Perbedaan organisasi Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama #shorts

preview_player
Показать описание
Inilah perbedaan dua organisasi Islam yang ada di Indonesia #shorts
#shortsvideo #shortsviral #shortsindonesia #shortsislami #faktaunik #faktamenarik #faktadunia #seputarislam #beritaterkini #islamindonesia #fyp
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Beda dikit tetapi saling menghargai dan saling menjaga ...Mantabb 👍👍

sujiyono
Автор

Alhamdulillah saya lahir tumbuh dan berkembang sampai baliq di lingkungan NU.. dan skrng saya memilih menjadi jama'ah Muhamadiyah..
Mau NU atau Muhammadiyah, Tuhannya sama Allah Subhana wata'ala. Nabinya pun juga sama Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

tannugroho
Автор

Saya lahir keluarga NU, tapi saya ngga pandang NU atau Muhammadiyah, semua baik, yang penting islam, pedoman Al-Qur'an dan hadist

aleksuherlan
Автор

*HEBATNYA NU DAN MUHAMMADIYAH*

NU-Muhammadiyah itu *saling melengkapi.* Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh saja, kenapa di desa-desa dengan mudah diislamkan NU sementara susah sekali menerima Muhammadiyah. Sebaliknya di perkotaan lebih bisa menerima Muhammadiyah ketimbang NU.

Dengan kata lain, karakter NU yang konservatif mempertahankan tradisi Islam zaman duhulu dari empat madzab fikh melalui *saluran tasawuf* membuatnya lebih adaptif dengan masyarakat kultural pedesaan. Misalnya kepercayaan mistik atau orang sakti, ilmu sihir ketua adat, dukun atau jawara hanya bisa ditakhlukkan oleh ulama-ulama semacam NU itu sehingga ketika mereka kalah dengan mukjizat Alqurannya ulama atau kyai, baru masyarakat mengakui dan masuk Islam.

Sebaliknya, Muhammadiyah yang bersifat lebih rasional memiliki kesamaan karakter budaya kota yang modern. Muhammadiyah dari latar belakang didirikannya yang ingin memajukan masyarakat melalui pendidikan adalah _trend_ dari kemajuan yang tidak bisa dihindari apalagi di perkotaan. Manajemen berorganisasi yang tertata rapi dari sekolahan, perguruan tinggi, rumah sakit dan lembaga-lembaga lainnya menjadikan Muhammadiyah lebih bisa diterima di perkotaan karena memiliki kesamaan karakter rasional masyarakat kota.

Jadi sesungguhnya tidak sepatutnya saling klaim mana yang lebih hebat antara NU dan Muhammadiyah, karena kenyataannya memiliki kelebihan di area masing-masing. Islamisasi pedesaan-pedesaan Nusantara ini tidak bisa dilepaskan dari peran NU, sebaliknya di kota-kota lebih diambil perannya oleh Muhammadiyah. Mana yang lebih tinggi dan berperan? Tentu saja semuanya berperan dan *tinggi di tempat masing-masing, * dengan begitu agama ini merata dan menyebar ke seluruh penjuru Nusantara berkat keduanya. Baik di kota maupun desa-desa, sesuai karakter masing-masing.

Betul kata Gus Baha, ormas Islam tidak usah banyak-banyak, dua saja *cukup NU atau Muhammadiyah* karena mayoritas. Alasannya karena Nabi berpesan, _"Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Barang siapa yang menyimpang dari kesepakatan mayoritas, merasa benar sendiri, berarti ia mengasingkan diri menuju neraka”._ (HR. Al–Turmudzi). 🌴

HaryantoSMPPaliyanGK
Автор

Saya NU dan saya punya teman Muhammadiyah kita saling melengkapi dan saling menghormati meski ada perbedaan, Alhamdulillah silaturrahmi kita lancar tnp ada perdebatan

idafitriyah-yexp
Автор

Intinya jgn saling mencela...berjalanlah pada relnya masing2...
Tp dengan begitu jgn menutup jika ada kebenaran di luar organisasinya.

