MAIN PIANIKA DI SINGAPORE?

preview_player
Показать описание

Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Kakak kalo aku pasti malu bgt😢😢 kakak berani😊

FahmiAlfikry
Автор

Gak ada kata kata lain selain “ luarbiasa “ 😁

ari
Автор

PAS MAIN PIANIKA PERTAMA ITUU LAGUNYA KAYAK DI GAME "HIDE ONLINE" CANTIKK BNGTT SUARA NYY, SEMANGATT KAKKK ☺💗

its_zizii
Автор

Gokil, keren. Cuma itu gpp kak? Itu yg pada liatin bs jadi bingung kalau disitu dan jam segitu kok bs ada yg main Pianika 😅

stratolexa
Автор

Kalau Anda jalan-jalan ke negeri seberang, sebutlah Singapore dan Malaysia, Anda akan menemukan cukup banyak tempat-tempat wisata yang sebenarnya terdapat juga di Indonesia. Tempat belanja, museum, peninggalan bersejarah, wisata alam, hingga pusat-pusat kuliner semua ada di Indonesia. Bahkan kekayaan wisata negeri kita lebih beragam dibanding dengan kedua negara serumpun itu. Namun, jumlah wisatawan yang berkunjung ke dua negara tersebut lebih banyak setiap tahunnya. Kalau Anda berjalan-jalan di kawasan Bukit Bintang di Malaysia dan Orchard Road di Singapore, Anda akan banyak menemukan wisatawan mancanegara bersileweran di seputar jalanan tersebut. Wisatawan Indonesia juga banyak berkeliaran di kawasan wisata belanja itu. Mereka rela membuang-buang ribuan dollarnya untuk belanja di kawasan tersebut. Padahal barang-barang yang mereka beli di kedua tempat belanja itu juga ada di Indonesia. Tapi mereka lebih senang dan suka belanja di Bukit Bintang maupun Orchard Road. Tadinya saya bingung sendiri kenapa itu bisa terjadi. Saya pikir, dahulu Jakarta adalah tempat belanja yang hebat bila dibanding dengan kota Medan, kota kelahiran saya. Ternyata, Jakarta belum ada apa-apanya dibanding Singapore dan Kuala Lumpur-Malaysia. Padahal, sekali lagi, Jakarta memiliki banyak potensi untuk menjadi pusat belanja kelas dunia. Kenapa? Cuma kata tanya itu yang mengawang di pikiran saya. Akhirnya, pas berkunjung ke Bukit Bintang dan Orchard Road, saya temukan juga jawaban atas pertanyaan saya tadi. Orchard Road, jalan satu arah (one way street) yang tak lebih panjang dari Jalan Thamrin dan Sudirman Jakarta ini menjadi kawasan belanja terkenal di seluruh dunia. Di sepanjang jalan itu, banyak terdapat mal-mal, pusat belanja, pertokoan, hingga kios-kios kecil yang menawarkan banyak barang. Orang yang gila belanja atau shophoholic, Orchard Road akan menjadi surga baginya. Kalau dibanding dengan mal di Jakarta, mal yang terdapat di Orchard Road taklah jauh berbeda. Namun yang menjadi nilai lebih, nilai tambah, dan nilai plus-plus lainnya, Orchard Road jauh lebih unggul. Kenapa? Orchard Road punya banyak kemudahan akses, sistem transportasi yang terpadu, dan sarana yang cukup memanjakan para penggila belanja dan wisatawan. Sistem transportasi yang terdapat di Orchard Road bisa menjangkau hampir seluruh kawasan wisata di seluruh Singapore. Dari Orchard Road kita bisa menjangkau Marina Bay, Little India, China Town, Merlion, Jembatan Rafless, dan tempat wisata lainnya hanya dengan sekali jalan. Mau naik taksi, ayok. Mau naik MRT, ayok, Mau naik bis juga, ayok. Tapi yang lebih asyik ya naik MRT. Jalur MRT terhubung ke seluruh Singapore dengan sekali jalan. Jadi, ongkosnya lebih irit. Semua transportasi itu nyaman dinaiki dan tak perlu berdesak-desakan. Kawasan Orchard Road juga sangat nyaman untuk pejalan kaki. Trotoar sepanjang jalan itu besar dan lebar, senang jadinya kalau berjalan kaki di sepanjang trotoar Orchard Road. Kalau lelah, kita bisa duduk di kursi-kursi panjang yang terdapat di sepanjang jalan Orchard. Bandingkan dengan Jakarta. Janganlah tanya sistem transportasi di ibukota RI itu, pasti banyak tak enaknya. Naik KRL ekonomi dari Depok (daerah tinggal saya) hingga daerah Kota harus penuh dengan perjuangan. Jangankan dapat tempat duduk, berdiri saja susah karena berdesak-desakan. Naik busway juga demikian, awalnya busway itu bisa dijadikan transportasi kebanggaan warga Jakarta. Nyatanya, hingga berjalan beberapa waktu, busway tak lagi nyaman dinaiki. Antrean di halte-halte tertentu selalu panjang karena jumlah transportasi yang minim. Para penumpang harus menunggu lama untuk busway yang akan mereka naiki. Seharusnya, jarak antar-busway berselang sekitar lima menit, jadi para penumpang tak perlu menunggu lama, antrean pun jadi tak harus panjang mengular. Bagaimana dengan transportasi umum lainnya, lebih parah dari itu. Bagaimana dengan trotoar? Trotoar pun tak lebih bersahabat dengan pejalan kaki. Banyak trotoar yang diserobot para pedagang kaki lima dan pengendara motor. Padahal, trotoar di Jakarta tak selebar dan seluas Orchard Road. Orang pun jadi malas berjalan kaki. Rasanya, kaki sangat berat melangkah karena risiko yang akan dihadapi sudah bisa diprediksi. Bagaimana dengan kawasan Bukit Bintang? Berada di kawasan Bukit Bintang di pagi, siang, dan malam hari tetaplah asyik dinikmati. Pagi dan siang kawasan itu tetap ramai dikunjungi para wisatawan dan penggila belanja. Bahkan di malam hari, kawasan Bukit Bintang jadi lebih kelihatan romatis. Tempat-tempat makan seperti cafe, resto, yang digelar di sepanjang jalan itu menjadi incaran para pemburu kuliner. Para pencari cinta dan persahabatan pun tak mau ketinggalan. Di tempat-tempat itu mereka saling bersosialisasi dengan penuh kehangatan dan kenyamanan. Kalau berjalan di sepanjang kawasan Bukit Bintang pas malam hari itu, kita akan melihat dan merasakan kehangatan dan kenyamanan tersebut. Membandingkan kawasan Bukit Bintang di Kuala Lumpur-Malaysia dengan kawasan serupa di daerah Jakarta membuat hati ini jadi lebih miris. Bukan kita tak punya kawasan yang bisa dijadikan seperti Bukit Bintang dan Orchard Road, kita punya semua itu tapi kita tak pintar mengelolanya. Kalau bisa disebut, pengelola pariwisata kita memang benar-benar impoten. Mereka punya nafsu tapi tenaga kurang. Bukan mereka tak tahu dan tak paham tentang apa yang harus mereka buat untuk industri pariwisata kita. Mereka pasti paham, mereka orang sekolahan yang pasti sudah banyak melakukan studi banding ke negara lain yang punya tempat wisata yang hebat-hebat. Andai mereka cukup cerdas mengelola industri pariwisata di Indonesia, bukan tak mungkin pariwisata kita menjadi lebih hebat dibanding negara lain. Namun, pengandaian itu masih sebatas optimisme, realisasinya tak tahu kapan. Kalau sudah begitu, pantas saya bertanya pada mereka, "Kuala Lumpur Punya Bukit Bintang, Singapore Punya Orchard Road, Jakarta Punya Apa?"

