filmov
tv
Dubes Australia Bertemu Cak Imin, Ada Apa?
Показать описание
Duta Besar Australia, Paul Grigson menemui Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin, Rabu 25 Oktober 2017. Pertemuan tersebut digelar sekira pukul 14.00 WIB bertempat di Kantor DPP PKB, Jl Raden Saleh Nomor 9 Jakarta Pusat.
Sejumlah isu penting mereka bahas, salah satunya tentang fenomena pelaksanaan Pemilu dan Pilkada di Indonesia, radikalisme, hingga pariwisata.
Menurut Cak Imin, Pemilu sebagai ajang pesta demokrasi terbesar bangsa Indonesia tak lepas dari berbagai fenomena yang senantiasa mengiringinya. Pada 2014 yang lalu, kata Cak Imin, Sosial Media menjadi sebuah fenomena yang tak bisa dilepaskan, bahkan ia berperan penting pada kemenangan Presiden Joko Widodo.
“Ada banyak isu dalam pemilu Indonesia, saat pemilihan presiden kemarin ada banyak fenomena sosial media, ini sangat mempengaruhi pemilihan umum,” kata Cak Imin.
Sosial Media yang begitu menggurita di Indonesia juga menampakkan taringnya ketika Pilkada di DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu. Dikatakan Cak Imin, keberadaan Sosial Media menjadi pembeda antara pola sejarah pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta diwaktu sebelumnya.
Bahkan, terang Cak Imin, Pilkada Jakarta juga menjadi tolak ukur elektabilitas partai politik di kancah nasional. Ia mengutip hasil survei Indo Barometer dan SMRC yang menyatakan bahwa elektabilitas partai berbasis nasionalis cenderung meningkat, sedangkan partai berbasis agama stagnan.
“Dalam survei Polmak, survei barometer dan SMRC menyatakan bahwa muslim attitude di Jakarta dan daerah lain berbeda dan suara partai nasionalis meningkat namun partai yang berbasis agama berjalan stagnan,” terang Cak Imin.
Fakta tersebut secara nyata dirasakan oleh PKB. Dijelaskan Cak Imin, elektabilitas PKB sebagai partai nasionalis mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan kendati situasi politik di Jakarta kala itu sempat memanas.
Selain isu Pemilu, Paul dan Cak Imin juga membahas sejumlah isu besar yang marak terjadi di Indonesia, seperti radikalisme dan intoleransi. Cak Imin tak menampik jika radikalisme dan intoleransi begitu mudah menjalar disebabkan karena Sosial Media yang hampir dimiliki oleh mayoritas masyarakat Indonesia, terutama kaum muda.
Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kiblat Media Sosial Indonesia, kata Cak Imin, memiliki peran yang cukup besar bagi tumbuh kembangnya paham negatif tersebut. Dijelaskan Cak Imin, fenomena yang terjadi di Jakarta, misalnya, dapat dengan mudah terjadi pula di daerah lain.
Oleh karena itu, kata Cak Imin, kesadaran masyarakat untuk mengkampanyekan toleransi dan kedamaian di Media Sosial harus digalakkan. Media sosial harus diisi dengan konten-konten positif agar radikalisme dan intoleransi bisa dicegah dan dihentikan.
Selain itu, Cak Imin juga mengapresiasi dan mendukung langkah-langkah Australia yang melakukan kerjasama produktif dengan Indonesia, terutama dibidang pariwisata. Menurutnya, kunjungan wisatawan Australia memiliki kontribusi besar bagi geliat ekonomi Indonesia.
“PKB berposisi sangat mendukung dan kita berterimakasih wisatawan Australia berkontribusi sangat besar ke Indonesia, terutama melalui pintu bali dan NTB,” pungkas Cak Imin.
Sejumlah isu penting mereka bahas, salah satunya tentang fenomena pelaksanaan Pemilu dan Pilkada di Indonesia, radikalisme, hingga pariwisata.
Menurut Cak Imin, Pemilu sebagai ajang pesta demokrasi terbesar bangsa Indonesia tak lepas dari berbagai fenomena yang senantiasa mengiringinya. Pada 2014 yang lalu, kata Cak Imin, Sosial Media menjadi sebuah fenomena yang tak bisa dilepaskan, bahkan ia berperan penting pada kemenangan Presiden Joko Widodo.
“Ada banyak isu dalam pemilu Indonesia, saat pemilihan presiden kemarin ada banyak fenomena sosial media, ini sangat mempengaruhi pemilihan umum,” kata Cak Imin.
Sosial Media yang begitu menggurita di Indonesia juga menampakkan taringnya ketika Pilkada di DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu. Dikatakan Cak Imin, keberadaan Sosial Media menjadi pembeda antara pola sejarah pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta diwaktu sebelumnya.
Bahkan, terang Cak Imin, Pilkada Jakarta juga menjadi tolak ukur elektabilitas partai politik di kancah nasional. Ia mengutip hasil survei Indo Barometer dan SMRC yang menyatakan bahwa elektabilitas partai berbasis nasionalis cenderung meningkat, sedangkan partai berbasis agama stagnan.
“Dalam survei Polmak, survei barometer dan SMRC menyatakan bahwa muslim attitude di Jakarta dan daerah lain berbeda dan suara partai nasionalis meningkat namun partai yang berbasis agama berjalan stagnan,” terang Cak Imin.
Fakta tersebut secara nyata dirasakan oleh PKB. Dijelaskan Cak Imin, elektabilitas PKB sebagai partai nasionalis mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan kendati situasi politik di Jakarta kala itu sempat memanas.
Selain isu Pemilu, Paul dan Cak Imin juga membahas sejumlah isu besar yang marak terjadi di Indonesia, seperti radikalisme dan intoleransi. Cak Imin tak menampik jika radikalisme dan intoleransi begitu mudah menjalar disebabkan karena Sosial Media yang hampir dimiliki oleh mayoritas masyarakat Indonesia, terutama kaum muda.
Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan kiblat Media Sosial Indonesia, kata Cak Imin, memiliki peran yang cukup besar bagi tumbuh kembangnya paham negatif tersebut. Dijelaskan Cak Imin, fenomena yang terjadi di Jakarta, misalnya, dapat dengan mudah terjadi pula di daerah lain.
Oleh karena itu, kata Cak Imin, kesadaran masyarakat untuk mengkampanyekan toleransi dan kedamaian di Media Sosial harus digalakkan. Media sosial harus diisi dengan konten-konten positif agar radikalisme dan intoleransi bisa dicegah dan dihentikan.
Selain itu, Cak Imin juga mengapresiasi dan mendukung langkah-langkah Australia yang melakukan kerjasama produktif dengan Indonesia, terutama dibidang pariwisata. Menurutnya, kunjungan wisatawan Australia memiliki kontribusi besar bagi geliat ekonomi Indonesia.
“PKB berposisi sangat mendukung dan kita berterimakasih wisatawan Australia berkontribusi sangat besar ke Indonesia, terutama melalui pintu bali dan NTB,” pungkas Cak Imin.