Cania Citta: Cara Berpikir Madilog

preview_player
Показать описание
Saat launching Malaka Project kemarin, Cania Citta dengan singkat mengenalkan kita pada dua pemikiran Tan Malaka, yakni Logika Mistika dan Materialisme.

Dua pemikiran yang bertolak belakang ini menarik untuk dibahas. Sederhananya logika mistika adalah pemikiran yang basisnya tidak bisa dipertanggungjawabkan secara rasional.

Hal-hal mistis yang masih dipertanyakan cara kerjanya. Sementara materialisme menjabarkan realitas yang ada dan bisa dijabarkan secara materi. Berpikir secara materialistik adalah dengan berpikir secara konkrit, empiris, berpikir bahwa segala sesuatu ada sebab-akibatnya.

Benarkah dengan bermadilog - suatu masyarakat pada akhirnya menjadi adil dan makmur? Simak video berikut.

----------------------------------
Tanpa pendidikan yang terjangkau, Indonesia Emas 2045 tak mungkin bisa dicapai.

Malaka Project sederhananya bertujuan menjembatani masalah tersebut. Kami ingin memberikan akses pendidikan seluas-luasnya secara gratis dalam bentuk konten edukasi dalam berbagai platform media sosial dan program beasiswa.

Para founder, Ferry Irwandi, Dea Anugrah, Cania Citta, Jerome Polin, Angellie Nabilla, Coki Pardede, Aurelia Vizal, Fathia Izzati, dan Rizky Ardiprakoso yakin bahwa pendidikan berkualitas yang mudah diakses akan menciptakan “Masyarakat Baru”. Suatu masyarakat yang cerdas, kritis, empatik, dan mampu menggagas perubahan sosial bersama-sama.

---

Ikuti kami melalui platform Malaka Project lainnya.
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Disini gue mau mengkritik Madilog - Tan Malaka yang berakar dari western philoshopy dan modernisme dan membandingkan dengan Holisme Ekologis - Fritjof Capra yang berkiblat ke Eastern philosophy dan postmodernisme.

Pertama, Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang diusung Tan Malaka itu sebenarnya mencoba menawarkan cara pandang yang berakar kuat pada pemikiran Barat, khususnya dari sisi materialisme dan dialektika. Ini sejalan sama era modernisme yang banyak mengadopsi pendekatan rasional, logis, mekanistik dan reduksionis. Madilog mengedepankan cara pandang yang sangat berbasis pada realitas materi dan logika linear, yang bisa dibilang cukup kaku dalam memahami kompleksitas sosial, ekonomi, dan politik, terutama di lingkungan yang dinamis seperti Indonesia.

Di sisi lain, Capra dalam karya-karyanya kayak "The Tao of Physics", "The Turning Point, "The Web of Life", "The Hidden Connection" itu lebih mendorong paradigma holistik dan ekologis yang sejalan dengan filosopi Timur dan filosopi barat/modernisme udah usang. Capra nyorot gimana segala sesuatu itu saling terkait dan berinteraksi dalam sistem yang lebih besar. Pendekatannya itu lebih postmodern, yang mengakui adanya kompleksitas dan dinamika non-linear dalam segala aspek kehidupan. Ini kontras sama pemikiran Madilog yang lebih linear, mekanistik dan reduksionis.

