filmov
tv
BATU BEKAS SHOLAT SUNAN KALI JAGA , TERNYATA POSTUR TUBUH SUNAN KALI JAGA TINGGI BESAR , DUSUN SEPI

Показать описание
Sebuah batu di Dusun Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diyakini sebagai bekas tempat Sunan Kalijaga menunaikan salat. Sampai kini batu tersebut masih terawat dan sering didatangi masyarakat.
Batu yang diyakini masyarakat sebagai petilasan sujud Sunan Kalijaga itu berupa batu kapur putih kecoklatan. Batu tersebut berada di halaman rumah warga, di tengah permukiman padat penduduk.
Panjang batu itu sekitar 1,5 meter, bentuknya datar cenderung elips. Di bagian ujung batu itu terdapat cekungan sedikit rata dan di belakangnya terdapat garis benjolan.
Di belakang garis batu yang menonjol ke permukaan itu terdapat lagi batu yang permukaan cenderung datar. Pada permukaan batu kedua itu terdapat rongga dan cekungan yang menyerupai bekas tapak kaki.
Sedangkan di bagian paling bawah, terdapat sebongkah batu lagi yang berlubang. Batu tersebut terpisah dari batu datar di depannya
Batu-batu tersebut dikelilingi tembok setinggi sekitar 2 meter, lengkap dengan pintu masuk dan keluar. Tembok itu dihiasi relief sosok Sunan Kalijaga.
Menurut cerita turun-temurun, juru kunci Warno Sudarso (79) mengatakan batu itu merupakan petilasan tempat sujud Sunan Kalijaga saat salat subuh.
"Batu itu petilasan Kanjeng Sunan Kalijaga saat salat Subuh ketika beliau ditugaskan berdakwah di daerah selatan waktu itu,
Warno menceritakan, Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said itu berguru pada Sunan Bonang karena tidak cocok dengan ayahnya, Adipati Tuban. Setelah menjadi santri Sunan Bonang, Raden Said diminta mengamalkan ilmunya.
"Setelah tamat mengaji, Sunan Kalijaga diminta mengajarkan Al -Qur'an melalui dakwah. Oleh Sunan Bonang, beliau ditunjukkan wilayah dakwahnya di Gunung Gambar (perbatasan Klaten-Gunungkidul)," cerita Warno.
Sesampainya di Desa Karangasem, Cawas, Klaten, Warno berujar, Sunan Kalijaga mendapati daerah tersebut tandus.
"Atas izin Allah, batang pohon Walikukun ditancapkan (Sunan Kalijaga) sampai keluar airnya. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan untuk bertemu Syekh Khatib Banyumeneng di Dusun Kahuman, Cawas," ujar Warno.
Begitu Sunan Kalijaga sampai di tujuan, Warno melanjutkan ceritanya, Syekh Khatib Banyumeneng sedang mengaji Al-Qur'an. Sunan Kalijaga pun menunggu dan berjalan ke timur sampai ke Dusun Kanguk.
Batu yang diyakini masyarakat sebagai petilasan sujud Sunan Kalijaga itu berupa batu kapur putih kecoklatan. Batu tersebut berada di halaman rumah warga, di tengah permukiman padat penduduk.
Panjang batu itu sekitar 1,5 meter, bentuknya datar cenderung elips. Di bagian ujung batu itu terdapat cekungan sedikit rata dan di belakangnya terdapat garis benjolan.
Di belakang garis batu yang menonjol ke permukaan itu terdapat lagi batu yang permukaan cenderung datar. Pada permukaan batu kedua itu terdapat rongga dan cekungan yang menyerupai bekas tapak kaki.
Sedangkan di bagian paling bawah, terdapat sebongkah batu lagi yang berlubang. Batu tersebut terpisah dari batu datar di depannya
Batu-batu tersebut dikelilingi tembok setinggi sekitar 2 meter, lengkap dengan pintu masuk dan keluar. Tembok itu dihiasi relief sosok Sunan Kalijaga.
Menurut cerita turun-temurun, juru kunci Warno Sudarso (79) mengatakan batu itu merupakan petilasan tempat sujud Sunan Kalijaga saat salat subuh.
"Batu itu petilasan Kanjeng Sunan Kalijaga saat salat Subuh ketika beliau ditugaskan berdakwah di daerah selatan waktu itu,
Warno menceritakan, Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said itu berguru pada Sunan Bonang karena tidak cocok dengan ayahnya, Adipati Tuban. Setelah menjadi santri Sunan Bonang, Raden Said diminta mengamalkan ilmunya.
"Setelah tamat mengaji, Sunan Kalijaga diminta mengajarkan Al -Qur'an melalui dakwah. Oleh Sunan Bonang, beliau ditunjukkan wilayah dakwahnya di Gunung Gambar (perbatasan Klaten-Gunungkidul)," cerita Warno.
Sesampainya di Desa Karangasem, Cawas, Klaten, Warno berujar, Sunan Kalijaga mendapati daerah tersebut tandus.
"Atas izin Allah, batang pohon Walikukun ditancapkan (Sunan Kalijaga) sampai keluar airnya. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan untuk bertemu Syekh Khatib Banyumeneng di Dusun Kahuman, Cawas," ujar Warno.
Begitu Sunan Kalijaga sampai di tujuan, Warno melanjutkan ceritanya, Syekh Khatib Banyumeneng sedang mengaji Al-Qur'an. Sunan Kalijaga pun menunggu dan berjalan ke timur sampai ke Dusun Kanguk.
Комментарии