Eps 624 | ORANG JENIUS PUN GA BISA JAWAB SOAL INI? REVIEW SOAL ULANGAN DI SEKOLAH INDONESIA

preview_player
Показать описание
ikuti juga konten medsos milik kami

Untuk berdiskusi berdiskusi lebih dalam yang sehat dan berintelektual dan untuk informasi lainnya seputar Bisnis dan financial bisa join di Komunitas SIRARU

Selain itu kami nembuka kajian di Glory Box Cafe BTM Bandung, Kafe nakara lengkong besar Bandung

Untuk info kerjasama dapat menghubungi :

+62 897-1044-343 (Tim Management)
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Pak guru pak guru...kenapa sih pembullyan di sekolah lebih tidak penting ketimbang rambut panjang dan memakai jaket?...

bandar-meme
Автор

Saat lulus sekolah 12 tahun:
a. Saya tidak tahu cara mengelola gaji UMR
b. Saya tidak tahu cara hitung dan bayar pajak penghasilan
c. Saya tidak tahu cara perhitungan KPR dan leasing motor/mobil
d. Saya tidak tahu banyak hal dalam kehidupan

Yang saya tahu: batuan mencair yang keluar dari perut bumi dinamakan Magma..

😂😂😂

wirosableng
Автор

Soal-soal ujian yang disoroti Pak Guru berkutat pada aspek-aspek "what", "who", "when" (fakta). Sudah saatnya guru-guru membuat soal-soal yang fokus pada "how" dan "why", atau bahkan "what if", yang lebih menantang nalar dan daya cipta.

chairilanwarkorompot
Автор

Pak Guru, topik ini pernah sekilas disinggung dosen saya.. waktu kami membahas bedanya kurikulum nasional dan kurikulum Cambridge yang dipakai di sekolah2 internasional di Indonesia.

Soal2 kurikulum nasional fokusnya ke hapalan. Sementara kurikulum Cambridge fokus ke analisa seperti contoh soal yg Bapak buat di video.

Dan betul soal untuk tes masuk perguruan tinggi nasional pun pakai soal hapalan begitu.

That's why anak yang sekolah di sekolah internasional, akan kalah bersaing kalau mau masuk PTN sama anak2 sekolah negeri. Akhirnya mereka pilih kuliah di luar negeri yang mengakomodir cara berpikir analitis mereka.

Dan sebaliknya, anak sekolah negeri akan lebih kesulitan tembus kampus2 di luar negeri karena terbiasa menghapal untuk ujian, bukan berpikir kritis.

puti.puripi
Автор

Anak SD harusnya diajarkan praktek buang sampah dan menjaga kebersihan dg diliatin contoh video negara2 yg bersih, menegur keluarga yg buang sampah sembarangan dan menjaga kedisiplinan diri serta menghargai perbedaan, mslh dasar spt itu tdk diajarin makanya negara kita kumuh dan kurang disiplin baik dijalan maupun di manapun

arsenraisa
Автор

Jujur gw merasa semakin bisa bernalar pas gw udah keluar dari SMA (lulus), karena di kuliah mayoritas pembelajaran dilakukan seorang diri jadinya gw melakukan pembelajaran tanpa dibimbing. Anehnya tuh tidak adanya bimbingan malah ngebuat gw semakin baik dalam bernalar dan memahami konteks suatu ilmu karena gw dibebaskan dalam memilih informasi dan sumber ilmu yang bisa gw dapetin, selain itu kebanyakan soal kuliah jg bukan hapalan, melainkan argumentasi dan pemahaman. Gw punya privilege dalam bahasa inggris karena dari kecil suka main video games jadi gw bisa punya akses terhadap ilmu dari sumber luar. Jujur kurasi informasi yang dilakukan sekolah malah ngehalangin gw buat memahami konteks besar dari suatu ilmu dan pada akhirnya gw malah dipaksa buat ngehapalin fakta tanpa mengetahui konsep dan konteks dari fakta tersebut. Otak manusia tidak dirancang untuk mengingat banyak informasi, kita kalah telak dari komputer soal itu, tapi otak manusia dirancang untuk bernalar dan berpikir kritis, sehingga dapat menciptakan suatu gagasan dari kumpulan informasi yang kontekstual. Sayangnya sekolah cuma nyuruh gw ngehapalin fakta doang tanpa suatu konteks, saat nanya ke guru untuk memahami konteks informasi secara lebih komprehensif aja dimarahin dan cuma disuruh ngehapalin, ga jelas emang. Makanya gw sebenernya setuju sama perbaruan soal UTBK yang dilakukan sama Nadiem Makarim yang lebih menguji kemampuan siswa dalam menginterpretasikan informasi, mengambil kesimpulan dengan data yang terbatas, dan kemampuan mengolah data hingga menjadi suatu insight yang berguna (matematika dan hitungan), bukan hapalan ga guna tanpa konteks. Anehnya masa pencerahan gw dateng setelah gw keluar dari sekolah bukan sebaliknya (saat gw masuk sekolah).