Tetap jaga kerukunan...

jenggowl
Автор

Kita sebagai muslim harus menjadi muslim yang moderat karena islam adalah agama yang moderat

Tutup_Panci
Автор

Perbedaanya yg jelas
Muhammadiyah fokus ngikutin hadist dan alquran
NU fokus ngikutin alim ulama, dan habib, apapun perkataan mereka adalah benar

lukmana.
Автор

Yang satu organisasi terkaya, yang satu organisasi dengan massa terbanyak... Dua duanya luar biasa...

sentotalkacili
Автор

Sy sejak kecil di Muhammadiyah. Smpe skrng doa2 dlm bacaan sholat pun pkai yg dipakai Muhammadiyah. Tp sy jg ikut Yasinan & Tahlilan. Sholat taraweh 8 raka'at & 20 raka'at prnah smua. Sy jg sring mngiringi sholawat. Pokoknya Muhammadiyah ❤️ Nahdlatul Ulama

AlvianAbimanyu
Автор

Saya ketika di SD saya memakai ajaran Muhammadiyah, soalnya saya sekolah di SD Muhammadiyah
Sedangkan di rumah saya memakai ajaran Nahdhatul ulama.

hudadandzakichanel
Автор

2 organisasi kita tercinta ini hrus selalu rukun.
Krn 2 organisasi ini pelopor NKRI.

anangrheza
Автор

Dua organisasi yg didirikan oleh saudara seperguruan dan sekaligus saudara satu nasab.

blinkenschnaag
Автор

*BID'AH vs SUNNAH*
Menurut kajian-kajian Salafi, hadits, _"Kullu bid'atin dhalalah”._ Kata *kullu* berarti “setiap, " atau berarti juga "semua." Setiap (semua) bid'ah itu sesat. Semuanya, intinya begitu, tanpa kecuali !

Tetapi menurut Aswaja, tidak semua bid'ah itu sesat. Menurutnya, kata *kullu* dalam AlQuran dan Hadits bila dihubungkan dengan ayat-ayat atau hadits lain maka dari segi bahasa memiliki pengertian umum sehingga bersifat "tidak mutlak semua".

Contohnya, kata orang Aswaja, di Surah Al-Anbiya disebutkan, _"Kami jadikan setiap _*_(kullu)_*_ sesuatu yang hidup berasal dari air"._ Tetapi di Surah Ar-Rahman ada juga ayat, _"Dan Dia menciptakan jin berasal dari nyala api tanpa asap."_ Ada juga kata hadits, _"Malaikat diciptakan berasal dari cahaya."_ Maksudnya, dari dalil-dalil diatas tidak setiap *(kullu)* yang hidup itu berasal dari air, makhluk hidup jin berasal dari api dan malaikat dari cahaya. Dengan kata lain, makna *kullu* bisa berati "tidak mutlak semua."

Kata orang Aswaja, hadits, *_"Kullu_*_ (semua) anak Adam yang meninggal dunia seluruh tulangnya akan habis jasadnya dimakan tanah."_ Tetapi juga ada hadits, _"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi."_ Tidak hanya para Nabi, ada hadits lain yang mengatakan para syuhada dan penghafal AlQuran jasadnya juga tidak busuk dimakan tanah. Bahkan banyak kisah dan bukti dari hamba-hamba Allah yang sholeh jasadnya tetap utuh tidak dimakan tanah setelah matinya walaupun kisah-kisah karomah para wali demikian diingkari sebagian umat sebagai cerita TBC _(Tahayul, Bid'ah, Churafat)._

Kata orang Aswaja, sahabat Usman bin Affan pernah ditanya, _"Apakah ini perintahmu?”_ Lalu jawab Khalifah Utsman bin Affan, *_"Kullu_*_ (sebagian) itu adalah perintahku dan sebagiannya bukan perintahku."_

Kata orang Aswaja dari dalil-dalil diatas, kata *kullu* mempunyai dua makna, yaitu bisa "setiap atau semua, " tetapi juga bisa berarti "tidak mutlak semua." *Kullu* dapat bermakna "tidak mutlak semua" jika ada dalil lain yang memberi pengecualian. Dalam dalil *_kullu_*_ bidah dhalalah, _ ada hadist lain yang memberi pengecualian terhadap makna "setiap, " diantaranya hadits berikut, :

