filmov
tv
APA DAN UNTUK APA BHAKTI ?, Video YTC Seri Ke-64
Показать описание
APA DAN UNTUK APA BHAKTI ?
#Bhakti
#Berserah
#Memuja
Bhakti Untuk Apa dan Untuk Apa ? Acapkali kita mendengar kata Bhakti, seperti dalam kalimat “mari melaksanakan bhakti”, “berbhaktilah kepada-Nya”, “berbhaktilah kepada orang tua” “berbhaktilah kepada negeri”. Begitu juga acapkali kita mendengar istilah catur guru bhakti, satyabhakti dan sebagainya. Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan bhakti ? Dalam Hindu kata bhakti berarti sikap dan perilaku hormat, berserah, bersandar, dan tunduk kepada yang tertinggi (supreme). Pengakuan terhadap hal yang supreme, menyiratkan akan adanya dunia dan kekuatan lain yang mengatasi manusia. Hal itu juga menyiratkan bahwa manusia berkedudukan ‘lebih kecil’ dari kekuatan yang lebih besar, malahan arah dan alur kehidupan manusia dapat ditentukan oleh yang lebih besar tadi. Itu sebabnya manusia bhakti terhadap yang mengatasinya. Bhakti adalah sikap hormat, berserah, dan kadang pasrah terhadap kekuatan yang diyakini lebih tinggi dari diri manusia. Esensi kedua dari kata bhakti adalah sikap mencintai, menyayangi, dan menyukai terhadap hal-hal yang supreme itu. Rasa cinta, sayang, dan suka mendorong lahirnya perasaan rindu yang mendalam. Menyayangi akan melahirkan kesediaanya menerima dan mendengar yang dilakukan dan dikatakan. Bhakti melahirkan tindakan bersedia penuh dedikasi, dan karena dikerjakan dengan rasa cinta, sayang, dan suka, maka tidak pernah merasan lelah. Sikap dan perilaku mencintai diekspresikan dengan ketulusan laku yang disebut lascarya. Bersedia berkorban, baik pikiran, waktu, dan tenaga untuk melaksanakan berbagai laku bhakti. Bhakti melahirkan tindakan tanpa pamrih, disertai keyakinan bahwa apapun yang kita kerjakan, tanam, dan perbuatan selalu akan menghasilkan atau berbuah sesuai dan berkeadilan. Tindakan bhakti diekspresi dengan tindakan yang mendahulukan kewajiban, bukan hak. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih saying dan cinta malahan tidak pernah meikirkan hasil. Inilah yang dikandung dalam dimensi ketiga dari kata bhakti. Akhirnya dimensi keempat dari kata bhakti mengandung makna melayani dengan sepenuh hati (lascarya). Laku yang dilaksanakan dengan cinta dan iklas kepada yang supreme yang dikagumi dan diyakini memiliki kekuatan melebihi dirinya, maka akan tindakan-tindakan murni, tindakan melayani dengan sepenuh hati. Tindakan melayani dengan hati adalah sebuah habitus karena tindakan melayani itu sendiri berdasarkan hati tersapa, tersentuh, tergerak dan bergerak untuk melayani dengan tulus murni. Tindakan melayani adalah sebuah habitus karena merupakan panggilan jiwa untuk memancarkan motivasi dan niat suci. Melayani dengan hati, menyebabkan yang dilayani (supreme), orang dan atau sekelompok orang merasakan sentuhan hati. Tindakan bhakti dan atau laku atas dasar sikap berserah, cinta, dan tulus iklas, maka tidak ada rasa lelah yang kita rasakan, semuanya dikerjakan dengan rasa gembira dan senyum. Regveda Mandala IV, Sukta 33, Sloka 11 yang menyatakan: "Para Dewa menolong orang-orang yang tidak dilelahkan oleh kerja keras“. Atharvaveda, Kanda XX, Sukta 18, Sloka 3 menyebutkan: Hyang Widhi menyayangi orang yang bekerja keras, tidak menyukai orang yang malas, dan mereka yang senantiasa sadar