filmov
tv
Pilpres AS, Indonesia Lebih Untung Trump yang Menang atau Biden? Ini Kata SBY
Показать описание
Pilpres Amerika Serikat tinggal menghitung hari.Pilpres AS akan berlangsung pada Selasa, 3 November 2020.
Dalam Pilpres kali ini, calon petahana, Donald Trump yang berasal dari Partai Republik berhadapan dengan Joe Biden, dari Partai Demokrat.
Terkait Pilpres AS, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tanggapan.
Tanggapan dari SBY terkait mana yang lebih baik bagi Indonesia, apakah Trump atau Biden?
Pendapat SBY itu disampaikan melalui video di akun Youtube Susilo Bambang Yudhoyono yang diunggah pada Kamis (29/10/2020) kemarin.
Menurut SBY, situasi Pilpres AS saat ini bisa disebut sangat panas dan lebih dari sebelum-sebelumnya.
Hal itu terlihat dari perang kata antara Trump dan Biden dalam debat.
Apa yang terjadi saat ini, ujar SBY, juga jarang terjadi dalam sejarah Pilpres AS.
"Saya kira sebagian rakyat Amerika malu melihatnya," kata SBY.
SBY melanjutkan, ada pendapat yang menyebut bagi Indonesia, Trump adalah yang terbaik.
Alasanya, Trump dari Partai Republik sehingga tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Tidak akan ribut soal HAM, demokrasi dan juga perubahan iklim.
"Pandangan ini relatif sama dengan kalangan lain di negeri kita. Artinya juga menjagokan Trump dan berharap dia menang lagi. Cuma alasannya sedikit berbeda. Kata mereka, kalau Trump yang menang, hubungan ekonomi dan bisnis akan lebih hidup. Lebih meningkat. Argumentasinya, Partai Republik di AS lebih pro bisnis. Termasuk punya keberpihakan kepada perusahaan multi nasional," beber SBY.
Lebih lanjut, SBY mengungkapkan, dua bulan lalu ia diwawancarai oleh kalangan pers.
Di tengah wawancara, wartawan menyinggung soal isu Pilpres AS.
SBY mengatakan, kelompok ini justru mendukung Biden untuk menang dalam Pilpres.
"Alasannya, pertama mereka tidak suka dengan kepribadian dan gaya Trump. Yang kedua, apa yang diharap Indonesia dari Trump yang terkenal sangat egois dan ultra nasionalistik. Dia hanya mengutamakan Amerika dan tidak peduli dengan negara lain, bangsa lain," ujar SBY. D
Atas dua pendapat itu, SBY menyatakan ia menghormati semua pendapat tersebut.
Hal ini karena antara dua pendapat itu, tidak ada yang sepenuhnya benar, tidak ada yang sepenuhnya salah.
SBY mengungkapkan, ketika menjadi Presiden, ia sempat bekerja sama dengan dua Presiden AS, yakni George Bush dan Barack Obama.
Dua presiden itu dari partai yang berbeda.
Bush dari Partai Republik, sedangkan Obama dari Partai Demokrat.
Berdasarkan pengalamannya bekerjasama dengan dua presiden dari partai yang berbeda itu, SBY mengatakan menyangkut hubungan internasional, tidak ada perbedaan mendasar antara partai pemerintah maupun oposisi.
Jika ada perbedaan, hal itu tidak banyak dan tidak menyangkut hal yang prinsip.
"Saya harus mengatakan bahwa siapapun presidennya, agenda kerjamaa bilateral Indonesia AS-Indonesia tetap luas. Dapat disimpulkan hubungan bilateral Indonesia tidak semata-mata ditentukan darimana Presiden AS berasal," ungkapnya.
Lebih lanjut, SBY menyatakan Trump ataupun Biden yang menang, Indonesia tetap memiliki peluang yang sama.
Ia juga menyatakan, Indonesia harus siap dengan siapa pun yang terpilih nantinya.
Dalam Pilpres kali ini, calon petahana, Donald Trump yang berasal dari Partai Republik berhadapan dengan Joe Biden, dari Partai Demokrat.
Terkait Pilpres AS, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tanggapan.
Tanggapan dari SBY terkait mana yang lebih baik bagi Indonesia, apakah Trump atau Biden?
Pendapat SBY itu disampaikan melalui video di akun Youtube Susilo Bambang Yudhoyono yang diunggah pada Kamis (29/10/2020) kemarin.
Menurut SBY, situasi Pilpres AS saat ini bisa disebut sangat panas dan lebih dari sebelum-sebelumnya.
Hal itu terlihat dari perang kata antara Trump dan Biden dalam debat.
Apa yang terjadi saat ini, ujar SBY, juga jarang terjadi dalam sejarah Pilpres AS.
"Saya kira sebagian rakyat Amerika malu melihatnya," kata SBY.
SBY melanjutkan, ada pendapat yang menyebut bagi Indonesia, Trump adalah yang terbaik.
Alasanya, Trump dari Partai Republik sehingga tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Tidak akan ribut soal HAM, demokrasi dan juga perubahan iklim.
"Pandangan ini relatif sama dengan kalangan lain di negeri kita. Artinya juga menjagokan Trump dan berharap dia menang lagi. Cuma alasannya sedikit berbeda. Kata mereka, kalau Trump yang menang, hubungan ekonomi dan bisnis akan lebih hidup. Lebih meningkat. Argumentasinya, Partai Republik di AS lebih pro bisnis. Termasuk punya keberpihakan kepada perusahaan multi nasional," beber SBY.
Lebih lanjut, SBY mengungkapkan, dua bulan lalu ia diwawancarai oleh kalangan pers.
Di tengah wawancara, wartawan menyinggung soal isu Pilpres AS.
SBY mengatakan, kelompok ini justru mendukung Biden untuk menang dalam Pilpres.
"Alasannya, pertama mereka tidak suka dengan kepribadian dan gaya Trump. Yang kedua, apa yang diharap Indonesia dari Trump yang terkenal sangat egois dan ultra nasionalistik. Dia hanya mengutamakan Amerika dan tidak peduli dengan negara lain, bangsa lain," ujar SBY. D
Atas dua pendapat itu, SBY menyatakan ia menghormati semua pendapat tersebut.
Hal ini karena antara dua pendapat itu, tidak ada yang sepenuhnya benar, tidak ada yang sepenuhnya salah.
SBY mengungkapkan, ketika menjadi Presiden, ia sempat bekerja sama dengan dua Presiden AS, yakni George Bush dan Barack Obama.
Dua presiden itu dari partai yang berbeda.
Bush dari Partai Republik, sedangkan Obama dari Partai Demokrat.
Berdasarkan pengalamannya bekerjasama dengan dua presiden dari partai yang berbeda itu, SBY mengatakan menyangkut hubungan internasional, tidak ada perbedaan mendasar antara partai pemerintah maupun oposisi.
Jika ada perbedaan, hal itu tidak banyak dan tidak menyangkut hal yang prinsip.
"Saya harus mengatakan bahwa siapapun presidennya, agenda kerjamaa bilateral Indonesia AS-Indonesia tetap luas. Dapat disimpulkan hubungan bilateral Indonesia tidak semata-mata ditentukan darimana Presiden AS berasal," ungkapnya.
Lebih lanjut, SBY menyatakan Trump ataupun Biden yang menang, Indonesia tetap memiliki peluang yang sama.
Ia juga menyatakan, Indonesia harus siap dengan siapa pun yang terpilih nantinya.
Комментарии