DPR dan Menteri Nadiem Cuek Atas Kurikulum Membodohkan Siswa! : AHMAD BAIDHOWI (AHLI PENDIDIKAN)

preview_player
Показать описание
Zulfan Lindan Unpacking Indonesia kali ini mengundang ahli pendidikan, Ahmad Baedowi, untuk membahas sistem pendidikan Indonesia yang belakangan ini menjadi sorotan. Mulai dari berubahnya kurikulum hingga naiknya harga UKT di Perguruan Tinggi. Menurutnya, ini bukan salah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, saja.. #unpackingindonesia #zulfanlindan #nadiemmakarim

Yuk Gabung Ke Komunitas Unpacking Indonesia!
----------------------------------------------------------------------------
Jangan Lupa Follow Social Media Unpacking Indonesia:
----------------------------------------------------------------
Host Unpacking Indonesia:
-----------------------------------------------------------------
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Kembalikan aja sistem kaya taun 90an, sekolah negri pakai NEM, buku sekolah bisa di pakai utk adik kelas dan hapuskan larang wisuda di tingkat tk, sd, smp, sma..sangat memberatkan

Dida
Автор

GUE NGAJAR LESS PRIVAT SUDAH 37 TAHUN...
ANEKA VARIAN KURIKULUM SUDAH SAYA MAKAN !!!
KURIKULUM TER-JOZZ
ADALAH KURIKULUM'94...
BENER-BENER "OTAK"
PENDIDIK / GURU...
DAN...
MURID / SISWA "MAEN TOTAL"...
TOTAL BEKERJAAA... OTAKNYAAA !!!

KURIKULUM "TERAMBURADUL"
SEPANJANG SEJARAH PENDIDIKKAN ADALAH KURIKULUM...
"MERDEKAAA"

KEHADIRAN GURU DIRASA "KURANG" HADIR DI SANUBARI SISWAAA !!!

GURU "SIBUK" DG...AGENDA
"KEGURUANNYA"
NGAJAR MASIH NYAMBI KULIAH !!!

*GURU STREEESSS
*MURID JUGA STREESS
*APALAGIII...
ORANG TUA MURID...
TAMBAH STRESS
"TINGKAT DEWA" !!!

SATU TAHUN MURID HARUS MAKAN "MATERI" BUKU CETAK TEMA 9 BUAH...
PAHAM SYUKUR !!!
KAGAK PAHAM YA... BODO AMAAT !!!
😮😮😮😮😭😭😭
SEKOLAH CUMA DIKEJAR TARGET 9 BUKU TEMA...SEBELUM LIBURAN TAHUN AJARAN BARU...UDAAAH SELESAI / THE END !!!

SEKOLAH CUMA...
KAYAK DIKEJAR "MONSTER" !!!

CERDAAAS KAGAK !!!
GOBLOK...BAHLULLL
UDAH PASTIII !!!

BALIKIN KE KURIKULUM '94
BIAR PADA PINTER SEMUA...!!!
YA GURUNYA...
YA MURIDNYA...
❤❤❤🥰🥰🥰
MATUR NUWUN

ANI_ADEMAYEM
Автор

Saya guru, benar benar guru, bukan mengaku ngaku guru.
Sebetulnya, dan saya yakin semua guru saat ini dalam kebingungan, tapi mau bersuara takut dikenai sangsi. Dalam pikiran kami :
1. Dihapusnya UN sekolah tidak mempunyai standar ketulusan, sehingga dalam pembuatan nilai ijazah semua gue,
2. Dari 1 yang dirugikan sekolah di tingkat atasnya, karena secara otomatis nilai tinggi akan masuk sistem dan diterima di sekolah itu, padahal itu dari sekolah pinggiran yang tidak perhitungkan
3. Guru yang tugas utamanya fokus ke anak, saat ini berkurang jauh karena banyaknya tugas di luar tupoksi. guru juga manusia yang kemampuannya ada batasnya
4. Kalau membuat peraturan, kontrol dalam pelaksanaannya ke bawah, apa manfaat dan dampaknya.
5. Saat ini diktator muncul di semua lini, asal buat peraturan, wajib dilaksanakan
6. Mohon para cendekiawan untuk bersatu memikirkan kelanjutan pendidikan di NKR Iini.

