filmov
tv
Ditolak 10 Rumah Sakit Rujukan, Warga Penderita Covid-19 di Depok Meninggal Dunia di Taksi Online
Показать описание
TRIBUN-VIDEO.COM - Seorang warga asal Depok, Jawa Barat dilaporkan meninggal dunia di taksi online dalam keadaan terpapar Covid-19.
Hal ini terjadi seusai pasien tersebut mendapat penolakan dari berbagai rumah sakit rujukan.
Organisasi Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) yag bergerak di bidang kesehatan, menyatakan adanya peringatan darurat layanan kesehatan di Indoesia.
Menurut CISDI, lonjakan kasus Covid-19 yang tak terkendali membuat rumah sakit tak mampu menampung pasien.
Dikutip dari TribunJakarta, Sabtu (16/1/2021), kasus meninggalnya pasien Covid-19 di dalam taksi online itu disampaikan oleh keluarganya dalam sebuah laporan resmi di organisasi tersebut.
Pasien tersebut diketahui meninggal dunia pada Minggu (3/1/2021) lalu.
Tim Lapor Covid-19 mengaku sudah mendapatkan 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit rujukan karena kapasitasnya sudah penuh.
Dokter Tri Maharani, relawan tim Bantu Warga Lapor Covid19, menekankan bahwa situasi pelayanan kesehatan sudah genting.
Beberapa tanda-tanda kolaps sudah terindikasi sejak bulan September 2020.
Meski sempat mereda karena penerapan PSBB di Jakarta, kondisi ini kembali memburuk seusai pegelaran Pilkada serta libur panjang Natal dan Tahun Baru.
“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta. Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan Pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien,” tulisnya dalam siaran pers resmi tersebut, Sabtu (16/1/2021).
Menanggapi soal kasus meninggalnya pasien Covid-19 di dalam taksi setelah ditolak 10 RS, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita mengaku tengah mencari identitas warga tersebut.
Novarita mengaku pihaknya sedang menemui kendala lantaran data yang kurang jelas.
“Saya lagi nyari identitasnya, saya enggak tahu nih. Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” jelas Novarita melalui sambungan telepon.
Ia juga menambahkan, pihaknya mempertanyakan motif dari pernyataan tersebut.
Hingga saat ini, pihak Dinkes Depok masih berupaya untuk mencari tahu penyebab penolakan pasien tersebut.
Hal ini terjadi seusai pasien tersebut mendapat penolakan dari berbagai rumah sakit rujukan.
Organisasi Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) yag bergerak di bidang kesehatan, menyatakan adanya peringatan darurat layanan kesehatan di Indoesia.
Menurut CISDI, lonjakan kasus Covid-19 yang tak terkendali membuat rumah sakit tak mampu menampung pasien.
Dikutip dari TribunJakarta, Sabtu (16/1/2021), kasus meninggalnya pasien Covid-19 di dalam taksi online itu disampaikan oleh keluarganya dalam sebuah laporan resmi di organisasi tersebut.
Pasien tersebut diketahui meninggal dunia pada Minggu (3/1/2021) lalu.
Tim Lapor Covid-19 mengaku sudah mendapatkan 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit rujukan karena kapasitasnya sudah penuh.
Dokter Tri Maharani, relawan tim Bantu Warga Lapor Covid19, menekankan bahwa situasi pelayanan kesehatan sudah genting.
Beberapa tanda-tanda kolaps sudah terindikasi sejak bulan September 2020.
Meski sempat mereda karena penerapan PSBB di Jakarta, kondisi ini kembali memburuk seusai pegelaran Pilkada serta libur panjang Natal dan Tahun Baru.
“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta. Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan Pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien,” tulisnya dalam siaran pers resmi tersebut, Sabtu (16/1/2021).
Menanggapi soal kasus meninggalnya pasien Covid-19 di dalam taksi setelah ditolak 10 RS, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita mengaku tengah mencari identitas warga tersebut.
Novarita mengaku pihaknya sedang menemui kendala lantaran data yang kurang jelas.
“Saya lagi nyari identitasnya, saya enggak tahu nih. Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” jelas Novarita melalui sambungan telepon.
Ia juga menambahkan, pihaknya mempertanyakan motif dari pernyataan tersebut.
Hingga saat ini, pihak Dinkes Depok masih berupaya untuk mencari tahu penyebab penolakan pasien tersebut.
Комментарии