Seberapa Bahaya TBC Sebenarnya?

preview_player
Показать описание
Coba inget-inget waktu kalian sakit dan perlu minum obat. Tapi bayangin, ada penyakit yang bikin kalian mesti minum bukan sepuluh, bukan dua puluh, tapiii sampe bisa seribu obat pil dalam waktu berbulan-bulan! Ya, inilah yang harus dilaluin sama para penderita tuberkulosis, alias TBC. Tapi emang seberapa bahaya TBC sebenarnya? Kenapa pengobatannya butuh waktu lama banget? Enjoy the video!

---

Tanyakan pertanyaan aneh anda di sini! NGGA ada pertanyaan yang bodoh! 'Kok Bisa' ngga cuma sekedar mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlihat bodoh, aneh dan dungu di sini, tapi juga mencoba menumbuhkan rasa keingintahuan anda terhadap segala hal di dunia ini. Jadi, tunggu apalagi? Ayo subscribe, let's watch the videos and go curiosity!

---

FAQ (Frequently Asked Questions):
Q: Min, upload tiap hari apa?
A: Tiap hari Rabu dan Sabtu. Tapi kadang-kadang ada video yang butuh waktu pembuatan lebih lama. So, stay tuned!

Q: Min, animasinya pake software apa?
A: Adobe After Effects

Q: MIN, KENAPA DI VIDEONYA ADA BAKSONYA TERUS!?
A: Bakso is inspiration *wink

---

📺 Follow Kok Bisa

---

---

References:

---
A massive THANK YOU to everyone for watching this and for all of your support!
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

Penyakit ngeri apa lagi yang kalian pengen Kobi dan Sasa bahas? 🤔

KokBisa
Автор

bagi yang kena TBC semangat yaa, aku punya temen di sekolah, dia kena TBC dari badannya gemuk sampe kaya tinggal tulang, tapi alhamdulilah dia bisa sembuh dan sekarang uda bisa aktifitas lagi, jadi semangat buat yang lagi berjuang lawan TBC ❤

mtaufik
Автор

Jadi inget perjuangan dulu aku pernah didiagnosa TBC paru-paru kelas 11 SMA dan aku masih mondok di pesantren jauh dari orang tua dan aku berjuang kontrol ke dokter sendirian 2 Minggu sekali dan tiap kontrol jatuh dihari Jum'at, inget banget kalo jam 10 istirahat ijin keluar sekolah sama guru BK selama 30 menit buru-buru pergi ke dokter buat kontrol dan ambil obat masih pake seragam sekolah dan itu aku lakukan selama 8 bulan nonstop. Karena penyakit ini temen satu kamar pernah terinfeksi tertular gara-gara tidur paling dekat sama aku, untung nya dia baru gejala dan bisa disembuhkan 1 minggu kemudian, dari kejadian itu aku selalu pake masker sepanjang hari bahkan tidur pun pake masker, aku juga sempat dijauhi teman-teman sepondok karena takut tertular..
aku memang punya riwayat penyakit ini dari ibu, kakek & nenek Alhamdulillah aku dan ibu sembuh dan selamat sedangkan kakek & nenek meninggal dunia. Walaupun aku belum tau seperti apa wajah mereka tapi rasanya aku rindu banget kakek nenek semoga tenang dan bahagia di surga sama Allah SWT aaamiiin
Buat kalian yang sedang merasakan penyakit ini semangat ya jangan menyerah dan jangan bosan minum obat setiap hari. Aku masih inget pesan dokter bilang kalo kamu minum obat dijam yang sama setiap hari, makan sayuran dan buah-buahan yang bergizi bisa mengalahkan bakteri ini, tapi sekali aja kamu gk lakuin kamu harus mengulang dan obat nya bukan ini lagi tapi obatnya yang itu( sambil menunjuk ke arah etalase obat) didalamnya berisi box yang cukup besar itu obat nya besar dan lebih banyak lagi karena obat yang lama udah tidak mempan melawan bakteri ini dan bakteri ini jadi makin kuat dari sebelumnya. Jadi jangan sampai stop minum obat nya sebelum dokter bilang ya selamat ya kamu udah sembuh dan tidak perlu lagi minum obat ini