rusmant
Автор

Klu saya pribadi setuju cepat " mentri pendidikan secepatnya di ganti dg orang yg bener " menguasai tentang pendidikan dan nujur 🙏

istinaalhikmah
Автор

saya sangat shock ketika membaca buku seni budaya kelas 4, masak anak sd disuruh belajar apa itu birama, nada, dan teman-temannya.. untuk apa anak sekecil itu perlu tahu detil tentang seni musik dan sebagainya.. apa outcome yang diharapkan.. tolong jangan jejali anak dengan informasi yang belum perlu.. anak sd dan smp itu cukup ditanamkan hal-hal mendasar seperti budaya bersih dan disiplin .. utk keilmuan cukup yang dasar dasar saja.. bukti tujuan pendidikan dasar gagal.. manusia Indonesia masih banyak yang suka buang sampah sembarangan dan tidak taat aturan

sarimeisyayati
Автор

Ketika saya SD dan SMP era 70-80 an, guru2 saya adalah pendongeng2 yang hebat terutama pelajaran ilmu bumi, siswa merasa dibawa ke kota2, sungai2, stasiun, gunung2, tarian2, kota hujan, angin Gending, angin Bohorok, salju abadi di Irian Jaya eh Papua dll . Sekolah waktu itu tidak berat tas saya, buku2 pelajaran dari 3 kakak saya turun temurun, sangat menyenangkan dan gembira, walau saya pernah kena hukum dipukul pakai penggaris kayu, saya nggak berani mengadu karena bakalan kena hukum lagi sama ibu saya . Efek sekolah jaman dulu, di usia tua, saya masih suka membaca dan update

rikamutiara
Автор

Saya pribadi khawatir anak2 dibodohkan secara sengaja oleh politik

umanzain
Автор

Aktifkan lagi SPG (Sekolah Pendidikan Guru), pasti Indonesia maju ...
Gaji guru harus tinggi melebihi anggota DPR, pasti Indonesia maju ...

wijayantosastropangrawit
Автор

Saya dosen di institusi pendidikan tinggi. Terus terang, mahasiswa tingkat awal yang masuk -- sebagian ilmu dasar yang semestinya diajarkan di SMP dan SMA (matematika, biologi, fisika, kimia) tidak kuat. Mereka dinina-bobokan dengan sistem pendidikan dasar yang mengutamakan 'semua lulus' sehingga meskipun nilai jelek pun.. masih bisa lulus. Akhirnya, dasar mereka tidak kuat untuk mengikuti matakuliah di pendidikan tinggi, dan dosen harus bekerja ekstra untuk mengulang ilmu-ilmu dasar ini

reisychrov
Автор

Setuju banget sih dengan podcast ini. menurut saya semakin ke sini buku sekolah semakin random isinya, acak gitu, kalau kita baca isi otak jadi acak juga, jadi sepertinya anak2 semakin susah untuk bisa mengintegrasi dari pelajaran2 yg didapat, jadi yg udh slse ya udh lupa ga bisa mengingat lagi. Apa lagi di model tematik kurtilas seolah2 menyambungkan antar materi pelajaran, tapi malah makin acak, kurikulum merdeka juga susah dipahami bukunya. Kalau katanya zaman sekarang harus belajar sendiri mengembangkan pemahaman dari berbagai sumber. Dari mana lagi siswa belajar, katanya guru tdk boleh menjelaskan sepenuhnya supaya anak2 belajar mengembangkan pengetahuan sendiri. Lalu dari buku nya tdk boleh terlalu lengkap biar mencari sendiri dari media lain, sementara internet pun juga tdk boleh menjadi sumber utama karena tdk dapat dipertanggungjawabkan juga isinya. Makin bingung kalau lihat anak2 sekolah sekarang, kasian banget berusaha mengikuti saja susah, apalagi memahami isi pelajaran. Itu pendapat saya dari yg saya amati 🙏

nurulfatikhakh
Автор

Saya juga menangis anak saya SD pelajaran tdk masuk akal... anak sekecil itu di ajari hal2 susah yg tdk di pahamai... akhirnya percuma saja... yg ngerjain ayah ibunya.... anaknya gak paham sama menurut saya... emang BANGSAT oknum 2 yg mengambil untung dari buku...tapi tdk peduli isi bukunya cocok atau tdk utk anak SD...😡

mbahdun
Автор

Pendapat saya pribadi tentang pendidikan di Indonesia

Berdasarkan:
1. pengalaman sendiri sekolah 12tahun, kuliah 5th mengajar privat dan 5th mengamati sekolahan.
2. Adek saya yg mengalami pergantian kurikulum kelas 1-3 beda kurikulum 4-6 beda kurikulum, smp beda kutikulum, sekarang SMA pun beda kurikulum.
3. Ayah dan budhe saya yg dulu seorang guru dan pas kecil saya sering diajak ke sekolahan
4. Abang saya yg guru PNS, istrinya dan kakak perempuan saya yg guru P3K.