terhadap dharma akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi. Laku bhakti yang dilakukan secara disiplin dan sistematik, berpahala terhadap empat hal, yaitu (1) Kerti, kemasyuran yang baik; (2) Yusa, artinya usia Panjang; (3) Bala artinya kekuatan dan Kesehatan; dan (4) Yasa, artinya nama warisan yang baik, sebagaimana tercantum dalam Sarasamuccaya Sloka 250. Bagaimana hal itu dibahas silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel, dharma wacana Hindu pada YouTube. Sekali lagi acapkali kita mendengar kata Bhakti, seperti dalam kalimat “mari melaksanakan bhakti”, “berbhaktilah kepada-Nya”, “berbhaktilah kepada orang tua” “berbhaktilah kepada negeri”. Begitu juga acapkali kita mendengar istilah catur guru bhakti, satyabhakti dan sebagainya. Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan bhakti ? Dalam Hindu kata bhakti berarti sikap dan perilaku hormat, berserah, bersandar, dan tunduk kepada yang tertinggi (supreme). Pengakuan terhadap hal yang supreme, menyiratkan akan adanya dunia dan kekuatan lain yang mengatasi manusia. Hal itu juga menyiratkan bahwa manusia berkedudukan ‘lebih kecil’ dari kekuatan yang lebih besar, malahan arah dan alur kehidupan manusia dapat ditentukan oleh yang lebih besar tadi. Itu sebabnya manusia bhakti terhadap yang mengatasinya. Bhakti adalah sikap hormat, berserah, dan kadang pasrah terhadap kekuatan yang diyakini lebih tinggi dari diri manusia. Karena hormat dan dilandasi oleh cinta, maka bhakti melahirkan tindakan iklas (lascarya), sikap dan tindakan tanpa pamrih, tindakan penuh kasih sayang, dan tindakan yang mengedepankan kewajiban. Simak Sesuluh Yudha Triguna pada Yudha Triguna Channel dan Dharma Wacana Agama Hindu.
#Bhakti
#Berserah
#Memuja
Bhakti Untuk Apa dan Untuk Apa ? Acapkali kita mendengar kata Bhakti, seperti dalam kalimat “mari melaksanakan bhakti”, “berbhaktilah kepada-Nya”, “berbhaktilah kepada orang tua” “berbhaktilah kepada negeri”. Begitu juga acapkali kita mendengar istilah catur guru bhakti, satyabhakti dan sebagainya. Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan bhakti ? Dalam Hindu kata bhakti berarti sikap dan perilaku hormat, berserah, bersandar, dan tunduk kepada yang tertinggi (supreme). Pengakuan terhadap hal yang supreme, menyiratkan akan adanya dunia dan kekuatan lain yang mengatasi manusia. Hal itu juga menyiratkan bahwa manusia berkedudukan ‘lebih kecil’ dari kekuatan yang lebih besar, malahan arah dan alur kehidupan manusia dapat ditentukan oleh yang lebih besar tadi. Itu sebabnya manusia bhakti terhadap yang mengatasinya. Bhakti adalah sikap hormat, berserah, dan kadang pasrah terhadap kekuatan yang diyakini lebih tinggi dari diri manusia. Esensi kedua dari kata bhakti adalah sikap mencintai, menyayangi, dan menyukai terhadap hal-hal yang supreme itu. Rasa cinta, sayang, dan suka mendorong lahirnya perasaan rindu yang mendalam. Menyayangi akan melahirkan kesediaanya menerima dan mendengar yang dilakukan dan dikatakan. Bhakti melahirkan tindakan bersedia penuh dedikasi, dan karena dikerjakan dengan rasa cinta, sayang, dan suka, maka tidak pernah merasan lelah. Sikap dan perilaku mencintai diekspresikan dengan ketulusan laku yang disebut lascarya. Bersedia berkorban, baik pikiran, waktu, dan tenaga untuk melaksanakan berbagai laku bhakti. Bhakti melahirkan tindakan tanpa pamrih, disertai keyakinan bahwa apapun yang kita kerjakan, tanam, dan perbuatan selalu akan menghasilkan atau berbuah sesuai dan berkeadilan. Tindakan bhakti diekspresi dengan tindakan yang mendahulukan kewajiban, bukan hak. