Politik Terkini❗️Ampun-Ampunan! Kata2in NU-Muhammadiyah Sesat, Ustadz Ini Diceramahi Buya Yahy & UAS

preview_player
Показать описание
Politik Terkini❗️Ampun-Ampunan! Kata2in NU-Muhammadiyah Sesat, Ustadz Ini Diceramahi Buya Yahy & UAS
*******
Penceramah asal Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Zamzami Nas, Lc MA, melontarkan permintaan maaf. Diketahui ceramahnya sempat viral lantaran menyebut Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Tarbiyah sesat. Zanzami pun sempat menyebut Ustaz Abdul Somad (UAS) bodoh.

Dalam penuturanya Zamzami meminta maaf sepenuh hati kepada pihak-pihak yang merasa terzalimi atas perkataannya tempo hari.

"Dan kepada pihak yang merasa dirugikan, atau terzalimi, atau tersakiti dengan pernyataan tersebut, saya dengan sepenuh hati minta dimaafkan. Insyaallah, semoga kejadian serupa tidak terulang lagi pada waktu yang akan datang, atau di kemudian hari, '' tekanya.

Nafas Pembaharuan adalah channel yang menyuguhkan penggalan peristiwa politik kekinian dalam kemasan pendek, momen-momen penting para tokoh di atas panggung politik republik ini. Proses pembuatan video telah melewati riset mendalam dan bersumber dari media kredibel.

*******
Copyright Disclaimer :
- Under section 107 of the Copyright Act of 1976
- Every Video, Audio, Footage, Image etc in this content under terms of Fair Use, Permitted by Copyright Statute.
- Every Content in this Channel for purpose such as Education, News Report, interpretation etc.
*******
#ZamzamiNas
#BuyaYahya
#UAS
#KhalidBasalamah
#BeritaTerbaru
#PolitikTerkini
#KabarAktual
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Tambah2 ilmunya pak tua, jangan hanya janggutnya saja yg di panjangkan tapi ilmunya tdk bertambah, hanya belajar di satu ulama saja

samsuddinsamsuddin
Автор

Kalian semua Sudah merasa Punya Umat Masing2 dan Merasa Gelap Hati...

kharinakhmed
Автор

*NU & MUHAMMADIYAH*

*Kyai Hasyim* (Hasyim Asy'ari) adalah pendiri NU. Pondoknya di Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur. Hampir semua kyai pendiri pondok pesantren di Jawa umumnya adalah pernah belajar kepadanya sehingga diberi gelar *Hadratusy Syaikh* (Maha guru).

Ada kisah menarik. Waktu itu belum ada Muhammadiyah, belum ada NU. Kedua ormas terbesar di Indonesia itu belum didirikan. Suatu saat ada santri dari Kauman Jogja bernama *Basyir* mengadu dan menjelek-jelekkan *KH. Ahmad Dahlan* dihadapan Kyai Hasyim Asy'ari gurunya. KH. Ahmad Dahlan adalah tetangga Basyir yang baru pulang dari Makkah, dan diangap membuat _odo-odo_ baru, sehingga memancing keresahan antara masyarakat kampungnya di Kauman.

“Siapa namanya?” tanya Kyai Hasyim.
"Ahmad Dahlan”
"Bagaimana ciri-cirinya?”
Santri Basyir menggambarkannya.
"Itu Kang Dahlan!” Kata Kyai Hasyim.

Kyai Hasyim dan Kyai Dahlan adalah teman satu pondokan dalam mengaji di pondok Kyai Saleh Darat Semarang dan ketika ngaji di Mekkah. “Tidak apa-apa”, kata Kyai Hasyim, “yang dia lakukan itu _ndalan_ . Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya."

Pada akhirnya Basyir justru mendapat _dawuh_ amanat membantu perjuangan KH. Ahmad Dahlan.

Tidak hanya Basyir tetapi juga santri Kyai Hasyim Asy'ari lain yang dari Kauman Jogja yaitu *Fahruddin* juga mendapat _dawuh_ yang sama. Satu tahun kemudian ketika Kiai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kiai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.

Yang menarik kedua santri KH. Hasyim Asy'ari diatas -- putra-putranya akhirnya pernah menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah semua. Kyai Fahruddin berputera *Pak A.R Fahruddin* pernah menjabat ketua umum di Muhammadiyah. Setelah itu diganti puteranya Kyai Basyir yaitu *Ahmad Azhar Basyir, M.A.*

Kyai Basyir beliau juga titipkan anaknya Ahmad Azhar Basyir kepada kyai NU Kiai Abdul Qodir Munawwir (kakak ipar Kiai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Bahkan bisa dikatakan, Ahmad Azhar Basyir hampir tak pernah ketinggalan mengikuti pengajian Kiai Ali Ma’shum ketika di Krapyak.