Saya ga bisa bilang pendidikan kita bagus dari dulu, tapi memang ada penurunan beberapa tahun terakhir. Dengan poin-poin sbb:

1. Kurikulum yg berganti-ganti tanpa standar yg jelas.
Pendidikan dasar kita itu 12th, yg artinya kurikulum baru bisa kelihatan hasilnya setelah 12 tahun, itupun baru 1 generasi, tapi tiap ganti menteri ganti kurikulum, itu membingungkan bagi siswa seperti yg dialami adik saya.

2. Beban guru di luar mengajar
Guru sekarang terutama SD yg tidak ada manajemen TU terpisah, terlalu banyak beban yg diberikan kepada guru atasnama kesejahteraan seperti sertivikasi dll. Padahal tugas dan fungsi guru itu sangat jelas yaitu belajar dan mengajar. Ilmu pengetahuan itu suatu yg terus berkembang, makanya guru harus terus belajar untuk mengimbangi itu. Walaupun ilmunya ga berubah, tapi metode dalam mengajar tentu ada perkembangan. Yg harusnya bisa diterapkan untuk menjadi lebih baik.

3. Mindset Guru yg anti perkembangan
Guru kita selain mendapat beban berlebih, tapi juga kolot, karena bertahun2 mengajarnya demikian ya terus demikian tidak peduli hasilnya. Kalau profesi dokter, ada STR dan dia wajib ikut beberapa kali seminar dalam waktu tertentu supaya STRnya tetap belaku, harusnya dispendik juga harus memperlakukan hal yg sama kepada guru2.

4. Kebobrokan manajemen sekolah
Kita sering mendengar demo guru honorer belum sejahtera, minta diangkat PNS, masalahnya kebanyakan guru honorer di jawa ini, ya keluarga kepsek, guru dan staff senior, tidak ada standar kemampuan atau kebutuhan dalam menerima guru/pegawai honorer, tapi berdasar koneksi. Abang saya yg kebetulan lulus test PNS setelah resign dari pabrik, tanpa pernah mengabdi, dikucilkan dan mengalami penolakan dari sekolahnya. Seperti itu juga kakak saya yg lolos p3k setelah mengabdi di sekolah berbeda, ditempatkan di sekolah berbeda juga, ga dikasih kelas sama kepseknya.

Dan permainan tsb juga ada sampai dinas, makanya misal 1 sekolah kekurangan guru, diajukan ke dinas, diisi p3k setahun dua tahun akhirnya pindah dari sekolahan tersebut, pindah dekat rumahnya, akhirnya sekolahnya kekurangan guru lagi padahal baru diisi. Itu rahasia umum baik di dispendik maupun depag.

Solusi
Menurut saya sistem kita perlu dirombak total, tentu berdasar kajian bukan keinginan. Beberapa yg menurut saya ideal.

A. Kejelasan standar di setiap tingkatan.
Menurut saya PAUD dan TK tetaplah pendidikan non formal sehingga tidak perlu diwajibkan, karena sangat memberatkan orangtua murid. Sehingga dimulai dari:
SD
Masuk SD 0 total ga perlu sekolah lain dulu, lulus SD cukup bisa Baca, Tulis, Hitung, logika ditambah pengenalan komputer dan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Pengetahuan umum yg dulu jaman saya sekolah dari RPAL dan RPUL tidak akan mampu dipahami anak kelas 4-6 SD mungkin sebagian bisa menghapal, bisa jawab soal tapi mereka tidak paham. Maka pelajarannya cukup tadi:
Bahasa Indonesia; membaca dan menulis
Matematika; aritmatika dasar dan logika
Teknologi: pengenalan komputer
Bahasa asing: pengenalan bahasa inggris
Pendidikan Pancasila: cinta tanah air
Pendidikan Agama: akhlak
Olahraga: main
Cukup itu saja

SMP
Pengenalan Ilmu-ilmu dasar: sejarah, ekonomi, kewarganegaraan, biologi, fisika, kimia dll
Kalo matematika ya mulai aljabar,
SMA
Baru ilmu lanjutannya, bahkan kalau bisa SMP dan SMA dijadiin 1 karena bahasannya sama, cuma tingkatnya saja yg berbeda.
Cuma yg perlu dipikir adalah posisi SMK.