muhammadlutfirachman
Автор

Mayoritas Sekolah di Wakanda melatih muridnya pandai menghafal bukan pandai berpikir

Rufendhika
Автор

Sedikit cerita Saya sebagai peserta didik saya sangat happy bisa sekolah di MTS/MA Zakaria dengan pelajaran yg guru gembul jelaskan dan di sekolah saya di ajarkan belajar literasi lebih banyak ketimbang belajar kurikulum dan selalu refleksi kemudian evaluasi 😁

kelvineee
Автор

Ketika saya SMP saya mulai mempertanyakan apa hubungannya materi - materi yang ada di mata pelajaran untuk kehidupan sehari-hari, dan pernah satu kali ditanyakan kepada guru Geografi, ,,, jawabnya hanya "Supaya wawasan saya bertambah". Dari situ saya pergi ke sekolah hanya karena takut di marahi orang tua, dan malu sama yang lain kalau tidak sekolah. Dan itu kebawa samapai saya SMK. Relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan itu harus dikedepankan karena itu yang akan memotivasi rasa ingin tahu dan penasaran. Kalau sudah penasaran pasti akan semangat belajar (dalam arti sesungguhnya)

TentangCara
Автор

Pembuatan soal untuk penilaian kognitif mungkin perlu juga untuk mencakup 6 level dalam bloom taxonomy sehingga bisa menilai sampai tahap mana peserta didik menguasai materi pembelajaran:
Level1 : Mengingat ( sekedar tau )
Level2 : Memahami (tau dan paham)
Level3: Aplikasi (sudah mampu menerapkan materi yg dipelajarinya dlm kehidupan nyata)
Level4: Analisis ( sudah mampu menguraikan suatu masalah untuk dicari solusinya)
Level5: Evaluasi (mampu mengevaluasi suatu hasil atau keputusan)
Level6: Membuat (mampu menciptakan sesuatu yg unik atau baru, berdasarkan materi yg dipelajarinya)

atratech
Автор

Gw percaya sih Indonesia kedepannya akan menjadi lebih baik dalam berbagai aspek.
Kenapa..karena gw perhatikan sudah banyaknya influencer yang populer tidak hanya dalam segi hiburan namun juga edukatif. Salah satunya kayak guru gembul ini, ada juga contoh lainnya seperti dr. Indrawan, ferry Irwandi, Raymon chin, dan om botak. Mereka mereka ini populer bukan karena menyajikan hiburan loh tapi karena pemikirannya. Itu menandakan masyarakat kita sudah banyak yang melek dan ini hal yang sangat positif buat Negara ini.

muhamadsolihin
Автор

buat para guru masa depan kalo mau jadi guru di indo ini, pilihan jadi guru SD. Setidaknya masih relevan dan tugas sebagai guru tercapai, seperti guru paling berjasa disekolahan menurut saya adalah guru mengajarkan membaca menulis menghitung dan guru agama, karna itu yang sangat relevan dan selalu melekat pada setiap murid bahkan sampai tuanya.

rayyan
Автор

Terima kasih Guru Gembul sudah mereview tipikal soal ulangan di sekolah Indonesia.

Setelah menyimak video ini saya belajar 2 hal :
1. Relevansi
2. Penalaran

Konten ini sangat singkat tapi berbobot dan daging. Menurut saya, Indonesia memang darurat dalam hal kemampuan menemukan relevansi dan bernalar. Semoga permasalahan ini bisa lekas kita atas bersama. Sehat selalu. Salam dari Ponorogo!

isalutfi
Автор

sy jg punya pengalaman pribadi tntg pendidikan

krn punya talenta dr lahir tntng senirupa sy lulus masuk SMSR (sekolah menegah senirupa)yg sekarang disebut SMK.
4 thn lama pendidikan kami sy sekolah sambil bekerja sebagai pelukis jalanan, disekolah dr awal nilai sy selalu 5 basar dan sy juga dapat PMDK.
setelah lulus krn ingin jd seniman sy masuk peguruan tinggi ISI(institut seni indonesia)di jogjakarta.
hasil yg sy dapat sy tidak lulus malah yg banyak lulus siswa2 dr SMA yg notabene tdk begitu paham kesenirupaan dibanding kami.
sejak itu sy merantau kebali dg takdir hidup yg tdk lagi dominan disenirupa .

