'Open Minded' dan Paradox Toleransi.

preview_player
Показать описание
Hallo warga Sipil sekalian, selamat datang di Teman Makan !
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Saya senang dengan konten abang. Saya dulu tinggal di sebuah kota yang majemuk secara agama. Keluarga saya jg cukup majemuk, baik secara agama maupun suku. Satu kali ayah saya sakit psikis dan harus menumpang di rumah keluarga om yang beragama Muslim. Meskipun seorang muslim, Om saya ini memanggil pendeta ke rumahnya untuk mendoakan ayah saya. Bertahun-tahun saya tinggal di rumah om saya, hampir setiap minggu saya diingatkan untuk pergi ke gereja. Pengalaman itu sangat berharga bagi saya. 10 tahun terakhir saya tinggal di pulau jawa dan membawa nilai² yang saya dapatkan dari om saya. Terakhir kali pulang kampung, saya bertemu om saya sembari memeluk dan menangis haru. Sedahsyat itu toleransi menyentuh hati saya bang. Terima kasih buat konten ini bang.

KakEder
Автор

"If you tolerate everything, you stand for nothing"
Lebih senang orang otentik dan berpegang pada prinsip daripada yang labil dan mengiyakan apapun. Cukup menghargai dan tak memaksakan jika berbeda pandangan.

sephatu
Автор

Setuju banget sama opininya.
Banyak orang jaman sekarang self claim open minded, tapi nyerang orang2 konservartif yg sebenernya gk ada hubunganya sama mereka sama sekali.
Kebebasan yg paling baik adalah kebebasan yg bertanggung jawab, kamu bertanggung jawab atas segala apa yg kamu ucapkan, jangan merasa kamu jadi kaum tertindas tapi kamu juga sama menindas orang lain.

naufalfajran
Автор

gw malah ngerasa orang2 yang merasa dirinya open minded cuma ga mau hidupnya diatur aja, menurut gw org open minded itu yang ga koar2 "aku open minded" tapi ya ngejalanin hidupnya normal aja, karena emang udah terbiasa untuk menghormati dan menghargai kehidupan orang lain

ibbann
Автор

Setuju banget sama pemikiran mas Ferry. Bagi saya open minded adalah menerima segala bentuk perbedaan, memfilter dulu segala sesuatu yang asing buat kita sebelum melabeli sesuatu baik atau buruk buat kita. Kita boleh ga setuju sama keyakinan orang lain, tapi hanya sebatas itu, ketika ketidaksetujuan itu diekspresikan dalam bentuk perbuatan dan perkataan yang mengganggu orang lain, maka bukan lagi toleran/open minded, tapi udah menjurus ke intoleran

jojooart
Автор

Level tertinggi toleransi adalah bisa menghargai pandangan org2 intoleran. memahami bahwa setiap individu memiliki latar belakang keluarga, pendidikan, serta pola pikir yg berbeda.

khai
Автор

Bahkan ada yg selalu menyuarakan toleransi terhadap orang lain, malah dirinya sendiri intoleran terhadap keyakinannya sendiri :')

wendix
Автор

Dzawin pernah berbicara "Kebebasan kita itu terbatas dengan kebabasan orang lain." Menghargai orang itu seharusnya jadi common sense yang diterapkan seluruh umat manusia. Jadi apa oknum yang mengemban tittle open minded itu beneran open minded kah?

shirogendroid
Автор

Terimakasih bang sudah membuat konten ini, ternyata tanpa disadar ternyata saya belum se-open minded yg saya kira jika untuk hal2 yg bahkan yg sangat kecil dan ternyata penyebabnya adalah karena saya peduli dengan org tsb dan mengkhawatirkan nasib di masa depan mereka, namun saya juga selalu berusaha akan lebih terbuka lagi, semampu saya. Namun jika untuk toleransi kpd agama lain ato ke sesama manusia saja, saya sudah mencoba yg terbaik untuk bertoleransi dan saling menghargai adalah kuncinya. Saya ingin terus