Kalo kita ngomongin tentang relevansi Madilog di Indonesia, bisa dibilang pendekatannya itu masih penting buat mengasah critical thinking, tapi kurang fleksibel buat nganalisis dan membangun sistem sosial, ekonomi, dan politik yang lebih kompleks dan beragam. Misalnya, dalam konteks masyarakat Timur Indonesia yang Tan Malaka kritik sebagai 'logika mistik', bisa jadi itu sebenarnya adalah bentuk kesadaran ekologis dan sistem nilai gotong royong yang ada di masyarakat tersebut. Ini menunjukkan bahwa pendekatan Madilog kurang mampu mengakomodasi pemahaman tentang nilai dan sistem kepercayaan lokal yang unik. Contohnya, di banyak budaya Timur, alam itu diliat sebagai bagian dari kehidupan, bukan cuma sumber daya yang bisa dieksploitasi. Misal, di Bali ada konsep "Tri Hita Karana" yang ngajarin keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritual. Ini ngasih pandangan bahwa alam itu harus dijaga dan dihormati. Atau kaya di Jepang, ada tradisi "Shinrin-yoku" atau mandi hutan. Ide ini bukan cuma soal jalan-jalan di hutan, tapi lebih ke ngerasain dan nyambung sama alam, buat dapetin manfaat kesehatan mental dan fisik.

Dalam konteks ekonomi dan politik, pendekatan Madilog kurang mampu mengakomodasi kompleksitas realitas sosial di Indonesia yang seringkali tidak linear dan penuh dengan kontradiksi. Misalnya, dalam memahami konflik agraria atau masalah sosial ekonomi, Madilog terlalu terfokus pada struktur dan hubungan produksi material tanpa melihat bagaimana nilai-nilai budaya, sejarah lokal, dan dinamika sosial mempengaruhi dan membentuk konteks tersebut. Di sisi lain, paradigma holistik ekologis bisa memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam. Misalnya, dalam menghadapi isu perubahan iklim atau pembangunan berkelanjutan, paradigma holistik dan ekologis akan menekankan pada pentingnya memahami keterkaitan antara lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. Ini lebih sejalan dengan realitas Indonesia yang memiliki keragaman ekosistem, kebudayaan, dan struktur sosial.

Di sisi lain, Paradigma holistik dan ekologis, bisa lebih relevan dalam memahami kompleksitas dan keunikan budaya serta sistem sosial di Indonesia. Paradigma ini nggak cuma ngeliat hal-hal dari sudut pandang linear, tapi juga memperhatikan bagaimana berbagai elemen saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang kompleks. Ini lebih sesuai dengan keadaan Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya dan sosial yang kaya.

Jadi, kita bisa bilang bahwa walaupun Madilog bagus buat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, tapi untuk analisis dan pembangunan sistem yang lebih luas dan kompleks, paradigma holistik ekologis bisa jadi lebih cocok. Pendekatan ini lebih bisa mengakomodasi kompleksitas, keunikan, dan dinamika dari masyarakat dan budaya Indonesia.

imamariefrahman
Автор

Aku jadi keingat Jepang 🇯🇵 pas nonton video ini. Mereka di satu sisi modern banget 💻, tapi di sisi lain juga tradisional banget, kental 👺. Sebagian besar dari mereka masih percaya dengan nilai-nilai dari budaya itu, dan ntah kenapa walaupun memegang erat nilai tsb., mereka tetap bisa semaju sekarang. Semoga Indonesia 🇮🇩 juga bisa balance kayak mereka.

fajarryanakhra
Автор

Betul sekali, pola pikir kita atau warisan pemikiran kita tentang memandang sebuah kebudayaan terlalu dogmatis, misal contoh ketika kita menjawab argumen orang tua, pasti kita dicap anak yg "kurang baik". Secara tidak langsung cara pandang itu membatasi si anak dalam mencari "kebenaran" dan ujung2 rasa keingintahuan si anak akan kandas disitu. menjawab orang tua disini masih dlm koridor kesopanan. Nah itulah salah 1 hambatan untuk kita saat ini dalam mencoba mengumpulkan puzle2 "kebeneran" tentang dunia ini.

okrag
Автор

Budaya itu bukan pakem atau paten.

Budaya adalah hasil dari kebiasaan, dan kebiasaan itu hasil dari pengalaman, pengalaman itu hasil dari realita.

Jadi ketika kita punya realitas yg baru maka akan tercipta budaya baru. Entah jangka pendek ataupun panjang.

