filmov
tv
MISTERI Siapa yang Temukan Sumur Lubang Buaya Peristiwa G30S/PKI, Saksi Mata Beber Fakta Sebenarnya

Показать описание
TRIBUN-VIDEO.COM - Peristiwa G30S/PKI erat kaitannya dengan sumur tua Lubang Buaya yang menjadi tempat pembuangan jasad para Pahwalan Revolusi.
Ketujuh jenazah pahlawan Revolusi yakni Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean ditemukan di Sumur Tua Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965.
Jasad ketujuh korban G30S/PKI tersebut baru diketemukan tiga hari setelah aksi penculikan dan pembunuhan dilancarkan oleh pasukan Cakrabirawa pimpinan Letol Untung.
Penemuan sumur tua tempat pembuangan para korban berpula pada 3 Oktober 1965, kala itu ada informaasi bahwa para jenderal dibawa ke Desa Lubang Buaya.
Kala itu seorang anggota polisi bernama Sukitman ditemukan, ia sempat ikut diculik ketika berpatroli di dekat rumah DI Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan saat peristiwa G30S/PKI terjadi.
Diculik dengan kondisi mata ditutup, Sukitman rupanya dibawa ke tempat yang sama di mana para jendral ditawan dan disiksa.
Namun Sukitman bernasib baik, karena cuma seorang polisi biasa ia pun dibebaskan oleh Cakrabirawa.
Sukitkan kemudian ditemukan oleh tim Patroli Resimen Cakrabirawa di bawah pimpinan Kapten Eko yang tak terlibat dalam aksi pemberontakan.
Dibawa menghadap Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto, Sukitman menceritakan peristiwa sadis yang dialaminya.
Pasukan Cakrabirawa dibantu TNI AU kemudian menyusuri wilayah Halim Perdanakusuma, mereka mencari lokasi yang diceritakan oleh Sukitman.
Mereka lalu menemukan sebuah rumah atau pondok kecil di kawasan Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Di dekat rumah yang merupakan milik seorang guru aktivis PKI itu ditemukan sebuah sumur tua, tepatnya di bawah sebuah pohon pisang.
Namun fakta lain diungkapkan oleh Joseph Blasius Bapa salah satu saksi mata G30S/PKI yang menjelaskan Lubang Buaya ditemukan oleh wartawan Harian Pusat Pemberitaan ABRI.
Sebelum adanya kesaksian dari Soekitman, wartawan Blasius Bapa dari Harian Pusat Pemberitaan ABRI sudah menemukan Lubang Buaya terlebih dahulu.
Anak buah Blasius melaporkan bahwa ada lokasi di Lubang Buaya yang gerak-geriknya orang-orangnya janggal, termasuk adanya nyanyian dan tarian Genjer-genjer.
Kesaksian Soekitman lantas memperkuat temuan bahwa Lubang Buaya menjadi markas PKI dan menjadi tempat Dewan Jenderal dibawa.
Dan benar saja, pasukan Soeharto akhirnya menemukan sumur tua di Lubang Buaya yang ternyata berisi jenazah ketujuh Pahlawan Revolusi korban G30S/PKI.
Penggalian awal dilakukan dibantu warga sekitar, pada kedalaman 8 meter sudah tercium bau busuk dan pada kedalaman 12 meter ditemukan bagian tubuh para korban.
Dikomandoi langsung oleh Soeharto, evakuasi jenazah baru dilakukan pada 4 Oktober 1965 oleh pasukan KKO dan RPKAD.
Sehari kemudian tepatnya pada 5 Oktober 1965, ketujuh jenazah pahlawan Revolusi dima kamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.(*)
Ketujuh jenazah pahlawan Revolusi yakni Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean ditemukan di Sumur Tua Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965.
Jasad ketujuh korban G30S/PKI tersebut baru diketemukan tiga hari setelah aksi penculikan dan pembunuhan dilancarkan oleh pasukan Cakrabirawa pimpinan Letol Untung.
Penemuan sumur tua tempat pembuangan para korban berpula pada 3 Oktober 1965, kala itu ada informaasi bahwa para jenderal dibawa ke Desa Lubang Buaya.
Kala itu seorang anggota polisi bernama Sukitman ditemukan, ia sempat ikut diculik ketika berpatroli di dekat rumah DI Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan saat peristiwa G30S/PKI terjadi.
Diculik dengan kondisi mata ditutup, Sukitman rupanya dibawa ke tempat yang sama di mana para jendral ditawan dan disiksa.
Namun Sukitman bernasib baik, karena cuma seorang polisi biasa ia pun dibebaskan oleh Cakrabirawa.
Sukitkan kemudian ditemukan oleh tim Patroli Resimen Cakrabirawa di bawah pimpinan Kapten Eko yang tak terlibat dalam aksi pemberontakan.
Dibawa menghadap Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto, Sukitman menceritakan peristiwa sadis yang dialaminya.
Pasukan Cakrabirawa dibantu TNI AU kemudian menyusuri wilayah Halim Perdanakusuma, mereka mencari lokasi yang diceritakan oleh Sukitman.
Mereka lalu menemukan sebuah rumah atau pondok kecil di kawasan Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Di dekat rumah yang merupakan milik seorang guru aktivis PKI itu ditemukan sebuah sumur tua, tepatnya di bawah sebuah pohon pisang.
Namun fakta lain diungkapkan oleh Joseph Blasius Bapa salah satu saksi mata G30S/PKI yang menjelaskan Lubang Buaya ditemukan oleh wartawan Harian Pusat Pemberitaan ABRI.
Sebelum adanya kesaksian dari Soekitman, wartawan Blasius Bapa dari Harian Pusat Pemberitaan ABRI sudah menemukan Lubang Buaya terlebih dahulu.
Anak buah Blasius melaporkan bahwa ada lokasi di Lubang Buaya yang gerak-geriknya orang-orangnya janggal, termasuk adanya nyanyian dan tarian Genjer-genjer.
Kesaksian Soekitman lantas memperkuat temuan bahwa Lubang Buaya menjadi markas PKI dan menjadi tempat Dewan Jenderal dibawa.
Dan benar saja, pasukan Soeharto akhirnya menemukan sumur tua di Lubang Buaya yang ternyata berisi jenazah ketujuh Pahlawan Revolusi korban G30S/PKI.
Penggalian awal dilakukan dibantu warga sekitar, pada kedalaman 8 meter sudah tercium bau busuk dan pada kedalaman 12 meter ditemukan bagian tubuh para korban.
Dikomandoi langsung oleh Soeharto, evakuasi jenazah baru dilakukan pada 4 Oktober 1965 oleh pasukan KKO dan RPKAD.
Sehari kemudian tepatnya pada 5 Oktober 1965, ketujuh jenazah pahlawan Revolusi dima kamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.(*)
Комментарии