filmov
tv
Perwira Siliwangi Musuh Nomor Satu Pasukan PKI

Показать описание
Perwira Siliwangi Musuh Nomor Satu Pasukan PKI di Madiun
Ini dia Perwira Siliwangi yang Menghancurkan Pasukan PKI di Madiun. Seperti diketahui pada tahun 1948, kaum komunis menikam dari belakang pemerintah Indonesia yang saat itu sedang sibuk mengantisipasi serangan Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Maka, pemerintah di bawah Perdana Menteri Mohammad Hatta dan Presiden Soekarno pun bersikap tegas. Memutuskan untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun yang telah memproklamirkan pemerintahan di bawah kendali Front Demokrasi Rakyat (FDR). Mengutip buku, " Madiun dari Republik ke Republik," yang ditulis Letjen Purnawirawan Himawan Sutanto, Brigade Siliwangi II/KRU X di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sadikin, ditetapkan sebagai pasukan penyerang dan arah barat untuk merebut kembali Madiun dari tangan PKI. Kekuatan yang tersedia di Brigade pimpinan Letkol Sadikin, satuan organiknya ialah Batalyon yang dipimpin oleh Mayor Sambas Atmadinata, Umar Wirahadikusumah dan Sentot Iskandardinata. Juga diperkuat oleh Batalyon-Batalyon Siliwangi yang lain yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Daeng Mohamad, Achmad Wiranatakusumah dan Raden Achmad Nasuhi, dan satu Batalyon dari KPPS dipimpin oleh Mayor Sumadi.
Pada akhirnya, mimpi PKI mendirikan republik komunis di Madiun pun dapat dihancurkan. Karena pada tanggal 30 September 1948, pukul 16.45, Batalyon Kian Santang, pimpinan Mayor Sambas dari Brigade Letkol Sadikin berhasil masuk di Madiun, dua hari lebih cepat dari rencana.
Lalu siapa Letkol Sadikin, perwira Siliwangi yang menghancurkan pasukan PKI di Madiun? Berikut sekilas profilnya. Sadikin, Perwira Siliwangi penghancur mimpi PKI di Madiun, terakhir pensiun dari TNI dengan menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) atau jenderal bintang satu.
Sadikin merupakan perwira didikan PETA. Ketika awal kemerdekaan, saat Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Sadikin langsung bergerak. Ia mengundang bekas anggota PETA, Heiho, dan para pemuda untuk masuk jadi anggota BKR.
Bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sadikin pada tanggal 16 Agustus 1945 telah memproklamirkan terbentuknya tentara nasional. Ketika itu, Sadikin sudah mendengar berita takluknya Jepang kepada Sekutu.
Ketika itu, Sadikin yang tercatat sebagai Bintara PETA langsung mengumpulkan kawan-kawannya sesama anggota PETA. Ia minta tentara Jepang yang ada di markas PETA tetap dikantor. Selanjutnya, ia memimpin upacara pengibaran bendera merah putih.
Mengutip buku,"Bisikan Nurani Seorang Jenderal," yang ditulis Jenderal Abdul Haris Nasution, pada upacara apel Sadikin berpidato bahwa Indonesia sudah merdeka dan PETA atau Heiho jadi Tentara Nasional. Proklamasi tentara oleh Sadikin itu lantas disambut oleh Inspektur I Moehammad Jasin, komandan Polisi Istimewa yang langsung memproklamasikan Polisi Republik Indonesia di halaman markas Polisi Istimewa Jalan Coen Boelevard, Surabaya.
Kelak pada tahun 1948, pasukan Siliwangi yang dipimpin Sadikin jadi andalan dalam menghancurkan pasukan PKI di Madiun. Ketika itu, Brigade pasukan Siliwangi yang dipimpin Sadikin yang masih berpangkat Letkol ketika itu, sedang ada di Surakarta dalam rangka hijrah akibat perjanjian Renville yang diteken Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Amir Sjarifuddin sendiri setelah dilengserkan dari kursi kursi Perdana Menteri, bergabung dengan kaum komunis di Madiun.