B. Beban Kerja dan kontrol Kualitas Guru,
Guru harusnya tidak diberikan beban lain selain belajar dan mengajar, urusan penatausahaan, majemen harus dibentuk tenaga lain selain guru. Guru tahunya dia perlu belajar perlu mengajar, perlu peralatan disediakan, tidak perlu diribetkan dengan urusan lain-lain.
Tapi kontrol kualitas guru juga diperlukan, guru sekarang mentang-mentang ga ada UN seenaknya, asal dinaikkan asal diluluskan, karena sekolah malu kalau ada siswa yg tidak lulus, akhirnya masuk tingkat selanjutnya ga bisa mengikuti.
Saya pernah mengajar privat matematika, yg saya ajar kelas 3 SMA persiapan UN, saya harus mengulas pelajaran mulai aljabar yg itu pelajaran kelas 1 SMP, ngajar ulang dari awal, jadi sekolah 6tahun saya harus mengajarkan ulang selama 6 bulan, karena guru SMAnya ternyata tidak peduli, pokoknya anaknya yg bodoh, dan ternyata anaknya juga mampu setelah diajar.

Bayangkan berapa banyak anak lain yg dicap bodoh hanya karena dia tidak mendapat pondasi yg baik.
Maka kualitas pengajaran guru wajib juga diawasi.

C. SKM yg masuk akal
SKM kita kadang tidak masuk akal, di jepang yg maju saja nilai kelulusan itu cuma 40, dan nilai real. Di kita ada yg 70, 75, 80, 85, bahkan 90, tapi nilainya hasil mengarang bebas guru2 dan itu yg wajib diperbaiki dan dikontrol.

mnhusin
Автор

Mudah² an .... INDONESIA BISA BEBAS DARI SKENARIO PEMBODOHAN YANG DI SENGAJA. AGAR GENERASI PENERUS RAPUH DAN MUDAH DIKONTROL

candlelight
Автор

Yg paham luar dalamnya menjadi Guru adalah Guru. Bukan mentrinya.
Kami Guru sdh tdk sanggup lg mengurus PMM

NURMILAARIANTI
Автор

JIka ditelaah betul, konten kurikulum merdeka sebenarnya bagus karena dia berfokus pada materi esensial dan lebih mengunggulkan pengalaman langsung siswa. Jadi ribut adalah ketika oleh pelaksana lapangan (DInas, Pengawas, dll), hal yang sederhana ini dibuat rumit oleh administrasi yang masih bau-bau birokrasi lama. PMM yang sebenarnya untuk belajar mandiri jadi dipaksakan karena Dinas kota tertentu ingin terlihat nomor satu penyerapannya. Padahal untuk belajar yang benar tentu butuh waktu dan guru tidak boleh melupakan tugas utamanya di kelas. Seandainya bapak ibu pimpinan (yang produk lama ini) menyadari bahwa birokrasi tidak seharusnya membebani guru, tentunya pendidikan akan lebih bisa berjalan sebagaimana mestinya

azzahrafty
Автор

Menarik sekali. Ternyata Pendidikan Indonesia selama ini merupakan keroyokan dari berbagai kepentingan kementrian, termasuk dalam anggarannya.

Setuju dan sepakat dengan poin-poin yang disampaikan Prof Baedowi bahwa untuk perubahan pendidikan di Indonesia perlu Tata Kelola yang tertib dan terintegrasi dengan 5 Kementrian yang berkepentingan sehingga tercipta sistem pendidikan yang unggul. Tidak sendiri-sendiri sehingga membingungkan pengelola pendidikan bahkan masyarakat awam.

Betul, selama ini kurikulum tersegmentasi. Sangat perlu review kurikulum dari hulu ke hilir secara nasional, sehingga lahir rangkaian kesatuan (continuum) kurikulum dari mulai PAUD, SD, SMP, SMA sampai ke Universitas. Tidak ada pengulangan materi, lebih relevant dan significant sesuai dengan kebutuhan terkini (dan industri global). Setuju jika pendidikan idealnya 30% teori 70% praktik/ hands-on sehingga lulusan siap kerja dan tahu lapangan (terutama calon guru, harus siap kerja menjadi guru –banyak yang tidak).

Pendidikan pun harus melekat dengan spread research dan proyeksi untuk capacity building guru, kepala sekolah, dosen, direktorat, calon guru, dll. Riset dimulai dari level pendidikan terendah dengan mengembangkan keterampilan riset dan berpikir. Literasi tidak saja membaca namun menulis.