_"Siapa yang memulai _*_satu perkara baru yang baik, _*_ lalu hal tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang memulai _*_satu perkara baru yang buruk, _*_ lalu hal tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikit pun."_

Menurut orang Aswaja, yang dimaksud hal baru yang baik atau buruk dalam hadits diatas adalah *bid'ah* itu sendiri kalau mau "kontekstual" dalam memahami maksud yang dikandung. Tetapi bagi orang-orang yang faham keagamaannya "tekstual" seperti Wahabi atau Salafi bilang, _"Mana ada bid'ah yang baik, semua bid'ah itu sesat, buruk. Namanya saja bid'ah kok baik?_

Kata orang Aswaja, bid'ah terjadi untuk pertama kalinya setelah Nabi meninggal menurut hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan, pengumpulan AlQuran awalnya dianggap bid'ah oleh Khalifah Abubakar Ash-Shidiq tetapi shahabat Umar bin Khathab berkali-kali meyakinkan bahwa itu keharusan yang baik _(bid'ah hasanah)._ Akhirnya Khalifah Abubakar berkata, _"Berkali-kali Umar mencoba meyakinkan aku, lalu Allah melapangkan dadaku dengan menerima kreasi Umar untuk mengumpulkan AlQuran."_ (H.R Bukhari).

Shalat tarawih berjamaah 20 rakaat sebulan penuh di Masjidil Haram dan Nabawi sampai sekarang ini sesungguhnya tradisi peninggalan dari kreasi amirul mukminin Khalifah Umar. Bahkan beliau mengatakan, _"Ni'mat al bid'atu hadzihi" (sebaik-baik bid'ah adalah ini)._

Dari beberapa kisah zaman shahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, kata orang Aswaja, Imam Syafii kemudian menyimpulkan bahwa bid'ah ada dua yaitu bid'ah yang baik *(bid'ah hasanah)* dan bid'ah yang sesat *(bid'ah dholalah).* Imam Syafii juga mengarang shalawat yang kemudian dikenal dengan nama Shalawat Imam Syafii didalam kitabnya Ar-Risalah. Bisa jadi orang yang tidak sepaham akan menganggap bid'ah Imam Syafii ini membuat kreasi shalawat bukan dari Nabi. Termasuk shahabat Ibnu Abbas juga memiliki shalawat (Shalawat Ibn Abbas) yang ia susun sendiri. Demikian juga shalawat dari sahabat Ibnu Mas'ud.

Bahkan, kata orang Aswaja, sebetulnya banyak kisah-kisah dalam riwayat shahih dari kalangan shahabat, tabiin dan salafus shaleh yang bisa jadi akan dihukumi bid'ah bagi orang yang tidak sepaham. Misalnya kreasi Khalifah Utsman bin Affan yang mempelopori adzan setiap sholat Jumat sebanyak dua kali. Shahabat Abu Hurairah berdzikir membaca tasbih 12.000 kali perharinya sebelum tidur. Shofiyah (istri Nabi) dzikir rutinnya 4000 kali. Shahabat Bilal bin Rabah melakukan shalat sunnah wudhu sehabis wudhu sebagai bentuk rasa syukur dll.

Dizaman sesudahnya, kata orang Aswaja, adalah cicit Nabi sendiri yaitu Imam Ali Zainal Abidin bin Hussain bin Ali bin Abu Thalib dikenal seorang tabi'in yang hidupnya zuhud dalam sehari semalamnya shalat sunnah 1000 rakaat.

Imam Ahmad bin Hanbali pemuka Madzab Hanbali yang hidup pada zaman generasi salaf juga dikenal zuhud yang kesehariannya secara rutin shalat sunnah 300 rakaat. Imam Ahmad bin Hanbali juga dikenal imam ahli hadist karena hafal satu juta hadits.

Kata orang Aswaja, banyak orang-orang pesantren *mengamalkan hizib-hizib* (kumpulan dzikir) ciptaan ulama terdahulu. Misalnya, Hizib Bukhari dari Imam Bukhari, Hizib Ghazali dari Imam Ghazali, Hizib Nawawi dari Imam Nawawi dan lain-lain. Tetapi kata orang Salafi, hizib-hizib itu bid'ah, apakah Nabi mendelegasikan menyusun dzikir-dzikir seperti hizib-hizib itu?