dedehumaeriah
Автор

Mau cerita dan kayaknya bakal panjang. Aku juga dulu merupakan pejuang TBC. Aku mengidap TBC dan sekarang aku udah sembuh dari penyakit ini. Awal aku TBC itu pas kuliah semester 1 akhir. Waktu itu gejala awalnya, aku batuk-batuk. Aku pikir, itu hanya batuk biasa, jadi aku membiarkannya dan cukup dengan obat warung. Selang dua minggu kemudian, batukku gak kunjung sembuh. Aku dan Mama ke puskesmas. Terus aku cuman dikasih obat batuk biasa. Gak cuman sampe situ, aku rutin minum obat dokter, tapi batuknya masih terasa. Aku datang lagi dan mengeluhkan kondisiku. Lalu, dokter nyaranin buat aku cek dahak. Awalnya, Mamaku skeptis. Maksudku, dia pikir bahwa obat herbal bisa nyelamatin aku. Jadilah yang pertama itu gak cek dahak dan terus bergantung pada obat herbal buatan Mama. Tapi batukku gak kunjung membaik. Aku dan Mama ke puskesmas lagi. Saran dokter waktu itu aku turutin. Nah singkat cerita, diagnosa awalnya aku terkena bronkitis. Dikasih obat lagi, dan yah hasilnya tetap sama. Aku tak sembuh-sembuh juga. 

Terus aku mengira, obat puskesmas gak manjur. Di samping itu, Mama juga ngasih obat-obat herbal kayak daun saga, air perasan jerun nipis, air jahe. Jadi ada jeda waktu selama beberapa minggu. Terus suatu ketika, aku dan Mama mutusin buat ke klinik lain. Batukku makin parah. Pas dokternya tau, batukku hampir 2 bulan, dia panik dan menyarankanku untuk cek rontgen. Dia memberi surat rujukan ke rumah sakit. Aku dan Mama langsung cek hari itu juga ke salah satu rumah sakit. Dan untuk harganya ya agak mahal juga. Setelah itu, esoknya, kami ngambil hasil rontgen. Ternyata, aku positif mengidap TBC paru dan ada cairan di sebelah kanan paru-paruku. Kami pergi ke klinik yang memberi rujukan tadi. Pas dokter liat hasilnya, dia takut untuk menindaklanjutiku. Maksudnya, dia tidak tau apa yang harus dilakukan  pada cairan di paru-paruku. Apakah harus diangkat dulu, atau bisa langsung diobati. Jadi dokter itu menyarankanku untuk berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis paru-paru. Aku yang mendengar fakta itu, lemas. Di kepala langsung kebayang hal-hal yang menakutkan. 

Mama dan Bapaku agak skeptis kalau berurusan dengan dokter. Mereka merasa benar dengan hanya bermodalkan obat herbal dan doa. Gak ada yang salah, tapi TBC harus diobati dengan obat khusus dokter. Aku sudah menjelaskan ke mereka. Ketika riset-riset, aku tau penyakitku ini mengerikan, jika tak segera ditangani. Tapi tetap Mama dan Bapaku dengan pendirian mereka. Sulit memasukkan pendapatku ke tenggorokan mereka. Soalnya mereka mendapati teman yang mereka kenal, sembuh dengan obat herbal. Pada akhirnya, aku hanya diberi susu domba saja. Sebelumnya Bapaku juga mengidap TBC akut dan selalu diberi susu domba di samping obat yang diberikan dokter dan akhirnya sembuh. Jadi makanya mereka ngambil kesimpulan bahwa “Susu domba bisa menyelamatkanku.” Jadi aku diminta rutin minum susu domba walau sebenarnya aku gak suka luar biasa. Kalian tau, karena itu, aku tidak langsung diobati. 