Sadikin adalah perwira yang kenyang dengan berbagai pertempuran. Ia sudah merasakan desing peluru sejak zaman perang revolusi kemerdekaan. Sadikin pernah menjadi Komandan Resimen 6 Cikampek. Dia juga pernah menjadi Komandan Brigade 4 Divisi Siliwangi yang berkedudukan di Tasikmalaya Jawa Barat.
Lalu setelah itu diangkat menjadi Komandan Brigade 2 Divisi Siliwangi. Pasca perjanjian Renville, pasukan yang dipimpin Sadiki hijrah ke Jawa Tengah. Selama hijrah, pasukan Siliwangi yang dikomandani Sadikin ditempatkan di Surakarta.
Nah saat itulah meletus pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Gubernur Militer Surakarta Kolonel Gatot Subroto, pasukan Letkol Sadikin diperintahkan untuk merebut kembali Madiun dari tangan orang - orang komunis. Tugas itu bisa dilaksanakan dengan baik oleh Sadikin, hingga Madiun dapat direbut kembali.
Setelah itu karir Sadikin terus menanjak. Dia pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi Siliwangi. Sadikin menjadi Panglima Siliwangi dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1951. Lalu pada tahun 1951, Sadikin diangkat menjadi Panglima Tanjungpura. Ia memegang posisi Pangdam Tanjungpura sampai tahun 1956.
Kemudian setelah itu, Sadikin diangkat menjadi Inspektur Jenderal Teritorial dan perlawanan rakyat di markas besar Angkatan Darat. Ia terakhir pensiun dengan pangkat Brigjen atau jenderal bintang satu.
Usai pensiun dari TNI, Sadikin pernah menjadi Presiden Direktur PT Bank Internasional Indonesia (BII) di Jakarta dan ketua Badan Pembina Citra Siliwangi. Pada 1 Maret 1986, Sadikin meninggal dunia.
Ini dia Perwira Siliwangi yang Menghancurkan Pasukan PKI di Madiun. Seperti diketahui pada tahun 1948, kaum komunis menikam dari belakang pemerintah Indonesia yang saat itu sedang sibuk mengantisipasi serangan Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Maka, pemerintah di bawah Perdana Menteri Mohammad Hatta dan Presiden Soekarno pun bersikap tegas. Memutuskan untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun yang telah memproklamirkan pemerintahan di bawah kendali Front Demokrasi Rakyat (FDR). Mengutip buku, " Madiun dari Republik ke Republik," yang ditulis Letjen Purnawirawan Himawan Sutanto, Brigade Siliwangi II/KRU X di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sadikin, ditetapkan sebagai pasukan penyerang dan arah barat untuk merebut kembali Madiun dari tangan PKI. Kekuatan yang tersedia di Brigade pimpinan Letkol Sadikin, satuan organiknya ialah Batalyon yang dipimpin oleh Mayor Sambas Atmadinata, Umar Wirahadikusumah dan Sentot Iskandardinata. Juga diperkuat oleh Batalyon-Batalyon Siliwangi yang lain yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Daeng Mohamad, Achmad Wiranatakusumah dan Raden Achmad Nasuhi, dan satu Batalyon dari KPPS dipimpin oleh Mayor Sumadi.
Pada akhirnya, mimpi PKI mendirikan republik komunis di Madiun pun dapat dihancurkan. Karena pada tanggal 30 September 1948, pukul 16.45, Batalyon Kian Santang, pimpinan Mayor Sambas dari Brigade Letkol Sadikin berhasil masuk di Madiun, dua hari lebih cepat dari rencana.
Lalu siapa Letkol Sadikin, perwira Siliwangi yang menghancurkan pasukan PKI di Madiun? Berikut sekilas profilnya. Sadikin, Perwira Siliwangi penghancur mimpi PKI di Madiun, terakhir pensiun dari TNI dengan menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) atau jenderal bintang satu.
