DONALD TRUMP KEPLESET MINYAK: Amerika akan jatuh?

preview_player
Показать описание
Donal Trump, presiden Amerika yang sering sesumbar, terpeleset minyak. Kakinya tidak lagi berfungsi sebagai kaki, keduanya njengat ke depan tidak terkontrol. Trump kejengkan Sebentar lagi jatuh... demikianlah karikatur buatan Mahmoud Abbas, seniman Palestina yang tinggal di Swiss. Apakah ini menggambarkan Amerika yang sebentar lagi tumbang?

Coba kita lihat latar belakang kartun ini, yaitu pada krisis minyak yang tengah melanda, ketika harga minyak mentah di bawah 0 dolar per barel.
Ini belum pernah diprediksi bahkan oleh pengamat paling pesimis sekalipun.

Krisis minyak ini tidak dapat dilepaskan dari pandemi corona.

Kebijakan lockdown atau di rumah saja, bahasa Jawanya ndhekem, mengakibatkan pergerakan transportasi tersendat, padahal transportasi darat dan udara mengkonsumsi 68% dari seluruh pasokan minyak, sisanya untuk menggerakkan pabrik, padahal bariknya juga berjalan kembang kempis. Dengan kata lain, permintaan global minyak mengalami kemunduran besar karena Corona.
Situasi itu terasa ketika pandemi menular ke negara-negara Eropa Barat, penurunan tajam pada permintaan minyak global terjadi karena negara-negara itu adalah konsumen besar minyak.
Krisis minyak segera menyengat ketika Amerika menjadi juara satu dalam kasus Covid-19. Negeri Donal Bebek ini mengkonsumsi 20% dari seluruh minyak dunia. Rakyat amerika yang Work from Home, sebagaimana rakyat yang lain di dunia, menjadi irit bensin, apalagi 84.763 rakyatnya yang tewas diantara 297.000an mayat covid di seluruh dunia.

West Texas Intermediate pun menetapkan harga minyak pada titik terendah, yaitu minus US$ 37,63, pada 20 April 2020, yang disebut "Black Monday".
Amerika Serikat adalah produsen minyak tertinggi di dunia, bisa mencapai 13.973.000 barel perhari. Padahal, minyak yang ditambang di Amerika berbeda dengan kebanyakan minyak di negara lain. Shale oil atau minyak serpih ini disebut-sebut memiliki kualitas yang lebih baik. Namun... biaya kelola jauh lebih mahal. Lha kalau harga minyak jatuh... Rugi... Amerika rugi...
Bukan Amerika kalau mau rugi, apalagi Donal Trump sudah bertekat “American First”, ia segera mengeluarkan jurus-jurusnya.

Amerika meminta Rusia untuk menurunkan produksi minyaknya agar harga minyak tetap tinggi sehingga perusahaan-perusahaan minyak serpih Amerika dapat bersaing di pasar.
Sebentar, perlu disampaikan juga bahwa meskipun Rusia berada di peringkat 8 dalam hal cadangan minyak, Rusia merupakan produsen terbesar kedua dunia dengan tingkat produksi mencapai 11,2 juta barel per hari. Amerika Serikat memproduksi lebih banyak minyak dengan dengan rata-rata 12 juta barel per hari. Memang, cadangan minyak Rusia hanya 70% lebih sedikit daripada Arab Saudi, namun setara dalam hal produksi. Rusia tidak mau diatur-atur Amerika, mantan negar Uni Soviet yang dulu menjadi saingan utama saat p3rang Dingin itu menolak pengurangan produksi karena khawatir Amerika akan mengkompensasi pengurangan produksi itu dengan minyak serpihnya.

Karena Rusia tidak mau berhenti sedot minyak, Amerika meminta teman dekatnya yang penurut, Arab Saudi, untuk menekan Rusia agar mengurangi produksi minyak. Maka, Arab menyelenggarakan pertemuan Negara-negra pengekspor minyak (OPEC) Plus Rusia pada 6/maret/2020. Tetapi, negara beruang merah itu tetap ngeyel terus nggenjot pompa minyaknya, ia tahu itu pertemuan itu juga reka-reka Amerika. Apalagi, issue perpecahan di tubuh OPEC juga mulai berhembus.

Mangkel karena ajakannya diabaikan, Arab Saudi justru menggenjot minyaknya hingga mencapai 12-13 juta barel per hari. Tidak segan-segan Sudi menyewa tanker minyak raksasa untuk tangki penyimpanan apung di laut.
Godam penghancur yang dibuat oleh pemerintahan Trump untuk memukul Rusia akhirnya menjadi bumerang, tidak hanya menyerang Rusia tetapi juga perusahaan minyak serpih Amerika dan Arab Saudi.

Perusahaan minyak serpih Amerika langsung tertekanan. Biaya produksi minyak serpih sekitar $ 35 per barel, sementara harga jualnya terus turun. Tidak seperti produksi tempe yang bisa dihentikan mendadak sewaktu-waktu, sumber minyak kalau sudah dibor tidak mudah dihentikan, biaya penghentiannya muahal. Minyak mentah ngocor terus, tempat penampungan habis, minyak menjadi sampah. Sebagaimana saya membayar tukang sampah yang setiap pagi datang mengambil, produsen minyak mau membayar konsumen yang bersedia menampungnya, maka harga minyak menjadi minus alias produsen justru membayar pada konsumen.
Jadi buah simalakama ini minyak, dimakan ibunya mati, tidak dimakan bapaknya mati, diemut terus mulut kemeng. Amerika sedang pusing, minyak hancur, 1,42 jt terpapar corona, 40 juta menjadi pengangguran, belum lagi persoalan dengan China.

#minyak #trump #amerika
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

jamiil.... mudah dimerngerti. mg Islam segera menggantikan peradaban kapitalisme yang rapuh ini

izzaherma
Автор

Saya suka dg chanel ini menarik terus buat konten" yg berbobot ya.

erwinrommel
Автор

Apakah ndekem itu ada outputnya sebagaimana angrem ya kkk

kadhiiom
Автор

Khazanah bahasa Jawa memang lengkap : #StayAtHome = nDekem

husainassadi
Автор

Saya pikir anda orang netral, ternyata anda mabok agama juga Deni J.

🤣🤣🤣🤣🤣

Jangan mabok agama, bentar lagi Arab Saudi juga hancur.
Beralihnya 60 % energy fosil ke energy ramah lingkungan dan efek ketidak berdayaan Agama terhadap pandemi covid, akan menghancurkan Arab Saudi juga.

Setelah Arab Saudi hancur, agama yg diusung juga akan ikutan hancur.

Sejarah membuktikan bahwa agama adalah produk penjajah yg dipaksakan atau dijual secara cuma cuma setelah penaklukan. Seolah olah tuhannya negara penakluk itu lebih hebat dari yg ditaklukkan.

Kalau ngomongin prediksi, jangan ngomongin agama deh. Itu semua produk sampah jualannya negara penakluk yg ujungnya membuat negara penakluk yg diuntungkan.

rudiflo