Channel_Pendidikan
Автор

Kak terus $2 nya diapain, Hati2 loh di singapur itu ketat bgt, karena ngamen disana perlu izin, nnti kl ketauan petuga imigrasi sana gimana, soalnya udh ada yg kasih duit. Hati2 kak

lile
Автор

hahahah dalam segala aspek asli LUCU 😂😂😂

RobotBodoh
Автор

Hahaha dalam segala aspek Asli lucu 😂😂😂

purnamawatiriagulana
Автор

Kak coba main pianika di jepang, bismillah 1jt udah subscribe nih❤❤😊😊

Fans_sridevi_
Автор

Jadi inget Kyoto Tachibana SHS Band, banyak banget generasi musisi, 👍🙏

muchsintatah
Автор

Challenge 1 main pianika di kereta cepat whoosh
Challenge 2 main pianika di pesawat Lion air ataupun Garuda Indonesia sewaktu safety demo atau safety video dimainkan
Berani coba kedua challenge ini kak?

WilbertRainhardtSaputra
Автор

Berani banget 🥶 untung nggak di tangkep police, di Singapore nggak boleh sembarangan tempat ngamen & pake audisi juga ada license.. untung banget nggak ketahuan 🥶🥶🥶

meilissa
Автор

Kak coba main pianika di Hong Kong kak..
Semoga di lihat....

HapePoco-vk
Автор

😁😃🤠😆🤓🤠
Musik yang dimainkan lucu.. 😁. O ia Miss, bila main musik lagi.., semua musik yang dimainkan musik anime semua yaa..

yowialvemomomongan
Автор

Kak coba main pianika tapi nada basuri suka-suka aku sudah subcribe kak

srimurwantinah
Автор

Ka Kamu beruntung deh semangat ya kk 😮😲😳😲😯😮😧😦😇💯⭐💫🌟✨💥

Fatimah-zs
Автор

semangat kak.
kak aku ajarin dong main pianika
aku punya pianika sendiri loh

Tria_Neli
Автор

Lanjut kak main pianika di Thailand kak Plis 😊😇😬🙏

kaylarevina
Автор

kak aku juga mau tantangin bolehkan coba main pianika di pasar pagi oke 👌

friskamungils
Автор

anjirr aku yang terharu semangat kak 😊😊😊😂🎉🎉🎉❤❤

sicantikya