Sadikin merupakan perwira didikan PETA. Ketika awal kemerdekaan, saat Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Sadikin langsung bergerak. Ia mengundang bekas anggota PETA, Heiho, dan para pemuda untuk masuk jadi anggota BKR.
Bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sadikin pada tanggal 16 Agustus 1945 telah memproklamirkan terbentuknya tentara nasional. Ketika itu, Sadikin sudah mendengar berita takluknya Jepang kepada Sekutu.
Ketika itu, Sadikin yang tercatat sebagai Bintara PETA langsung mengumpulkan kawan-kawannya sesama anggota PETA. Ia minta tentara Jepang yang ada di markas PETA tetap dikantor. Selanjutnya, ia memimpin upacara pengibaran bendera merah putih.
Mengutip buku,"Bisikan Nurani Seorang Jenderal," yang ditulis Jenderal Abdul Haris Nasution, pada upacara apel Sadikin berpidato bahwa Indonesia sudah merdeka dan PETA atau Heiho jadi Tentara Nasional. Proklamasi tentara oleh Sadikin itu lantas disambut oleh Inspektur I Moehammad Jasin, komandan Polisi Istimewa yang langsung memproklamasikan Polisi Republik Indonesia di halaman markas Polisi Istimewa Jalan Coen Boelevard, Surabaya.
Kelak pada tahun 1948, pasukan Siliwangi yang dipimpin Sadikin jadi andalan dalam menghancurkan pasukan PKI di Madiun. Ketika itu, Brigade pasukan Siliwangi yang dipimpin Sadikin yang masih berpangkat Letkol ketika itu, sedang ada di Surakarta dalam rangka hijrah akibat perjanjian Renville yang diteken Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Amir Sjarifuddin sendiri setelah dilengserkan dari kursi kursi Perdana Menteri, bergabung dengan kaum komunis di Madiun.
Sadikin adalah perwira yang kenyang dengan berbagai pertempuran. Ia sudah merasakan desing peluru sejak zaman perang revolusi kemerdekaan. Sadikin pernah menjadi Komandan Resimen 6 Cikampek. Dia juga pernah menjadi Komandan Brigade 4 Divisi Siliwangi yang berkedudukan di Tasikmalaya Jawa Barat.
Lalu setelah itu diangkat menjadi Komandan Brigade 2 Divisi Siliwangi. Pasca perjanjian Renville, pasukan yang dipimpin Sadiki hijrah ke Jawa Tengah. Selama hijrah, pasukan Siliwangi yang dikomandani Sadikin ditempatkan di Surakarta.
Nah saat itulah meletus pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Gubernur Militer Surakarta Kolonel Gatot Subroto, pasukan Letkol Sadikin diperintahkan untuk merebut kembali Madiun dari tangan orang - orang komunis. Tugas itu bisa dilaksanakan dengan baik oleh Sadikin, hingga Madiun dapat direbut kembali.
Setelah itu karir Sadikin terus menanjak. Dia pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi Siliwangi. Sadikin menjadi Panglima Siliwangi dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1951. Lalu pada tahun 1951, Sadikin diangkat menjadi Panglima Tanjungpura. Ia memegang posisi Pangdam Tanjungpura sampai tahun 1956.
Kemudian setelah itu, Sadikin diangkat menjadi Inspektur Jenderal Teritorial dan perlawanan rakyat di markas besar Angkatan Darat. Ia terakhir pensiun dengan pangkat Brigjen atau jenderal bintang satu.
Usai pensiun dari TNI, Sadikin pernah menjadi Presiden Direktur PT Bank Internasional Indonesia (BII) di Jakarta dan ketua Badan Pembina Citra Siliwangi. Pada 1 Maret 1986, Sadikin meninggal dunia.
Комментарии