Madilog adalah jalan keluar dari pemikiran yg sempit. Yg mau disampaikan adalah “ayo dunia itu luas, banyak kemungkinan bisa terjadi, banyak hal yg perlu kita ketahui dan antisipasi”

Muara.Project
Автор

Ringkasan Video Ini:
1. Pengantar tentang Tan Malaka dan Madilog:
- Tan Malaka adalah inspirasi gerakan pendidikan Malaka Project.
- Pendidikan selalu menanamkan nilai-nilai tertentu dan tidak netral.

2. Logika Mistika vs. Cara Berpikir Madilog:
- Logika mistika: Cara berpikir yang tidak konkret dan tidak berbasis bukti.
- Contoh logika mistika: Menghubungkan kejadian seperti gunung meletus dengan hal-hal mistis tanpa bukti konkret.
- Pentingnya berpikir berbasis bukti dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

3. Cara Berpikir Madilog:
- Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) menekankan berpikir berdasarkan bukti yang cukup, eksperimen, dan pengamatan.
- Madilog menentang mistika dan dogmatisme.
- Pengetahuan tidak memiliki batas; selalu ada ruang untuk penemuan baru.

4. Implementasi Madilog dalam Pendidikan:
- Mengadopsi esensi dan semangat dari pemikiran Tan Malaka, tidak secara plek-plekan mengcopy pemikirannya dari tahun 1943.
- Memodifikasi dan mengadaptasi pemikiran Tan Malaka sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan realitas saat ini.

5. Penjelasan Realitas dan Budaya:
- Memahami perbedaan antara aspek objektif (kebenaran realitas) dan aspek subjektif (moralitas, etika) dalam budaya.
- Aspek objektif tidak bisa berbeda-beda tergantung budaya, misalnya penjelasan ilmiah tentang fenomena alam.
- Aspek moralitas bisa berbeda-beda tergantung budaya dan dapat berubah seiring waktu.

6. Materialisme dalam Madilog:
- Menekankan pada penjelasan berbasis materi sebelum ide.
- Contoh: Teknologi rahim pengganti muncul sebelum ide-ide tentang hak dan peraturan surrogasi.

7. Pentingnya Pemahaman Realitas yang Akurat:
- Memahami realitas dengan benar adalah kunci untuk menemukan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan seperti kemakmuran ekonomi dan keadilan sosial.
- Kebenaran tentang realitas harus didasarkan pada bukti konkret dan empiris.

8. Pola Pikir Ilmiah:
- Mendorong berpikir ilmiah dalam pencarian kebenaran.
- Menghindari klaim-klaim tanpa dasar dan dogmatisme.

9. Budaya dan Pengetahuan:
- Budaya bisa berubah dan berkembang seiring waktu.
- Evaluasi terhadap nilai-nilai budaya harus dilakukan untuk memastikan relevansi dan kebenarannya dalam konteks saat ini.

10. Proses Belajar Berkelanjutan:
- Menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang selalu terbuka terhadap pengetahuan baru.
- Menggunakan pola pikir Madilog untuk terus mengembangkan diri dan masyarakat.

roninmonetaro
Автор

Sebenarnya tantangan terbesar dari malaka project dalam pandangan saya adalah bagaimana mengemas konten seperti ini menjadi menarik di kalangan anak muda yang "kurang mau berfikir". Hal ini karena konten seperti ini sangat tersegmen pada orang-orang yang memang mau untuk belajar, belum dapat menjangkau atau menarik perhatian anak muda secara luas misalnya lingkungan anak muda pemain judi online. Namun saya yakin berdasarkan komposisi para pendiri malaka project, masalah ini akan dapat diselesaikan.

