filmov
tv
Inilah 7 Kesaktian Prabu Siliwangi yang Menggemparkan
Показать описание
#7kesaktianprabusiliwangi
Kisah demi kisah dihantarkan. Satu kiisah kemudian melapisi kisah lainnya. Kadang menjadi sebuah kisah tersendiri, menjadi penggalan kisah yang tidak bertautan. Tersisa nelangsa membelenggu sukma. Sementara disana disisi ruang batin, terasa hampa rindukan pagi. Melamunkan nuansa, romansa alam dengan sinarnya yang menghangatkan. Berharap ada hantaran cahaya pencerah, yang dapat membuka hijab pemikiran. Ada sebuah kesadaran yang tertutup lapisan, seperti dimensi yang tak tembus pandang. Itu bagai benalu pemikiran yang terus menggelayuti otak kanan dan kiri. Penampakannya seperti menggumpali awan. Mengikat keseluruhan.
Dan kemudian, perlahan selanjutnya awan itu menggelap termanifestasi realitasnya, nyata di atas langit sana, menutupi area pemakaman wali. Tempat jalannya prosesi. Sebagaimana berita yang disampaikan Pak Aryo, akan dinaungi mendung. Awan yang akan terus mencurahkan airnya, menutupi laju kendaraan mereka, disepanjang perjalanannya hari itu. Begitulah keadaan perjalanan spiritual, sejak mulai dari kota Garut sampai kembali tiba di ke kota mati (Fatahilah), tempat awal keberangkatannya tadi. Langit seakan tengah berpesta menghamburkan isinya. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak basah oleh air hujan. Seluruh jalan yang dilalui rata membasah, oleh air yang tercurah dari langit. Malam gelap keadaannya, dinginnya merasuki jiwa. Mobil yang ditumpangi seperti berkabut, membias dari balik pandangan matanya.
Mas Thole singgah sebentar disana, tempat dia menaruh kendaraannya. Selanjutnya melaju menyusuri jalan-jalan ibukota. Pandangan tajam ke depan."Jam dua belas malam masih disini, di kota tua yang mati."Batinnya mengingatkannya. Ya, disini dikota tua, dia mulai berada diatas motor, hendak kembali ke Bekasi. Menatap jauh kedepan, langit yang dilalui. Langit seperti tembus pandang, jauh keluar dimensinya. Langit seperti balas menatap kembali. Tersergah hawa dingin di hati, sedingin sabetan pedang. Angin menapar dari muka dan belakang.
“Dimanakah sekarang ini..?. Benarkah dia telah kembali ke alam nyata ?.” Kesadarannya mencoba mengenali, seperti dua dimensi sekarang ini, sudah tidak ada pembatasnya lagi. “Pintu dimensi Pajajaran sudah terbuka ?.” Ugh. “Semoga ini hanya sebuah ilusi” Bisiknya meyakinkan dirinya. DKesadarannya selalu tersedot kesana, mengamati suasananya. Memang sepanjang perjalanan rekan-rekannya telah mengabari perihal ini. Tentang pintu sebuah dimensi, yang terbuka, dan telah mengguncangkan seluruh kerajaan makhluk ghaib disana.
Kreator: Arif Budi Utomo
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Kisah demi kisah dihantarkan. Satu kiisah kemudian melapisi kisah lainnya. Kadang menjadi sebuah kisah tersendiri, menjadi penggalan kisah yang tidak bertautan. Tersisa nelangsa membelenggu sukma. Sementara disana disisi ruang batin, terasa hampa rindukan pagi. Melamunkan nuansa, romansa alam dengan sinarnya yang menghangatkan. Berharap ada hantaran cahaya pencerah, yang dapat membuka hijab pemikiran. Ada sebuah kesadaran yang tertutup lapisan, seperti dimensi yang tak tembus pandang. Itu bagai benalu pemikiran yang terus menggelayuti otak kanan dan kiri. Penampakannya seperti menggumpali awan. Mengikat keseluruhan.
Dan kemudian, perlahan selanjutnya awan itu menggelap termanifestasi realitasnya, nyata di atas langit sana, menutupi area pemakaman wali. Tempat jalannya prosesi. Sebagaimana berita yang disampaikan Pak Aryo, akan dinaungi mendung. Awan yang akan terus mencurahkan airnya, menutupi laju kendaraan mereka, disepanjang perjalanannya hari itu. Begitulah keadaan perjalanan spiritual, sejak mulai dari kota Garut sampai kembali tiba di ke kota mati (Fatahilah), tempat awal keberangkatannya tadi. Langit seakan tengah berpesta menghamburkan isinya. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak basah oleh air hujan. Seluruh jalan yang dilalui rata membasah, oleh air yang tercurah dari langit. Malam gelap keadaannya, dinginnya merasuki jiwa. Mobil yang ditumpangi seperti berkabut, membias dari balik pandangan matanya.
Mas Thole singgah sebentar disana, tempat dia menaruh kendaraannya. Selanjutnya melaju menyusuri jalan-jalan ibukota. Pandangan tajam ke depan."Jam dua belas malam masih disini, di kota tua yang mati."Batinnya mengingatkannya. Ya, disini dikota tua, dia mulai berada diatas motor, hendak kembali ke Bekasi. Menatap jauh kedepan, langit yang dilalui. Langit seperti tembus pandang, jauh keluar dimensinya. Langit seperti balas menatap kembali. Tersergah hawa dingin di hati, sedingin sabetan pedang. Angin menapar dari muka dan belakang.
“Dimanakah sekarang ini..?. Benarkah dia telah kembali ke alam nyata ?.” Kesadarannya mencoba mengenali, seperti dua dimensi sekarang ini, sudah tidak ada pembatasnya lagi. “Pintu dimensi Pajajaran sudah terbuka ?.” Ugh. “Semoga ini hanya sebuah ilusi” Bisiknya meyakinkan dirinya. DKesadarannya selalu tersedot kesana, mengamati suasananya. Memang sepanjang perjalanan rekan-rekannya telah mengabari perihal ini. Tentang pintu sebuah dimensi, yang terbuka, dan telah mengguncangkan seluruh kerajaan makhluk ghaib disana.
Kreator: Arif Budi Utomo
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Комментарии