skrng sy disibukan dg proyek yg bukan hanyaseni
kesimpulanya cita2 sy dulu tuk capaian akademis di seni terkikis habis sejak kegagalan masuk perguruan tinggi itu serta sering jd hambatan bg sy ktk dibenturkan oleh mahluk2 hina yg menghukumi kemampuan seseorang berdasarkan tingkat atau gelar akademis yg diraihnya.



demikian wasalam .

elisuarni
Автор

Perubahan soal soal di sekolah Indonesia semoga sudah dimulai dengan adanya Kurikulum Merdeka ini. Nanti 2024 kalau Guru Gembul menjadi Menteri Pendidikan, (amiin), semoga akan muncul Kurikulum Revolusi yg akan merubah semua pola soal-soal di sekolah Indonesia!
Jangan lupa, menjadi menteri hanya STATUS. Yang penting adalah PERANNYA! 👍

lingganesia
Автор

Putri saya selalu ranking di kelas. Bahkan juara umum disekolahnya SMPnya. Sering disuruh ikut olimpiade dlsb...
Pada suatu kesempatan, saya mengumpulkan soal soal matematikanya karena dia berusaha untuk masuk disuatu sekolah unggulan. Saya terkejut, karena saya sendiri butuh waktu sekedar untuk memahaminya. Saya hanya mampu menjawab 40% soal soall tersebut 😂
Saya curiga anak saya juga sama seperti saya. Dan terbukti, bahkan lebih buruk dari saya.
Akhirnya saya baca semua buku pelajaran matematikanya...Dan sampailah saya pada kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara yang dipelajari disekolah dengan soal2x ujian tersebut, olimpiade dan soal seleksi masuk SMA Unggulan. Keterkejutan saya belum selesai, temannya yang ranking 25 dikelasnya lolos ke SMA Unggulan tersebut, tidak dengan putri saya.
Selidik punya selidik, temannya itu mengikuti las tambahan, demikian dengan putra putri rekan2x saya yang lolos ke PTN. Les semua, Dan orangtua2x mengeluh karena anak anaknya mati mati di les. Anak saya memang tidak ikut les les tambahan, ini kurang lebih persis seperti saya dulu ketika SMP/SMA.
Pernyataan Pak Guru tadi yang menyinggung keterhubungan antara sekolah dengan dunia kerja yang nggak nyambung. Saya yakinkan memang tidak ada hubungannya, karena utk menghubungkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi aja nggak nyambung😅.
Yang nyambung itu, biaya sekolah yang semakin mahal berbanding terbalik dengan kualitasnya...

fraodharma
Автор

Ketika mengajar debat kompetitif kepada adik kelas saya, Saya sering kali mendapati mereka kesusahan untuk berargumentasi. Hampir pada setiap kesempatan untuk melakukan modelling terhadap kasus yang coba dibangun, mereka selalu saja menggunakan pendekatan yang deskriptif dan tidak argumentatif. Bahkan, setelah saya coba perkenalkan dengan beberapa jenis model dalam argumen dan ilmu dasar logika, mereka tetap saja mengalami kesusahan dalam menghubungkan satu premis dengan premis lain, apalagi untuk sekedar bertanya pada taraf "how" dan "why". Saya rasa, hal ini ada hubungannya dengan nurturing yang telah diberikan 11 tahun di sekolah. Mereka stuck di level remembering dan undertanding (kalau merujuk pada revised bloom's taxonomy). Dengan demikian, saya terpaksa untuk mengajarkan dan memantik mereka untuk mulai mempertanyakan setiap nilai kebenaran premis, relasi antara satu premis dengan premis yang lain, dan kesimpulan yang dihasilkannya yang tentu saja tidaklah mudah😁

flh_ma
Автор

Mengenai soal2 CPNS dan Kedinasan pak GG, Alhamdulillah nya sudah tidak seperti sebelum 5 tahun kebelakang pak, sudah soal nalar semuanya, baik dari TWK hingga Karakteristik, dan bagi saya soal2 sekarang ini sangat baik dan menguji kualitas seseorang, bukan masalah sulitnya yang harus menghafal lalu dikaitkan dg hafalan lain juga tapi sekarang lebih cara berkemampuan berfikir nalar.

theloanfintech
Автор

Harus sering-sering bikin video seperti ini biar yang pekak bisa mendengar.

Pendidikan Indonesia sudah keterlaluan, pendidikan terlalu mencetak pengangguran. Dapet pekerjaan pun hanya karena keberuntungan.

SunanKeSebelas
Автор

Saya guru di Malaysia. Proses membuat soalan mesti melalui satu blue print yang membahagikan soalan mengikut teksonomi bloom. Dalam 50 soalan berapa bilangan soalan berbentuk pengetahun, berapa kefahaman, berapa analisa dan seterusnya. Bilangan itu mesti ada relevennya jika dipersoalkannya. Bukan asal² soalan.

zainiothman