Bahkan dalam agama yg saya anut jika ada baiknya mengingakan orang lain, namun orang2 kerap lupa, jika menyampaikan sesuatu ada baiknya dengan tidak menyinggung dan membuat orang lain marah, kita harus membungkusnya dengan baik.

misheyla
Автор

Akhirnya ada yang bahas juga...
Ini suatu hal yang udah lama jadi keresahan pikiran gua apalagi untuk orang2 yang suka ngaku2 paling open mind.
Ini adalah paradoks dari "open minded" dimana kebanyakan orang2 open minded pada akhirnya hanya menerima pemikiran orang open mind lainnya.
Sama aja dong dengn orang2 konservatif kalo begitu.
Ngaku open minded tapi gak bisa menerima pemikiran yang cenderung berbeda dari mereka, berbeda dari cara berfikir yang diklaim oleh mereka sebagai open minded...
Malah bertolakbelakang dan jadi paradoks kan 🥴

fadlisani
Автор

Yang bikin bingung adalah banyak mereka yang ngerasa open minded mengartikan "keopen-mindedan" dengan keharusan menoleransi kebebasan berekspresi pada hal2 yg menentang norma namun menganggap mereka yang berekspresi dengan memegang norma yang diyakini sebagai hal yang gak open minded. Jadi double standart. Jadilah banyak yang bilang, "Hargai dong pakak bikini, itu kan kebebasan dia". Tapi, di sisi lain, "Jilbab itu hal yang mengekang kebebasan berekspresi".

auri
Автор

Pada akhirnya, the real orang "open minded" Hanya akan berpendapat jika diminta, the real "open minded" Terlihat dari yang dia lakukan, bukan dari apa yang dia katakan. Pembahasan mantap lainnya...👏 bravo bang Ferry!! 🔥

raphaelisme
Автор

wahhh gilakkk, selama ini gua sering nanya "kenapa ya orang-orang yg merasa dirinya open minded kerap kali ga terima kalo melihat perbedaan prinsip pada seseorang, bahkan bisa berdebat dengan waktu yg gak sebentar buat nunjukin betapa 'open minded' nya doi, kenapa ya?" banyak asumsi dari gua pribadi, yg jelas, liat konten ini dengan sumber yg cukup tua bikin gua sadar kalo gua ga gila gila amat mikirin beberapa paradoks yg mungkin menurut orang gapenting wkwkw. meski gada jawaban yg substantif tetep konten ini memberikan rasa puas dan buat "wahhh" "whoaaaa" "ooohh" wkwkwkw thanks a bunch mas ferry :)

rifkyfar
Автор

Biasa terjadi di lingkungan gw dulu waktu kuliah di fakultas filsafat. Ada beberapa oknum yang santai dan menerima pilihan hidup teman-teman yang memilih untuk ateis/agnostik tapi nyinyir sama teman-teman yang pakai kerudung gede atau pakai cadar. halah open minded-open mended bullshit. Bukannya karena belajar filsafat buat lebih paham dan menghargai pemikiran orang lain malah pakai teori filsafat tertentu buat rendahin pemikiran yang berbeda dengan yang dia percayai.

malta_eb
Автор

Itulah kenapa demokrasi dan negara hukum itu harus berdampingan. Demokrasi jika sudah keterlaluan maka hukum akan maju untuk mengaturnya. Jika hukum sudah keterlaluan maka demokrasi maju untuk mengaturnya.

allabout
Автор

Gue dulu pas awal2 aware sama agama sempet jadi org yg saklek & gak nerima perbedaan sedikitpun. Dengan pengetahuan gue yg masih sedikit bikin banyak temen2 gue baik di medsos/di real life atau bahkan org random di medsos gue sikat gara2 gak sepaham sama gue. Semua orang pokoknya harus sepaham sama gue.