*KH. ALI MAKSUM, KH. AZHAR BASYIR dan AZIZ*

Senja kala itu, santri dari Pati bernama Aziz tiba di Pesantren Krapyak usai menempuh perjalanan beratus kilo dari kediamannya di bagian utara Jawa Tengah. Merasa letih, Aziz kemudian mencari tempat teduh di celah pesantren sekedar untuk beristirahat sembari menunggu jeda Magrib.

Maksud dan tujuan ia datang ke Krapyak adalah untuk mendalami keilmuan KH Ali Maksum.

Selepas berjamaah, Aziz sowan ke ndalem (rumah) Mbah Ali, memohon restu mengangsuh-kaweruh di Pesantren Krapyak. Ia memperkenalkan diri, bertukar kabar, sampai berkisah mengenai perjalanannya dari Pati hingga sampai di Krapyak.

Alih-alih langsung direstui, Mbah Ali malah menguji Aziz. Ia diperintah Mbah Ali meneruskan bait di nazam Alfiyah.
Mulanya, Aziz ketar-ketir mendapat tantangan tersebut.

“Ayo coba, teruskan nazam ini..” Mbah Ali melantunkan sebait nazam dan dengan lanyah Aziz meneruskan.
“Baik, sekarang dibalik. Dibaca dari belakang..” perintah Mbah Ali.

Seperti tantangan pertama, Aziz lanyah, tangkas, meneruskan bait-bait yang diucapkan Mbah Ali.

Merasa terkagum, Mbah Ali lantas berujar, “Yo wés Ziz, koe wés ra usah sinau agomo nang aku. Besok pagi selepas subuh ikut aku yaaa…”

“Nggih, Kiai.” Aziz menjawab gugup. Namun jiwa santrinya menuntun Aziz memilih _sami’na wa atho’na_ dan segera pamit untuk menyudahi sowan yang begitu menggetarkan tadi.

Sembari keluar dari ndalem Mbah Ali, Aziz gusar dan terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, “Kira-kira besok pagi Mbah Ali mau ngajak ke mana ya?”

Keesokan harinya, Aziz diajak Mbah Ali pergi. Berdua mereka berboncengan menaiki vespa. Sementara Mbah Ali menyetir di depan, Aziz yang di belakang semakin gusar. Pertanyaan malam terus menggeliat dalam pikirannya.

Hingga vespa Mbah Ali berhenti di depan sebuah rumah. Mbah Ali berucap salam sembari tangan kanannya mengetok pintu rumah. Tak berselang lama seorang membukakan pintu. Yang tampak adalah sosok orang tua gagah, berkaca mata dan berpenampilan rapih. Mbah Ali lalu beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya.

Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Teh hangat dan hidangan ringan terpapar di meja. Aziz mendapati di sekeliling ruang tamu buku-buku tertata sangat rapih di rak.

“Ini Kiai Basyir sekarang kamu kutitipkan di sini. Belajarlah kepadanya, habiskan buku bacaannya, ” pesan Mbah Ali pada Aziz.

Seketika perasaan Aziz kalut. Ekspestasi kepergiannya ke Krapyak untuk menimba ilmu ke KH. Ali Maksum, tapi seperti ada “takdir” lain. Ia diperintahkan supaya belajar pengetahuan umum ke tokoh Muhammadiyah, KH. Basyir.

Selang beberapa tahun kemudian, Mbah Ali berniat mengambil Aziz di kediaman Kiai Azhar Basyir untuk diboyong kembali ke Krapyak. Sendiri beliau mengendarai vespanya. Sesampainya di kediaman Kiai Azhar, Mbah Ali terkekeh ketika mendapati Aziz sedang membaca buku di pelataran rumah Kiai Azhar.

“Loh. Sekarang kamu sudah bisa pakai celana, Ziz?”

Aziz diam tak membalas. Kepalanya merunduk tersenyum malu.

Mbah Ali masih mengamatinya dari ujung kaki sampai pucuk rambut. Terkekeh.

Tak berselang lama, Kiai Azhar Basyir mengenali tawa tersebut dan keluar rumah. Kembali mereka berdua beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya.

“Ngéné yo Syir, sekarang anakku, Aziz mau kubawa kembali ke Krapyak. Kiranya sudah cukup ia dua tahun belajar di sini. Nanti kalau terlalu lama, takutnya ia jadi Muhammadiyah.” Mereka berdua tertawa. Aziz tidak ikut tertawa, merasa belum maqamnya mengikuti tertawa para ulama unggul dari NU dan Muhammadiyah ini. Masih dalam kondisi tertawa, Mbah Ali berujar, “Lihat saja”, telunjuk Mbah Ali tertuju ke celana Aziz, “sekarang dia sudah pakai celana, padahal sewaktu pertama kali ke sini ia masih memakai sarung.” Gelak tawa kembali memenuhi ruang tamu, kecuali Aziz yang hanya mesem. Menurut Shohibul Hikayat, santri bernama Aziz dari Pati ini adalah ayahanda dari M. Imam Aziz (ketua PBNU dan staf khusus wapres).

