullah
Автор

Setuju, jumlah lulusan buanyak tapi mlempem

yuvoria
Автор

Jumlah lulusan lebih tepat dimasukkan sebagai KRI ( Key Result Indicator ) bukan sebagai KPI ( Key Performance Indicator ). KPI akan ditentukan oleh terpenuhinya KSF ( Key Success Factor ) dan KSF akan diinisiasi dari Key Driver ( atau seperangkat kebijakan untuk memastikan tercapainya tujuan ). Performance lebih mencerminkan proses untuk mencapai tujuan dimana keberhasilan dalam meraih tujuan akan sangat bergantung dari keberhasilan eksekusi tahapan dalam prosesnya.

dinwahyudinwahyudin
Автор

Sering nya di dunia kerja yg benar-benar layak lulus dan belajar bener2 kalah dengan yg ga benar2 layak lulus tapi lebih banyak pengalamannya. 😢

PopoldanDimas
Автор

Ini yg saya rasakan di universitas tempat kuliah saya sekarang

bukantokobesidanrosok
Автор

Cobak undang mas sabrang mowo damar.. utk bahas pendidikan dok..

al
Автор

Ilmu semakin demokratis. Saatnya negara membuat semacam panduan besar kebutuhan hidup komunal sekarang dan masa depan. Manusia tetap manusia, semua batasan yang kita ciptakan harus dihilangkan. Hidup ai dan keadilan

Elmufliqun
Автор

Iya setuju mom, kuliah ke luar negeri boleh aja, cuman ga semua universitas kyk begitu juga sih, rata2 univ swasta yg kyk begitu agar dapat akreditasi baik A agar memancing mengundang calon2 maba berbondong2 mau masuk univ swasta tersebut. Kalo univ negeri setauku sepengalaman saya cukup tehas sih, kalo mahasiswanya ga bener ya langsung ditegur diberi peringatan, nilai jelek ya ga naik semester beneran, skripsi molor ga beres ya ga dilulusin juga. Banyak universitas negeri yaang masih oke, karena kalau universitas negeri ga ngebet banget dapet akreditasi agar bisa ngiklan buat camaba, karena ga perlu diiklanin udah banyak yang daftar. Meski ya akreditasi juga ada pentingnya pula. Dan yah betul juga karena mau ngelamar pekerjaan pun juga ada beberapa perusahaan yang memiliki kualifikasi diberikan keterangan bahwa (universitas terkenal/terkemuka) gitu lah mintanya pelamarnya ingin lulusan dari universitas yang terkenal

jinxvi
Автор

jika keterlaluan mementingkan akreditasi maka hasil daripada output tersebut itu tidak akan pernah memuaskan

iloostex
Автор

Saya akademisi yg juga praktisi alias user dari lulusan2 perguruan tngi...mahasiswa sekarang banyak yang seperti makanan ringan untuk anak-anak, bungkusnya saja yang besar tapi isinya sedikit...IPK nya aja gede-gede tapi kompetensi nya nol besar...disuruh ini ga bisa disuruh itu ga bisa....😅

oelviy
Автор

yes yes yes.. setuju sekali.. sosial engineering nya salah..

sultanmaulanasyah
Автор

Saya pernah kuliah jurusan ekonomi, dimana saat ini menjadi joki bagi dua mahasiswa jurusan ilmu politik untuk setiap tugas, UTS dan UAS mereka

Dimana setiap soal UTS dan UAS dibawa pulang dan dikerjakan dirumah

Dalam hati saya, ketika UAS dikerjakan di rumah, lalu bobot ujiannya dimana?

enryooktavian
Автор

Apalagi kampus2 swasta yg baru buka program pasca, kuliah online, GK ada tugas sama sekali, yg penting bayar on time, bisa lulus DECH 🥺

naaaa
Автор

Sisi gelap pendidikan tinggi di Indonesia sekarang. Don't blame opini ipk gede, lulus cepat yang mudah diperoleh mahasiswa sekarang terkesan dibenarkan. However selalu ada mahasiswa ya memang benar-benar belajar, bukan salah mahasiswa juga yang jadinya ngejar nilai, ya sistem monev univ sebaiknya dirubah.

Twiifhegw
Автор

Sangat Setuju dimana KPI sering kali diluar nurul mas

anderiesnotanto