Buku teks sebagai salah satu sumber pelajaran (salah satu, sebab resources itu banyak macamnya) perlu juga di review sesuai dengan logical framework, synergy and continuity tema belajar, dan kesesuaian dengan teori tumbuh kembang anak. Sumber belajar perlu kontekstual.

Terimakasih, Prof.

SafarieAchmad
Автор

Blitar Hadir, . Saya Alumnus SPG NEGERI Blitar th 1987. Seleksi masuk utk jd Murid SPGN.wakt itu sangat ketat.sistem pendidikan waktu itu luar biasa. Utk mengajar pakai sistim SP(Satuan Pelajaran) kwalitas Gurunya mumpuni semua.Mutu Lulusan sangat berkwalitas. Waktu itu fasilitas belajar mengajar terbatas.tapi kwalitas anak didik luar biasa.banyak melahirkan anak"unggul.dulu ada pendidikan PMP(Pendidikan Moral Pancasila.ada P4(Pedoman Penghayatan Pengamalan Pencasila)skrng sdh di ubah semua. Sistem Pendidikan yg dulu sudah Berjalan tetaplah di pertahankan asal Relevan, knr perkembangan zaman dan teknologi bisa di kembangakan menyempurnakan.bukan merubah . Yg akhirnya AMBURADUL.

Suyitno-ub
Автор

Intinya semua textbook di sekolah kita hanya mengajarkan _HOW: "Bagaimana Proses Pencernaan Manusia, Bagaimana Terjadinya Perang Dunia II, Bagaimana Menggunakan Bahasa Baku dalam Kalimat"_ bukannya _WHY: "Kenapa Kita Harus Mempelajari Sistem Pencernaan Kita, Apa Pentingnya Mempelajari Tentang Perang Dunia, Kenapa Kita Harus Belajar Bahasa Baku"._ Sehingga yg ada siswa hanya seperti disuapi saja, tidak ada proses bernalar secara kritis.

Kemudian siswa dengan daya nalar tumpul tadi malah disuruh menentukan mau belajar apa (KuMer)... Sama halnya membiarkan bayi memilih makanan apa saja yg disukai..

Alhasil siswanya pada 'keracunan', gurunya panik, bingung, akhirnya memilih masa bodoh, yg hasilnya tentu saja siswanya tetap bodoh.

Maka Solusi Logisnya:
1. Menteri Pendidikan harus minimal Master dalam Ilmu Filsafat Pendidikan/Sains, Pedagogi, dan Ilmu Sains.
2. Minimal IQ untuk menjadi pendidik adalah 115.
3. Kurikulum paling awal yang diterapkan bukan HOW tapi WHY!

yasfi
Автор

Saya sangat setuju dengan poin-poin yang disampaikan dalam video ini. Tata kelola anggaran yang efisien dan transparan memang sangat krusial untuk memastikan dana pendidikan digunakan dengan tepat. Selain itu, saya sebagai seorang guru subject, mengatakan bahwa evaluasi menyeluruh terhadap buku teks juga penting agar materi yang diajarkan relevan dan mendukung perkembangan pendidikan nasional.
Lalu, kolaborasi antarinstansi serta penelitian serius juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi berbagai masalah dalam sistem pendidikan kita. Fokus pada perbaikan pendidikan, partisipasi masyarakat, dan peningkatan kualitas guru akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.
Jujur, tiap kali saya menghadiri workshop atau global conference, saya selalu mendapatkan ilmu baru yang bisa saya bagikan ke guru lain. Alhamdulillah, knowledgenya sangat bermanfaat dan applicable untuk proses teaching and learning bersama murid-murid.
Perubahan dalam struktur anggaran, sarana prasarana, dan rekrutmen guru juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Terima kasih atas wawasan yang sangat berharga ini.

AgungPermana-kxuf
Автор

Dulu jaman pa Harto buku itu diberikan ke siswa adalah buku yg mutunya terjamin, sebab buku itu di terbitkan dari berbagai penelitian yang akurat dan kwalitas sangat terjamin, sy lebih bahagia buku di bagikan dari pemerintah langsung ... memajukan pendidikan butuh ke ikhlasan para pelaku pendidikan....terjaminnya kwalitas pendidikan, guru tidak disibukkan oleh hal yg menurut saya diluar undang"Sisdiknas....

muchsinjamhari