Belakangan diketahui jika Azhar Basyir ketika muda, ia dititipkan kepada KH Abdul Qodir Munawwir oleh ayahnya sendiri, Kiai Basyir—untuk belajar Alquran. Ayah KH Azhar Basyir, yakni Kiai Basyir, pernah mengenyam pendidikan pesantren di Tebuireng Hadrastusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari.

Tidak hanya itu, Azhar muda juga tidak pernah absen mengikuti pengajian kitab kuning yang diampu oleh KH Ali Maksum.

Setelah belajar di Krapyak, Azhar melanjutkan ke Tremas-Pacitan dan lalu Kairo. Di Kairo Azhar berjumpa dan berkarib dengan Gus Dur. Sekembalinya dari Kairo, Kiai Azhar Basyir menjadi Ketua PP Muhammadiyah dan Gus Dur menjadi Ketua PBNU.

_Hairus Salim_

HaryantoSMPPaliyanGK
Автор

Kek kakek kurang ngopi kakek ini.jangan marah marah kek malu.

rudiripianto
Автор

Zam zami harus meminta maaf kpd Tuan guru Ustd Abdul Somad

AbdHarisLNaim-wgyb
Автор

ga tertarik sedikitpun jadi salapi, alhamdulillah.. semoga anak cucuku di jauhkan dari wahabi/salapi

badrulhidayat
Автор

aku kira setan aja musuh kita ternyata Wahabi musuh kita.dulu aku punya teman Wahabi seperti ini suka mencela.dulu tuan guru saya di cela zainudin abdulmazit tuan guru Lombok di bilang sesat.aku sampai mau marah sama dia tapi aku sabar.setelah sabar itu ada pada diri ku .tak lama lg dia dapat musibah.

anwari
Автор

EMANG SURGA MILIK BAPAKNYA... NGATAIN ORANG DHOLALAH... ILMU TAK CUKUP NGISI MATERI.. JADI SEMUA ISINYA FITNAH BELAKA.. NA'UDZUBILLAH.. MINDZALIK..

adimasadimasono
Автор

Kiayi ini sombong benar,
Blm tentu kami ini salah..
Ini pemecah belah kiayi sombong

endimulyadi
Автор

Sombongnya itu manusia tidak bisa mendidik

fattahservice
Автор

Atok maringgih nan sombong ni sdh sembuh apa blm, klo blm jangan keluar dulu dari RSJ spy tak bikin begaduh, (Lc. MA) nya dari mana itu, klo lg dikit saja ngrengek2, tp lihat klo sdh merasa Buesar (baru merasa) kelihatan Aslinya, merasa Benar sendiri nyang lain mah pokoknya Salah wae ... و الله اعلم بالصواب
🙈🙈🙈🙈🙈⛔⛔⛔⛔⛔👊👊👊👊👊 🤝🤝🤝🤝🤝💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍🙏🙏🙏🙏🙏

newraihan
Автор

Ini lah yg paling bahaya di dunia.ini termasuk dajal kata nya ahli agama tp tidak sama jalan.janggut nya aja panjang tp masalah ahlak sopan santun gak ada.percuma tau agam tp ahlak gak ada.

yuyi
Автор

Aku bingung sayang aku pusing .
Trus yg mana yg benar .. sayang

fakihalmunawir
Автор

Sudah tua bukan tambah baik malah jadi provokator lebih baik anda tidur karena ujung-ujungnya Lo minta maaf

afsajam
Автор

bapak tua ini lahirnya telat, harusnya dia lahir di zaman tahun 500an lah y

nanokpaten
Автор

kasian saya lihat si bapak
sebab sudah tua.karena berhukum nya salah.sebentar lagi bapk itu akan di Tangkap police

dodolgarut
Автор

Minta maaf tidak afdol, berguru lagi, , ...

anggisyahputra
Автор

Ini ustadz tua yg
Putih... Harus minta maaf...karna ini adalah hinaan

andiawanawan
Автор

Masa Allah, inilah da'i yg tidak paham sejarah, tidak berahlak, tida punya adab, memecah belah umat, ,
Sadarlah wahai zamzami nas, , ,

RoniRoni-kpeh
Автор

Si kakek ini pemecah belah bangsa. Di Indonesia sdh paling pas paham manhaj Aswaja yakni NU dan Muhammadiyah.

Si kakek berani mencaci ustadz Abdul Somad, bahkan mengatakan bodoh. Dimana adabmu?

Harusnya si kakek ini yg diperiksa, pemahaman nya berbahaya bagi bangsa dan negara NKRI

belajarbarengimhas