Tuberculosis dibiarkan nangkring di tubuhku. Sampai puncaknya, ketika jam kuliah di kampus. Aku batuk-batuk dan susah berhenti. Terus ada yang keluar di balik tenggorokanku. Aku pikir itu dahak, jadi aku izin ke dosen. Pas di kamar mandi, coba tebak apa yang keluar itu? Yap, darah. Aku kaget dan panik. Aku sampe nangis di kamar mandi itu. Aku buru-buru mengabari Abangku dan Mama. Bahkan aku sampe memfoto sendiri darahnya. Ditambah agak banyak yang keluar. Di detik itu juga, aku izin pulang. Waktu itu aku cemas, takut, dan bayang-bayang kematian memenuhi kepala. Aku langsung dibawa ke dokter. Bahkan Abangku langsung pulang dari tempatnya bekerja. Masih ingat, dengan rujukan dokter sebelumnya dan aku diminta ke dokter paru-paru? Di hari itu juga, aku, Mama, dan Bapak pergi ke sana. Kalau Abangku posisinya di perjalanan. Kami mencari-cari bahkan sesuai dengan alamat tempat yang diberitau dokter. Ternyata, pas nanya-nanya, dokternya udah gak di sana lagi. Akhirnya, kami ke rumah sakit terdekat yang ada di sana, untuk bertanya tindak lanjut penyakitku ini. Kebetulan lagi, dokter spesialis paru-paru sedang tak ada jadwal adanya lusa. Karena kondisiku darurat, jadi berakhirlah kami ke sebuah klinik yang dokternya udah sepuh. 

Pas konsultasi, katanya gak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi, aku cuma diminta kontrol tiap dua minggu sekali selama dua bulan. Aku berjuang, harus minum 8-10 butir persekali minum, ditambah 3x sehari. Bisa dibilang total obat yang kumimum sehari sekitar 24 butir atau lebih atau kurang, termasuk yang dua kali sehari. Awalnya sulit minum sekaligus, tapi dorongan Mama membuatku membiasakan diri. Yang berat dari itu semua adalah biayanya. Untuk sekali kontrol, aku menghabiskan uang 500 ribu lebih kadang hampir 700. Jadi, beasiswaku semester itu, habis buat berobat. Aku dan Mama engap, sampai di hari terakhir kontrol, aku tak memiliki uang. Jadi, di hari itu, aku menghentikan pengobatan. Jujur, aku udah putus asa. Aku capek terus-terusan batuk. Aku capek sesak napas terus. Aku pernah sampai nangis. Aku mau bebas kayak orang sehat. Apalagi setiap malam, batukku lebih intens dan menganggu sesi tidurku. Rasanya sia-sia, berjuta-juta uang terbuang percuma. Aku sudah malas, tapi si sisi lain, aku mau sembuh. Aku khawatir, penyakitku menular ke keluarga. Jadi, selain berdoa untuk kesembuhan, aku juga berdoa agar tak ada keluargaku yang tertular. Di situ juga, jeda lagi beberapa lama.

Aku bangkit lagi. Aku berobat ke klinik lagi (tapi bukan klinik yang kukunjungi sebelumnya) dan syukurnya, pengobatanku tak seberat sebelumnya. Sekali kontrol, 150-an lebih aja. Aku berjuang lagi. Obatnya kurang lebih sama seperti sebelumnya. Sama banyaknya, sama pahitnya, meski ada beberapa yang beda. Sama seperti sebelumnya, dokter memintaku berobat selama 2 bulan tanpa putus. Kontrol dua minggu sekali. Aku berupaya menjaga makan. Makanan yang kuhindari adalah mengandung minyak, apalagi pedas. Karena kalau aku makan makanan berminyak, batukku selalu kambuh parah. Malamku terganggu. Tapi kadang, aku bandel dan khilap. Dan menyesal di malam harinya.

