Gelar S3 dan Honoris Causa Diobral, Universitas sedang Menjatuhkan Diri? | Narasi Daily

preview_player
Показать описание
Skandal mahasiswa doktoral di Universitas Hasanuddin membuat tujuh guru besarnya mundur. Ini bukan pertama kalinya perguruan tinggi diduga jadi tempat obral gelar. Sejumlah pejabat kerap kali mendapat gelar doktor kehormatan dan profesor kehormatan dari universitas.

(Narasi)

#S3 #HonorisCausa #Pendidikan #Akademisi #NarasiDaily #NarasiNewsroom #JadiPaham

Jangan lupa subscribe, tinggalkan komentar dan share video ini.

Follow:

Konten video dan YouTube Channel ini adalah bagian dari Narasi.
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

akademisi dipersulit. politis dableg yang baca naskah pidato aja kagak lurus dikasih gelar profesor. terimakasih mas mentri. anda memang luar biasa

MbahMu
Автор

nyesek di hati..
Teruntuk kawan-kawan yang mati-matian buat bisa kuliah, mencari beasiswa, membuat artikel ini itu, menyusun thesis, melakukan penelitian dan masih banyak lagi. Tetap semangat.. kita dijalan yang benar. Semoga berkah & bermanfaat 🤲

vinasan
Автор

"Jadi, orang yang tidak pernah bersusah payah menulis disertasi, tiba² menerima gelar profesor kehormatan". " Mereka yang sudah memiliki kekuasaan, memiliki segala macam jabatan, memiliki segala akses sumberdaya langka, itu MEREKA TIDAK PUAS DENGAN JABATAN YANG MEREKA PUNYA, tetapi mereka harus mengambil apa yang ada di dunia akademik." Serakah atau ambisius kira²?

ekhsannudin
Автор

Pendidikan indonesia udah berubah menjadi lembaga bisnis bukan lagi lembaga pendidikan

agateslate
Автор

Gelar Akademi
Berpendidikan ❌
Berduit ⭕💯

daraanisa
Автор

ga salah kalo orang biasa ngatain "ngapain kuliah?" "ngapain pendidikan?" ya ngapain, mending jadi pejabat

ezi_qurnia
Автор

Setuju sama ibu dosen ini....waktu jaman skripsian aja jg dulu susah setengah mati...nyari judul, buat proposal sampai proposal ditolak berkali², blm lg saat seminar hasil dan ujian meja yg betul² ditanya habis habisan ama dosen penguji yg waktu itu buat kita khawatir ini kita bkalan lulus atau nggak....itu skripsi, gimana dengan org yg pejuang tesis ataupun dengan disertasi yg pst jauh berkali² lebih tinggi effortnya ketimbang skripsi

riskyharyanto
Автор

di negara kita pemberian Gelar Doktor honoris causa dan profesor ke para tokoh politik itu lebih dalam rangka untuk memasarkan atau menaikan rating kampus, jadi nantinya terkesan keren dimata orang lain...

anurwahab
Автор

Alhamdulillah makasih Narasi Newsroom udah mau mengangkat topik ini. Jujur saya juga prihatin dan resah gelar H.C gampang bgt didapetin para pejabat. Padahal para akademisi mau dapat gelar Magister aja susah bener. Kalau boleh usul yg udah dapet gelar H.C di suruh buat sendiri tugas akhir (Disertasi) sesuai dengan gelar yg didapatkan, lalu diuji oleh para pakar dan dipublikasikan secara umum. Sehingga marwah universitas bener2 terjaga.

el-haris
Автор

Lucunya +62, di satu sisi para akademisi benar2 diperas dan dipaksa publikasi scopus -tdk peduli bhw ada perbedaan mendasar antara publikasi ilmiah rumpun ilmu sains, sosial dan hunaniora- sehingga sulit utk dapat gelar profesor; di sisi lain, orang2 yang tdk meneliti, tidak menulis dan publikasi bisa melenggang jadi doktor atau profesor kehormatan...

nafinaf
Автор

Ada tuh dosen kuliah S-3 sampai bertahun-tahun baru selesai, terus gelar prof nya di raih nya mendekati pensiun... Lah ini gampang banget dapat gelar DOKTOR atau Prof... 😂

saddamkadirr
Автор

Gw yang kerja sebagai akademisi pun paham gimana kawan kawan sejawat segila itu untuk ngejar nilai KUM nya masing masing buat kepangkatan dll bikin penelitian riset setahun sampe 2x dituntut produktif buat penelitian demi bisa sampe pangkat minimal lektor kepala.

yogiish
Автор

Profesor tu sebenarnya gak sekedar gelar doang
Itu kehormatan yg diberikan kepada individu yang memberikan kontribusi besar di bidang akademik dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Nah mereka tu kontribusinya apa, cuma gelar doang

youtubedummy
Автор

Kadang kalau saya teringat cita cita sewaktu dulu masih sekolah pengen lanjut kuliah krn pengen jadi peneliti & memenuhi haus ilmu, namun kemudian kandas tdk seperti teman2 seangkatan yg sekarang banyak mempunyai title, saya sering merasa kecewa dg diri sendiri. Namun di satu sisi kini saya menyadari mungkin rasa penyesalan itu akan jauh lebih besar lagi apabila saya telah lulus akademis namun tdk berguna sama sekali.