belajargenz
Автор

PR Malaka Project menurut gw adalah menjangkau pasar yang tepat untuk gerakan-gerakan pendidikannya, jadi orang-orang yang nonton bukan hanya dari orang2 yang sudah tahu dan sudah paham tapi bisa bikin orang2 yg memang membutuhkan pemahaman2 seperti ini untuk bisa sadar dan berubah. Karena kata paman Coki lebih cepat menunggu orang untuk meninggal daripada untuk berubah😁

novandakrishadiyudistira
Автор

Dari penjelasan di video ini yang gw tangkep
1. Masyarakat indonesia sulit maju karena selalu berfikir suatu hal yang baru langsung di judge mistis, tahayul ajaib dsb tanpa ingin tahu kebenaran secara ilmiah. contoh, kebakaran hutan di los angles dikaitkan dengan dsb2.
2. Berfikir Logis dan ilmiah tidak serta merta membasmi budaya lama, namun di terangkan secara ilmiah bagaimana itu bisa terjadi terus menerus. dan suatu ritual tertentu jg disebabkan oleh suatu hal buruk ataupun baik di masa lalu, sehingga untuk mengantisipasi nya pun tentu bisa berbeda dengan jaman sekarang. contoh, hujan bisa direkayasa dengan menabur garam di laut.
3. Moralitas dan kebenaran itu suatu hal yang berbeda. tpi dalam hal penyampaian orang tua yang kolot, bisa dijelaskan secara perlahan, dan seharusnya disertai bukti ilmiah dan wujud contoh nyata. contoh : Mitosnya, makan brutu ayam dapat membuat usia pendek atau pikun. Penjelasan ilmiahnya, brutu ayam mengandung banyak lemak dan kalori sehingga dapat menyebabkan penyakit seperti kolesterol dan serangan jantung.

tidak semua logika mistik tahayul itu 100% salah, tapi sebagai generasi muda seharusnya kita bisa mencari bukti ilmah nya dan pembuktian kebenaranya. kenapa itu dilakukan terus menerus. sehingga kita bisa memutus logika berfikir yang salah.

Catatan dari saya pribadi :
kembali ke tujuan hidup yang lebih hakiki, tak hanya peradaban maju yang jadi tujuan utama sehingga ambisi menjadikan kerakusan seperti hal nya Hitler. rasa syukur yang harus berdampingan dengan apa yang sedang berjalan terus kedepan membentengi diri dari hancurnya peradaban. karena rasa syukur memberi kita sebuah pemahaman bahwa memang yang kita tahu dan ditakdirkan tahu cukup di titik tertentu. sehingga kita jadi manusia yang lebih bersahaja, Bahagia dan lebih bermanfaat untuk sesama.

ajikurniawan
Автор

Madilog bisa dimulai dengan meningkatkan kemampuan membaca dengan baik dan benar. Rerata orang bisa membaca tapi hanya sedikit yang bisa membaca dengan baik dan benar, memahami apa yang dibacanya dan tindakan apa yang akan dia lakukan setelah membaca suatu tulisan.

Setelah bisa membaca dengan baik dan benar, selanjutnya adalah dapat menulis dengan baik dan benar, bukan hanya soal menyambung kata demi kata, tetapi apa esensi dan kalimat yang dibuat.

Dua hal ini yang akan menjadi dasar terciptanya generasi yang mampu berdialektika.

rukoyahtiti
Автор

Gila, gua lihat video ini langsung deg-degan, bayangin betapa bakal banyaknya orang yang akan menolak habis-habisan semua ide dan gagasan yang disampein cania di sini
tapi di dalem hati gua juga pingin banget semua orang bisa berubah ke arah yang lebih rasional. Berharap "pertarungan" team malaka project bisa terus berjalan dan membawa indonesia menjadi masyarakat yang lebih baik lagi

kudos buat malaka project team 👏

ferigalung
Автор

Izin berpendapat juga. Hal ini relate dengan mata kuliah yang saya dalami saat ini di jenjang S2 matkul komunikasi perspektif Asia Indonesia. bahwasanya memang cara pemikiran barat dań timur itu sudah berbeda, maka jika dibandingkan keduanya mana yang lebih baik bisa jadi keduanya sama2 hal yg baik karena adanya perbedaan nilai-nilai. Budaya timur seperti kita Indonesia sangat dipengaruhi oleh ekologis wilayah sehingga masyarakatnya menekankan kolektivisme dan harmoni dengan ditunjukan banyaknya beragam budaya dan kepercayaan. sedangkan barat dengan latar belakang ekologisnya yang penuh pertaruhan sehingga memupuk nilai individualisme yang tinggi dan berfikir material.