Singkat cerita, dua bulan berlalu, aku disarankan oleh dokter untuk lanjut berobat ke puskesmas. Ternyata perjuanganku masih berlanjut. Kukira hanya dua bulan, tapi ternyata sisa 4 bulan lagi aku harus menenggak obat. Kata dokter, di puskesmas, aku hanya menenggak satu obat jenis saja, karena semua kandungan obat sudah ada dalam satu tablet. Akhirnya, pengobatanku pindah ke puskesmas. Sejak hati itu, sama seperti sebelumnya, aku rutin ke puskesmas 2 minggu sekali. Walaupun ada rasa malas untuk pergi. Walaupun batuk menghantamku sehari-hari, sepanjang malam. Walaupun napasku sesak kadang-kadang, tapi aku berusaha dan tak putus berobat. Aku pernah lupa minum obat satu hari, tapi syukurlah masih bisa ditoleransi. Alhamdulillah November 2024 kemarin, aku resmi terlepas dari obat TBC.

Aku selalu mikir kalau Allah ngasih penyakit ini karena Dia ingin aku hidup sehat. Sejak kena TBC, aku jadi rutin lari. Aku berupaya untuk menghindarkan diri dari makanan berminyak. Terhitung dari semester 1 akhir hingga memasuki awal semester 5 aku mengidap TBC. Berganti-ganti dokter, ditambah jeda karena tidak diobati. Syukurnya, TBC ku tidak resisten. Hampir 2 tahun aku berjuang. Sekarang, aku sudah bebas. Aku bisa bernapas bebas. Aku tak lagi sesak dan batuk malam-malam. Aku tak perlu cemas jika ada makanan mengandung minyak sedikit. Aku tak perlu dibayangi kematian. Aku tak perlu takut berinteraksi dengan orang-orang di sekitar. Oh, ya, penyakitku ini tak ada yang tau selain keluarga dan satu teman dekatku. Syukurnya, dia tetap ada di sisiku. Meski demikian, aku berhati-hati dan selalu mengenakan masker. Kapanpun, dimanapun. 

Terima kasih buat kalian yang berkenan membaca kisahku. Semoga bisa diambil pelajarannya. Buat kalian yang sedang ada di posisi ini, tetap semangat ya. Jangan putus asa, jangan menyerah. Memang sulit, tapi kalian pasti bisa melaluinya. Kalian pasti bisa sembuh;) Semangat!

RanduLestari
Автор

sebagai penderita yg pernah mengalami TBC, Alhamdulillah sekarang sembuh total dan bisa hidup dan beraktivitas normal lagi. dulu waktu pertama kali menderita ini, awal nya batuk smpe 1 bahkan hampir 2 bln tdk sembuh², setiap tengah malem pasti batuk dan tenggorokan berasa ada dahak yg nyangkut tp gakeluar², nafas terdengar suara ngik ngik karena ada flek diparu, awal nya takut periksa akhir nya setelah capek batuk tdk kunjung sembuh nyerah nya juga, akhirnya periksa ke puskes.. setelah diperiksa konsultasi ke dokter, akhirnya diambil sampel dahak, 2 hari keluar hasil uji lab keluar dan damn.. positif TB 😢 akhirnya menjalani pengobatan selama 6 bulan full, tiap hari selalu minum obat.. karena kalau terlewat 1 hari atau bahkan terlewat dijam yg berbeda harus mulai dr awal, dan kemungkinan kl gagal si virus akan kebal dengan obat bisa menjalani pengobatan hampir 8 bulan lebih. BB yg awal nya 78 turun drastis jadi 46 dalam waktu seminggu, sempat hoopeles karena tiap malem gelisah, keringat dingin, nafas susah, badan lemes letih, mata sayup, cekong. akhirnya dengan ambisi semangat untuk sembuh, setelah 2 bulan minum obat rutin bb naik lagi, nafas agak longgar, gelisah mulai ilang, dan merasa semngat kembali buat beraktivitas. dan Alhamdulillah 6 bulan terlewat, dokter menyatakan virus dan bakteri yg ada diparu bener² sudah hancur, flek diparu bersih, batuk hilang, nafas membaik dan normal lagi. untuk teman² yg sedang menderita penyakit ini, tetap semangat jangan hilang harapan karena semua penyakit pasti ada obat nya, asal kita ada tekad untuk sembuh. dan untuk semuanya jaga kesehatan, asli sehat itu mahal banget. salam sehat semuanya ❤