Demikianlah perbedaan Salafi dan Aswaja dalam menafsirkan hadits tentang bid'ah.

*TAFSIR SUNNAH*
Sunnah itu lawan kata dari bid'ah. Adapun pengertian *SUNNAH* (Sunnah Nabi) itu tidak hanya yang dicontohkan atau dilakukan Nabi saw saja _(sunnah fi`liyah), _ tetapi apa yang diucapkan/disabdakannya termasuk sunnah juga _(sunnah qouliyah)_ -- bahkan apa yang dilakukan para sahabat walaupun nabi tidak mencontohkan atau menyuruh tetapi nabi tidak melarang/membolehkannya sebagai amalan disebut juga sunnah _(sunnah taqririyah)_ seperti sahabat Bilal sholat sunat wudlu dan sahabat Abu Hurairah ra memiliki amalan wirid membaca dzikir tasbih 12.000 x setiap harinya sebelum tidur, istri Nabi Shafiyah perharinya menghitung dzikir 4000 kali sebagai wiridan. Ini *bukan berarti mengkhususkan* amalan, tetapi menjaga agar menjadi istiqomah dalam berdzikir.

Jadi jangan dibatasi sunnah Nabi itu *fi'liyah* saja (yang nabi contohkan) -- ada contoh dari Nabi tidak? Apakah Nabi melakukannya? Ini sangat mempersempit agama itu sendiri. Bahkan yang tidak ada dalilnya saja, kalau di Quran dan Hadits tidak ditemukan atas suatu masalah -- ada perintah untuk berijtihad, mosok yang jelas-jelas bersesuaian dengan qola Allah dan qola Rasul (walau Nabi tidak memberi contoh) dilarang?

Kadang-kadang ditemui juga sikap tidak ilmiah, ketika dalil-dalil itu ditunjukkan -- maka bukan lagi dalil yang akan ditanyakan --- tetapi akan bergeser, "Apakah Nabi melakukannya?". Jadi disinilah pentingnya memahami *As-Sunnah* itu, tidak hanya sebatas contoh perbuatan Nabi (fi'liyah) saja, tetapi juga meliputi sabdanya (qouliyah, qola Rasul) dan bahkan kebolehan setujunya (taqririyah).

_Wallahu a'lam bishawab._ 💯x.

HaryantoSMPPaliyanGK
Автор

Jangan mencari² perbedaan dari kesimpulan, tetapi dari alasannya.
Lebih baik mencari kesamaan drpda perbedaan.

hadiantopurwoko
Автор

2 organisasi yg dapat di jadikan contoh, saling melengkappi, menghargai dalam perbedaan, dan saling mencintai.
Saya warga Nu, yg banga dengan muhamaddiyah.!!

Nurjanah-suul
Автор

Sbnrnya perbedaan dasarnya perbedaan metode dalam mengambil hukum fiqih
Muhammadiyah : melakukan tarjih / mengumpulkan dalil Qur'an hadits lalu memilih dalil yg paling kuat
NU : menggunakan kitab-kitab ulama yg bersanad ke imam Syafi'i sampai ke Rasullullah shalallahu alaihi wa salam

bayuaguska
Автор

Masya Allah
Menambah pengetahuan
Terima kasih Bapak Ibu

jokoslametismawan
Автор

Tidak ada masjid nu dan tidak ada masjid muhammadiyah. Masjid adalah rumah ibadah, masjid adalah tempat netral semua umat Islam dapat memggunakan masjid tanpa membeda-bedakan aliran. Kami datang ke masjid untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk membangga-banggakan suatu aliran dan menjadi fanatik. Kami tau semua manusia itu dasarnya sama di mata Allah, yang membedakan hanya keimanan dan ketaqwaannya.

AaronTheChemist
Автор

Berbeda tapi tidak pernah saling mem bid'ah bid'ah kan...
Salut buat NU dan Muhammadiyah..

poldajambi