Namun saya juga telah menangkap yang telah dijelaskan oleh kak cania bahwasanya konsep madilog Tan Malaka ini bisa kita terima untuk proses pembentukan critical thinking saja yang mengedepankan evidence rasional. sedangkan kalau Madilog ini dijadikan sebagai dasar dalam kehidupan sosial masyarakat di Indonesia itu kurang tepat karena tidak ada unsur kolektiv yang dikaitkan. Maka alangkah lebih tepatnya kita sebagai negara yang kental dengan budaya timur harus menguatkan dan menggali lebih dalam faktor sosial yang membedakan dengan barat yakni kebudayaan dań kolektivismenya dengan mengambil dasar literature karya disanyake atau judul buku The Tau of Physics. Sesuai yang dikatakan oleh prof saya yang mengajar matkul perspektif barat dań timur, bahwasanya inilah yang menjadi TUGAS kita bersama untuk aware menggali dan memperbanyak studi riset mengenai faktor sosial budaya timur yang harmoni dan kompleks.

Dengan begitu Indonesia tetaplah Indonesia yang kaya akan budaya tidak membarat-baratkan dengan mensinergikan budaya timur seperti pola pikir, sosial masyarakat, komunikasi, kepercayaan dan faktor lainnya sehingga dapat membentuk sistem kenegaraan yang maju dan komprehensif layaknya negara Jepang.

mirelimeldasasella
Автор

Metode penyeimbang Idealisme dan Materialisme adalah Sains dan keingintahuan akan penyelesaian masalah manusia itu sendiri, pikiran akan selalu berkembang secara teratur, , kebersamaan dan kesetaraan ada pada ilmu pengetahuan..

PulungJati
Автор

17:07

Folklore, yang diantaranya ada mitos, cerita rakyat, pamali, dsb itu kalau dimaknai sebagai bentuk kebudayaan sastra lisan malah bikin gw sebagai pembelajar amaze. Karena, ini mengindikasikan kalau org kita sebenarnya tuh punya kemampuan bahasa dan sastra yang baik.

Ketika gw belajar folklore dan memaknainya sebagai bentuk kebudayaan lisan setempat akhirnya semua jadi terang. Beberapa fungsi sosial folklor yaitu menjadi standar etika masyarakat setempat sekaligus jadi penegak hukum normanya.

Menurut gw gak salah beberapa orang masih menggunakan folklor untuk menjalankan norma sosial. Hal yang harus digarisbawahi adalah kesadaran bahwa folklor hanyalah "tools" dalam mengatur norma bukan sebagai cara berpikir.

sisilimnida
Автор

Setelah berulang-ulang gw baca Madilog dalam 2 tahun ada sekitar 8-9 kali gw khatam bacanya. Ternyat a gw baru sadar cara berfikir yang di paparkan Tan Malaka adalah cara berfikir yang ajarkan dalam Al qur'an. Yaitu "bagaimana kita memanfatkan otak untuk bekerja sesuai kemampuannya, sehingga kita tidak membreder otak/akal dengan kebodohan yang tak jelas konsepnya.
Dan tiba2 gw cek masa muda Tan Malaka ketika masih di Ranah minang, ternyata benar dia dan keluarganya adalah orang yg sangat islami.