wikoadrian
Автор

Sedikit cerita min, saya pengidap TBC di umur 3 tahun, FYI umur saya sudah kepala 2, di sini saya ingin memberikan dukungan dan apresiasi terhadap kalian para penyitas yang berjuang melawan TBC, semangat untuk pengobatan, jangan takut untuk meninggal, kalian bisa sembuh kok, kalian bisa aktivitas layaknya orang normal (walaupun susah untuk aktivitas berat) tapi kalian layak untuk hidup, semangat untuk pejugan TBC, dan satu lagi, TBC bisa gemuk kok, saya berat badan 75kg dengan tinggi 171 cm, semangat buat para penyitas, kalian hebat kok.

hekmatyar
Автор

Aku juga lagi kena TBC sekarang, sudah minum obat lebih 2 bulan. Saling mendoakan untuk kesembuhan pejuang tbc❤

vjw
Автор

Almarhum Pak Arthur Morgan juga beliau kena TBC. Semoga amal dan ibadah beliau di terima 🙏

PraiseworthyNobleman
Автор

Saya pernah menderita TBC, alhamdulillah sekarang sudah sembuh total, gejala awal demam dan batuk yg kepanjangan, 1 bulan berobat biasa demam dan batuk tdk membaik, coba ke dr. Spesialis paru, di rontgen dan positif TBC. Pengobatan nya diberikan antibiotik yang diminum setiap hari selama 6 bulan. Lanjut jika memburuk stop jika membaik. Aturan pakainya 1x3 tablet, sehari minum 3 tablet sekaligus (tergantung BB pasien) tdk boleh terlewat selama 6 bulan. Alhamdulillah dgn pola hidup sehat, memakai masker selama bila perlu, minum obat rutin sesuai anjuran, pengobatan stop di 6 bulan dan negatif TBC. 🙏

aurizalrisandyi
Автор

Sebagai salah satu TBC survivor. Cuma mau mengingatkan orang - orang diluar sana biar lebih aware sama berbagai jenis paparan asap apapun itu. Karena itu bisa menjadi salah satu penyebab yang akan memberikan celah virus TBC ini bisa masuk ketubuh kita. Dulu saya berobat selama 12 bulan, dan alhamdulillah sekarang dinyatakan sehat. Tetapi perlu diketahui seperti info diatas, virus TBC itu tidak benar - benar mati di tubuh kita. Sewaktu - waktu ketika imun kita lemah, mungkin saja virus TBC bisa aktif kembali. Itulah mengapa kita harus bisa jaga diri kita sebaik mungkin.

sorce_rei
Автор

Halo aku baru aja sembuh dari TBC, lebih tepatnya diakibatkan oleh Efusi Pleura ( ada cairan di paru paru kanan) dah sudah disedot sebanyak 1, 2L, setelah itu minum obat dan rutin checkup ke rumah sakit, minum obat Selama 9 bulan, dari bulan Mei 2024 sampai 23 Januari 2025 kemarin aku dinyatakan sembuh 🤲 Alhamdulillah, dan TBC ada banyak macam ya, jaga kesehatan kalian, oiya btw saya bukan perokok, mungkin karena polusi udara

MedieSaputra
Автор

Ganasnya TBC juga tergantung usia, karena org tua sistem imunnya lemah jadi mudah untuk ditaklukan sama bakteri tb, dan juga jgn sampai putus minum obat biasanya antibiotik

rizkyanarchy
Автор

Tahun 2022 kena TBC waktu itu liat badan saya kurus kering ngeri banget liatnya alhamdullilah 6 bulan pengobatan bisa sembuh. Buat yang kena semangat minum obatnya

OsakanaDesu
Автор

Ngerinya TBC di negara berkembang salah satunya kesadaran akan penyakit TBC itu sendiri, orang-orang menganggap klo batuk-batuk mungkin penyakit musiman, jadi gak pergi periksa. Selama belom diobati bakter TBC akan menulari ke sekitarnya. Bayangin orang disekitar kena TBC karna gak sengaja lewat di dekat orang yang TBC.
Kunci mencegah TBC, pola hidup sehat, menggunakan masker ketika bepergian keluar, dan rajin mencuci tangan.