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih saying dan cinta malahan tidak pernah meikirkan hasil. Inilah yang dikandung dalam dimensi ketiga dari kata bhakti. Akhirnya dimensi keempat dari kata bhakti mengandung makna melayani dengan sepenuh hati (lascarya). Laku yang dilaksanakan dengan cinta dan iklas kepada yang supreme yang dikagumi dan diyakini memiliki kekuatan melebihi dirinya, maka akan tindakan-tindakan murni, tindakan melayani dengan sepenuh hati. Tindakan melayani dengan hati adalah sebuah habitus karena tindakan melayani itu sendiri berdasarkan hati tersapa, tersentuh, tergerak dan bergerak untuk melayani dengan tulus murni. Tindakan melayani adalah sebuah habitus karena merupakan panggilan jiwa untuk memancarkan motivasi dan niat suci. Melayani dengan hati, menyebabkan yang dilayani (supreme), orang dan atau sekelompok orang merasakan sentuhan hati. Tindakan bhakti dan atau laku atas dasar sikap berserah, cinta, dan tulus iklas, maka tidak ada rasa lelah yang kita rasakan, semuanya dikerjakan dengan rasa gembira dan senyum. Regveda Mandala IV, Sukta 33, Sloka 11 yang menyatakan: "Para Dewa menolong orang-orang yang tidak dilelahkan oleh kerja keras“. Atharvaveda, Kanda XX, Sukta 18, Sloka 3 menyebutkan: Hyang Widhi menyayangi orang yang bekerja keras, tidak menyukai orang yang malas, dan mereka yang senantiasa sadar terhadap dharma akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi. Laku bhakti yang dilakukan secara disiplin dan sistematik, berpahala terhadap empat hal, yaitu (1) Kerti, kemasyuran yang baik; (2) Yusa, artinya usia Panjang; (3) Bala artinya kekuatan dan Kesehatan; dan (4) Yasa, artinya nama warisan yang baik, sebagaimana tercantum dalam Sarasamuccaya Sloka 250. Bagaimana hal itu dibahas silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel, dharma wacana Hindu pada YouTube. Sekali lagi acapkali kita mendengar kata Bhakti, seperti dalam kalimat “mari melaksanakan bhakti”, “berbhaktilah kepada-Nya”, “berbhaktilah kepada orang tua” “berbhaktilah kepada negeri”. Begitu juga acapkali kita mendengar istilah catur guru bhakti, satyabhakti dan sebagainya. Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan bhakti ? Dalam Hindu kata bhakti berarti sikap dan perilaku hormat, berserah, bersandar, dan tunduk kepada yang tertinggi (supreme). Pengakuan terhadap hal yang supreme, menyiratkan akan adanya dunia dan kekuatan lain yang mengatasi manusia. Hal itu juga menyiratkan bahwa manusia berkedudukan ‘lebih kecil’ dari kekuatan yang lebih besar, malahan arah dan alur kehidupan manusia dapat ditentukan oleh yang lebih besar tadi. Itu sebabnya manusia bhakti terhadap yang mengatasinya. Bhakti adalah sikap hormat, berserah, dan kadang pasrah terhadap kekuatan yang diyakini lebih tinggi dari diri manusia. Karena hormat dan dilandasi oleh cinta, maka bhakti melahirkan tindakan iklas (lascarya), sikap dan tindakan tanpa pamrih, tindakan penuh kasih sayang, dan tindakan yang mengedepankan kewajiban. Simak Sesuluh Yudha Triguna pada Yudha Triguna Channel dan Dharma Wacana Agama Hindu.
Комментарии