Biografi Buya Hamka Sang Pembelajar Otodidak

preview_player
Показать описание
Abdul Malik Karim Amrullah yang populer dengan nama penanya Hamka, dilahirkan di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada tanggal 17 Februari 1908. Hamka diberikan sebutan Buya, suatu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku.

Ayahnya bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, beliau merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau. Ayahnya adalah pendiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang , sedangkan ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Perceraian orang tuanya menyebabkan Hamka harus berpisah dengan ibunya pada saat usianya baru menginjak enam tahun.

Hamka mulai bersekolah pada usia tujuh tahun di sekolah dasar di Padang Panjang, tetapi hanya sampai kelas dua saja. Ketika usianya 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Mulai tahun 1916 sampai 1923, ia belajar Agama di lembaga pendidikan Diniyah School di Padang Panjang, serta Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan di Parabek. Walaupun pernah duduk dikelas VII, akan tetapi ia tidak mempunyai ijazah.

Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin, ini menjadikan beliau sebagai seorang ahli pidato yang handal.

Di Yogyakarta beliau sempat memperoleh pengalaman yang sangat berarti, yaitu dengan melakukan diskusi bersama teman-temannya yang memiliki wawasan luas, di antaranya adalah Muhammad Natsir. Disinilah beliau HAMKA mulai berkenalan dengan ide pembaruan Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang dipimpin A.R. Sutan Mansur. Selepas merantau di jawa, Hamka kemudian kembali ke Padang Panjang untuk membesarkan Muhammadiyah. HAMKA sangat aktif dalam gerakan Islam melalui 0rganisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 dalam melawan khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang.

Pada tahun 1927, ia berangkat menunaikan ibadah haji sambil menjadi koresponden pada harian “Pelita andalas” di Medan. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya, Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak. Hamka adalah sosok seorang pelajar otodidak yang mendalami berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.

Sepulangnya dari Kota Mekah, ia kemudian dinikahkan dengan Siti Rahmah binti Endah Sutan pada tanggal 5 April 1929. Dari perkawinannya itu ia di karunia sebelas anak. Setelah istrinya yang pertama meninggal, ia kemudian menikah lagi dengan perempuan asal Cirebon, yaitu Hj. Siti Khadijah.

Hamka merupakan seorang penulis yang sangat produktif. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai penulis Hamka berhasil menulis puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku.

Hamka pernah ditahan selama dua tahun empat bulan tanpa proses pengadilan karena dianggap melanggar UU Anti-Subversif melalui Pempres No. 11. Ia dituding terlibat dalam upaya pembunuhan presiden Sukarno dan Menteri Agama saat itu, Syaifuddin Zuhri. Namanya dihancurkan, perekonomiannya dimiskinkan, kariernya dimatikan dan buku-bukunya dilarang beredar sejak itu.

Tetapi, Hamka yang seorang ulama besar Indonesia tidak pernah menyimpan dendam. Bukti shahihnya adalah saat Kafrawi, Sekjen Departemen Agama dan Mayjen Soeryo, ajudan Presiden Soeharto, datang ke rumah Hamka membawa pesan dari keluarga Sukarno pada 16 Juni 1970. Pesannya adalah , Buya Hamka dengan sangat hormat diminta mengimami shalat jenazah Sukarno. Tanpa berpikir panjang, ia kemudian melayat ke Wisma Yaso, tempat jenazah Presiden Soekarno disemayamkan. Sesuai wasiat, Buya Hamka pun memimpin shalat jenazah mantan presiden yang pernah menjebloskannya ke penjara itu.

Hamka meninggal dunia pada hari Jumat, 24 Juli 1981 pukul 10:37 WIB dalam usia 73 tahun. Jenazahnya disemayamkan di rumahnya di Jalan Raden Fatah III. Menteri Perhubungan Azwar Anas yang menjadi imam salat jenazahnya. Jenazah Hamka dibawa ke Masjid Agung Al-Azhar dan dishalatkan sekali lagi, sebelum dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, dipimpin oleh Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara.

Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Buya awak ko. Dari parabek. Bangga na wak baraja di parabek. Samo sakolah wak buya 😊 alfatihah untuk buya awak😊

Mr.i-iper
Автор

Alfatehah....tokoh yng disayangi seluruh lapisan masyarakat Malaysia...

qisyamalay
Автор

anak2 skrng hrs tau sejarah
era siapa dulu yg pernah mempenjarakan ulama
dan era siapa lg terulang nya fahammm

yusrizalmakaciak
Автор

Supaya tidak salah paham, di awal narasi disebut kata penanya. Seharusnya diucapkan pena nya. Karena dia banyak menulis cerita, atau artikel. Jadi dia memiliki nama populer yang biasa dicantumkan di setiap karangannya. Itulah nama pena nya yaitu HAMKA.

smpnbelalau
Автор

seMoga Buya Hamka mendapat ampunan dan keberkahan Illahi.🤲

cakhas
Автор

Otodidak tapi ilmunya buuanyaak dan tinggi, brti semangatnya yg hebat

niniekhardiati
Автор

Min bikin konten biografi Guru Bangsa Haji Omar Said Tjokroaminoto

fahrizalubbe
Автор

Izin ngambil sound yaa bg, untuk tugas kuliah🙏🙏

ahmaddfajar
Автор

sekolah nya cuma sampai kelas dua SR ( SD jaman dulu ), adik nya angku wadud sekelas sama emak gua di sungai batang, maninjau

adiis
Автор

muncul di branda...
jgn² sejarah akn terulang.
#IB_HRS akn menyolatkan sejarah yg sm🤲

KKN_Tumbang