Nadira
Автор

Sekedar saran untuk mbak caca mungkin nanti bisa di beri buku² bacaan penunjang madilog atau pun ttg visi madilog tersebut agar kita bisa improve lebih dr yg kaka sampaikan

ceritasantri
Автор

Salah satu hal yang perlu dilatih di Indonesia juga adalah banyak pemikiran terlalu hitam putih (absolutisme). Padahal suatu ide dan cara itu spektrumnya luas sekali dan approachnya bisa beragam sekali. Saya selalu suka motto prodi saya waktu kuliah, there is no best way but there is always a better way. Hal tsb mengajarkan saya bahwa ada banyak cara dan ga ada yang terbaik pasti ada yang lebih baik lagi dengan cara yang berbeda. Mengajarkan selalu open minded dan terbuka terhadap pemikiran baru.

arvinnn
Автор

Wah.. semangat malaka project. ini perubahan yang sangat amat berat. Kebayang gimana niat baik mereka ini sebenernya "berpotensi" ada pihak2 yang ga sepaham dan bisa jadi ada yang menentang. Tapi gw yakin ini salah satu cara terbaik untuk merealisasikan niat baik dari sekumpulan orang2 baik ini, untuk mencapai masyarakat baru yang lebih baik. 🔥

balbalebalbalya
Автор

Komentar sedikit penjelasan cania di 15:50,
Apakah Madilog bisa berdampingan dengan budaya Indonesia, jawabannya tentu saja bisa. Kemudian apakah pemikiran itu akan merubah bentuk dan praktik budaya yang ada sekarang? Hampir pasti iya. Pertanyaan besarnya adalah, apakah perubahan itu akan dianggap masalah?

Seperti yang dijelaskan, secara mendasar, budaya sendiri adalah respon dari permasalahan di bidang realitas dan moralitas yang merupakan hasil pemikiran manusia di masa budaya itu muncul. Potensi masalah muncul ketika kemajuan tekonologi bisa menjawab permasalahan di bidang realitas dan moralitas di masa lalu secara lebih efektif dan efisien. Pemikiran efektivitas dan efisiensi inilah yang (sangat besar) mungkin akan berbenturan dengan cara pandang budaya "masa lalu" dan ini yang perlu didiskusikan oleh masyarakat. Misalnya, di suku Batak yang mayoritas beragama kristen, ketika ada sanak saudaranya meninggal, mereka akan menunggu hingga semua kerabatnya hadir untuk melihat almarhum untuk terakhir kalinya. Jika ada yang belum hadir, maka jenazah tidak akan dikuburkan. Namun sejak ditemukannya smartphone, kerabat dari jauh bisa melihat almarhum dari jauh, sehingga jenazah bisa dikuburkan meskipun ada kerabatnya yang tidak hadir di rumah duka.

Lalu apakah ini artinya budaya menunggu kerabat tersebut harus dihilangkan? Tentu tidak, spirit kekeluargaan yang ada pada budaya Batak tersebut sangat perlu dipertahankan, karena dari situlah kita bisa melihat kebaikan moral kekeluargaan dan kebersamaan yang menjadi identitas nilai luhur bangsa Indonesia. Jadi selama prinsip utamanya tidak berubah, perubahan praktik dan bentuk pada suatu budaya yang diakibatkan pemikiran efektif dan efisiensi saya rasa masih bisa dimaklumi.

taurenchieftain
Автор

Berpikir mistik berguna hanya untuk berserah terhadap ujung realita berupa takdir yang diluar jangkauan.

Sedangkan Berpikir Madilog berguna untuk berusaha menggapai kebenaran realita yang seakurat mungkin sehingga dapat merubah nasib yang kita inginkan.

bismafajaristanto
Автор

Penjelasan ilmiah kurang menakutkan manusia untuk mengurangi kejahatan. Justru pemikiran mistislsh yg mampu menakutkan manusia dan mengurangi kejahatan.

TcahayaSacro
visit shbcf.ru