Setelah gue terus belajar, alhamdulillah paling tidak butuh sekitar 2 tahunan gue menyadari bahwa yg gue lakuin selama ini keliru. Tapi yg semula gue sikat org2 yg gak sepaham sama gue, gue malah sikat org2 yg sebetulnya sepakat sama gue tapi mereka nyikat org2 yg gak sepaham wkwk. Kemudian gue sadar lagi, ini mah gak beda jauh sama yg gue lakuin dulu. Akhirnya gue jadi maklum kpd org2 yg begitu karena mungkin memang ada fasenya harus begitu.

Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah sekarang gue merasa lebih ringan karena gak ngeribetin persoalan perspektif org. Kalopun ada opini yg gak sependapat & gue utarakan ketidaksependapatan gue ya let it go aja sekadar berbagi opini. Gak ada beban bahwa semua orang harus ngikutin apa yg gue yakini. Malah kalau ada org yg gelagatnya lebih ke ngajak ribut dibanding diskusi yg sehat, gue lebih milih tinggalin

hamazulogi
Автор

kata "Open Minded" sekarang dipake buat berlindung atau tameng atas omongan2 / opini2 yang akal kita aja uda ngga bisa nerima. plus orang2 yang ngga sepemikiran dengan mereka auto di judge "ngga open minded".

yunus
Автор

Intinya adalah lu bebas memilih dan melakukan apapun, asalkan piliahan lu tersebut tidak mengganggu / offensif terhadap pilihan orang lain. Kuncinya Agree to Disagree, mantap om!

cimunkpure
Автор

Ngomongin tentang open minded, di zaman milenial sekarang ini agaknya sudah buat menjadi semacam trend berpikir yah. Mungkin sering banget kita temuin entah didunia maya ataupun didunia nyata saat sedang diskusi bisa jadi seseorang ada yang nyeletuk, “Wah, nggak open minded nih anak. Bisa-bisanya dia nggak nerima pendapat gue”. Nah, kalimat yang barusan biasanya dilayangkan kepada rekan diskusinya yang nggak setuju nih sama opininya.

Open minded juga sering kali erat kaitannya sama sikap toleransi. Kok bisa? Iya, bisa karena orang yang open minded bisa menerima perbedaan keyakinan orang lain dan menghargainya. Tapi, yang perlu kita ingat bahwa sikap toleransi juga ada batasannya. Jadi jangan sampai dengan dalih open minded kita jadi mengesampingkan syariat agama dengan mendewakan logika berpikir kita.

Intinya definisi open minded nggak sesederhana bacot netizen di medsos. Jangan-jangan kita memang suka bikin peyorasi makna terhadap istilah yang seharusnya diartikan positif dari sebuah kalimat OPEN MINDED?

Konten Menarik ini sangat insighfull, semangat terus untuk menebarkan hal menarik dan bermanfaat. Salam Kedamaian, Sehat mental dan raga #Wargasipil Semuanya.

hendrikprakosoST
Автор

SETUJU BANGET.
Toleransi tu cukup menghargai dan menghormati pilihan hidup orang lain dan gak usah ngejudge dan merendahkan.
Tapi sering juga orang menyebut "mencampur2kan agama" sebagai toleransi. Misal, dia kristen, tapi dia bisa baca surah Al-ikhlas dan sering ngomong masyaallah. Orang2 komen "wah dia sangat toleran". NO, ITU BUKAN TOLERAN. BEDA. Atau kasus, orang muslim harus ikutan mengucapkan selamat natal ke orang kristen. Kalau enggak, berarti dia intoleran. NO, GAK GITU. Toleransi itu cukup kita menjalani pilihan hidup kita masing2 tanpa harus dicampur2, tanpa menganggu, sama2 hidup nyaman bersama. Toh, tanpa diucapkan selamat oleh umat lain pun, orang kristen tetap bisa menjalani natal dengan tentram dan bahagia dalam komunitas agamanya sendiri.
Kalau ada orang yang suka campur2, ya itu juga pilihan hidup orang tersebut. Gak perlu dikomen sebagai "ini nih yg namanya toleransi". Karena definisinya aja sudah beda.

ninaschannel