ThanosWasRight
Автор

SEPAKAT SAMA PROF 👍🙏

Ada persoalan terkait Scopus.. Kenapa mesti Scopus? Apakah Indonesia tidak mampu mengindexing artikel ilmiahnya sendiri? Toh kita punya Sinta (Index Nasional) seharusnya di mantapkan, di maksimalnya indexing itu.

Di tambah hanya kampus² besar saja yang mampu berlangganan dengan database, jurnal2 besar (Elsavier, Ebsco, WoS dll) apakah PERPUSNAS TIDAK MAMPU sebagai penghimpun Sumber database yang dapat di akses secara nasional dan umum? TOLONG REDAKSI NARASI ANGKAT PERMASALAHAN INI, INI JUGA TERKAIT ILMU PENINGKATAN PENGETAHUAN.. 🙏🙏🙏

irvannibahri
Автор

Pengalaman saya sebagai akademisi di bidang sosial. Saat saya masih kuliah, saya melihat bahwa dosen-dosen sangat haus keinginan untuk mempublikasikan jurnal terakreditasi sinta maupun scopus. Sangking hausnya, sampai memanfaatkan kewenangannya sebagai dosen dan memaksa hasil penelitian mahasiswanya digunakan sebagai jurnal ilmiah. Mahasiswanya yang capek penelitian, dosen yang numpang nama untuk kepentingannya memperkaya prestasi publikasi ilmiah. Demi menghasilkan banyak jurnal, oknum dosen menggunakan kewenangannya memilih mahasiswa yang pandai dan meminta secara khusus kepada ketua jurusan agar menjadi dosen pembimbing mahasiswa tersebut. Lalu oknum dosen itu meminta skripsi mahasiswanya untuk jurnal akreditasi sinta tingkat 2. Setelah skripsi selesai, mahasiswa wajib memberikan soft file maupun hard file kepada dosen pembimbing. Hal itu membuat peluang file skripsi mahasiwa tsb digunakan sebagai jurnal ilmiah dosennya. Meski nama saya juga disematkan sebagai penulis jurnal dan itu dapat menguntungkan saya sebagai akademisi. Tapi saya gak rela jika nama saya disematkan berdampingan dengan oknum dosen yang sudah memanfatkan banyak mahasiswa dengan kewenangannya, termasuk saya. Ya memang sesulit itu untuk meraih gelar, mesti bnyk riset dan melakukan publikasi ilmiah. Dosen pasti udah disibukkan dengan mengajar dan beragam aktivitas, ditambah syarat memperoleh gelar harus melakukan publikasi ilmiah, ya cara mudahnya dengan menggunakan hasil penelitian mahasiswa. Ditambah tekanan dari kampus yang menginginkan peningkatan akreditasi dan cita-cita bermetamorfosis menjadi universitas membutuhkan peningkatan jumlah tenaga pengajar bergelar doktor/profesor. Kampus saya itu salah satu institut negeri dan rajin banget minta ke kementerian supaya diangkat menjadi universitas.

gennieus
Автор

Hahaha waktu itu aku pernah ngebully salah satu tokoh politik di sosial media yang dapat gelar Doktor HC, karena resah aja mendapatkan gelar terhormat ini berasa kaya ada permainan. Cuman karena aku berpikir waktu itu hanya berupa bullyan seperti buzzer mending aku hapus itu. Eh ternyata topik ini diangkat ke channel narasi yang membuatku semakin yakin kalo mendapatkan gelar kaya gini ada permainannya hehehe

hardirahmat
Автор

ini kalo di analogikan ke dalem game rpg. udah capek " grinding berhari hari malah kalah yang sama full cash.

candle
Автор

Obral gelar professor utk org politik. Inilah negeriku.. bangga!!!! Kepak sayap ayam geprek!!

kaizendigital_id
Автор

True sekali ini, heran segitu mudahnya mereka dapat gelar. Bukan karena iri, tapi pemberi gelar harus berpikir tentang tanggung jawab atas apa yang mereka sematkan.

anjimukti