whatgame
Автор

Saya tahun lalu baru sembuh dari TBC gejalanya persis seperti yg ada di video. Tapi dengan arahan dan konsumsi obat rutin selama 6 bulan akhirnya saya sembuh total. Lebih bersyukur setelah menonton video ini, karena ternyata sebegitu mengancamnya TBC bagi manusia.

rekognisihilmaalrosyid
Автор

mau sedikit cerita, aku dan sekeluarga terkena TBC tahun 2 tahun lalu, kita jadi susah beraktivitas tapi untung nya kami sudah sembuh semua Puji Tuhan kami bisa beraktivitas sekolah dan bekerja❤

marthapardosi
Автор

Pernah TBC waktu awal SMK. Gejala awal batuk darah lalu dirawat inap 1 bulan full Desember 2015. Jalan aja harus pegangan tembok saking lemahnya fisik. Dikasih obat oleh dokter. Warnanya merah, tablet. Obatnya memengaruhi kencing banget karena warna air kencing jadi kuning ke-orenan atau kemerahan. Setelah selesai rawat inap, masih harus check-up 1 Minggu sekali. Pas masuk sekolah lagi, 1 Minggu setelahnya, langsung UTS. Di bulan awal tahun 2016, ane bener-bener nyamperin banyak guru karena untuk mengejar materi yg ketinggalan supaya nilai tidak kosong dan naik kelas. Alhamdulillah, sekitar 4 bulan, sembuh dan bisa beraktivitas normal, tenaga juga pulih dan juga naik kelas tentunya 😁
Memang benar kata orangtua/guru ya, "Kesehatan itu adalah harta tak ternilai". Yang sedang sakit kritis, jangan patah semangat. Jalankan pola hidup sehat sampai ajal menjemput serta banyak bersyukur jika sedang tidak sakit.

mfznal-hafidz
Автор

Saya sebagai pejuang TBC di tahun 2023 dan selamat sampai skrng, sangat bersyukur setelah melihat vidio ini.

Untuk teman-teman diluar sana yang sedang berjuang melawan penyakit ini, kalian harus semangat dan jangan sampai putus obat sekali pun. Agar jangka pemulihan dari penyakit ini lebih cepat

Bagi yang sudah sembuh, mulai lah hidup sehat agar terhindar dari penyakit yang sama atau yang berbeda yang akan menyerang tubuh kita.

iaceux
Автор

Saya sebelum kena TBC, badan lebih berisi. Setelah kena, langsung kurus kering tinggal tulang sama kulit. Untuk kembali ke bentuk badan yg semula sudah tidak mungkin, meski berusaha makan banyak. Terlebih 2x dapat diagnosa TBC (pertama paru-paru, kedua kelenjar getah bening).

Badan saya ternyata hanya bisa lebih berisi dengan latihan beban. Ini sedikit tips dari saya yg barangkali di antara survivor juga mengalami hal yg sama.

Dan semoga yg kini masih berjuang sembuh diberi kelancaran dan kekuatan dalam menghadapi penyakitnya, karena saya paham seberapa besar beban mental yg dialami pasien TBC dengan obatnya yg tidak boleh putus.

absolutelyneng
Автор

Aku pernah kena penyakit ini tahun 2023, jadi awalnya batuk gak berhenti hampir 2 bulan terus berat badan turun sampai 10kg sampai akhirnya agak susah bernafas agak sesak langsung dirawat inap di rumah sakit kurang lebih 10 hari setelah 10 hari itu dibolehin pulang dan rawat jalan, harus minum obat rutin tiap hari selama 6 bulan dan Alhamdulillah setelah melalui hari hari yg berat saya masih bisa kembali sehat.

Jgn patah semangat, minum obat dgn rutin dan ikuti apa kata dokter. InsyaAllah sembuh kok

lanz
join shbcf.ru