SEJARAH KERAJAAN BULELENG

preview_player
Показать описание
Sejarah Kerajaan Buleleng dimulai sejak pertengahan abad ke-17 Masehi. Kerajaan bercorak Hindu ini terletak di Bali bagian utara, tepatnya di Singaraja. Pendiri Kerajaan Buleleng bernama I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan.

Kerajan Buleleng berdiri ketika eksistensi Kerajaan Majapahit kian memudar. Selama berabad-abad Majapahit yang berpusat di Jawa bagian timur dikenal sebagai kemaharajaan besar, sebelum runtuh seiring munculnya Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.

Di seberang timur Jawa, berdirilah Buleleng bersama sejumlah kerajaan Hindu lainnya di Pulau Dewata. Amurwani Dwi dan kawan-kawan dalam Sejarah Indonesia (2014:141), mencatat, di Bali saat itu muncul beberapa kerajaan, termasuk Gelgel, Klungkung, Buleleng, dan lainnya.

Pendiri Kerajaan Buleleng
I Gusti Anglurah Panji Sakti atau yang bernama kecil I Gusti Gede Pasekan adalah seorang pangeran. Ia putra dari I Gusti Ngurah Jelantik, penguasa Kerajaan Gelgel yang bertakhta sejak tahun 1580 Masehi. Meskipun bertitel pangeran, Panji Sakti bukanlah putra mahkota karena ia bukan anak dari permaisuri. Ibunda Panji Sakti bernama Si Luh Pasek Gobleg, istri selir I Gusti Ngurah Jelantik.

Dikisahkan oleh Deni Prasetyo dalam buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara (2009), Panji Sakti berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia punya keistimewaan, termasuk disebut-sebut memiliki kekuatan supranatural. Kelebihan Panji Sakti membuat ayahnya khawatir. I Gusti Ngurah Jelantik cemas jika suatu saat anaknya dari istri selir itu akan menggeser posisi pewaris takhta yang telah ditunjuknya, yakni putra mahkota dari permaisuri.

Maka, ketika berusia 12 tahun, Panji Sakti diasingkan ke kampung halaman ibunya, yakni di Desa Panji, wilayah Den Bukit, Bali bagian utara. Di Den Bukit, Panji Sakti tumbuh sebagai sosok pemimpin muda yang cemerlang. Ia berhasil menyatukan wilayah-wilayah sekitar Den Bukit bahkan kemudian dinobatkan menjadi raja.

I Gusti Anglurah Panji Sakti mendirikan kerajaan pada 1660 yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Buleleng.

Sejarah Kerajaan Buleleng
Di bawah pimpinan I Gusti Anglurah Panji, Kerajaan Buleleng berkembang pesat dan langsung mencapai kejayaan di masa-masa awalnya. Kerajaan ini punya bandar dagang yang ramai karena letaknya dekat dengan pantai. Buleleng berperan sebagai penyalur pasokan hasil bumi dari para saudagar Bali ke daerah-daerah lain.

Dikutip dari buku I Gusti Anglurah Panji Sakti Raja Buleleng (1994) karya Soegianto Sastrodiwiryo, wilayah Kerajaan Buleleng bertambah luas setelah menaklukkan Blambangan (Banyuwangi) dan Pasuruan di Jawa bagian timur.

Kekuatan Kerajaan Buleleng perlahan melemah setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti meninggal dunia pada 1704. Tahun 1732, Buleleng takluk kepada Kerajaan Mengwi. Dua dekade kemudian, tahun 1752, Buleleng kembali menjadi negeri yang merdeka.

Namun, lagi-lagi Buleleng kalah perang tahun 1780 pada era kepemimpinan I Gusti Ngurah Jelantik (1757-1780). Pemimpin Wangsa Karangasem, I Gusti Pahang Canang, berhasil merebut wilayah Buleleng. Selama berada di bawah kekuasaan Wangsa Karangasem, keluarga istana Buleleng ternyata diberi posisi penting. Salah satunya adalah I Gusti Ketut Jelantik, pangeran Buleleng putra I Gusti Ngurah Jelantik.

Ketika Wangsa Karangasem dipimpin oleh I Gusti Made Karangasem (1825-1849), I Gusti Ketut Jelantik ditunjuk sebagai patih atau panglima perang. Pada 1846, 1848, dan 1849, wilayah Buleleng mendapat serangan dari Belanda. Menurut catatan Robert Pringle dalam A Short History of Bali (2004), I Gusti Ketut Jelantik memimpin perlawanan rakyat Buleleng terhadap kaum penjajah.

I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam rangkaian peperangan yang berakhir dengan puputan atau perang habis-habisan itu pada 1849. Sejak saat itu, wilayah Bali bagian utara, termasuk Karangasem dan Buleleng, dikuasai oleh Belanda.

Peninggalan Kerajaan Buleleng
Berdasarkan catatan Sugeng Riyanto dan kawan-kawan dalam “Studi Potensi Lansekap Sejarah untuk Pengembangan Wisata Sejarah di Kota Singaraja” yang termuat di jurnal Arsitektur Lansekap (vol.2, no.1, 2016), ada beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Buleleng, di antaranya adalah:

1. Perempatan Agung (Catus Patha)
Perempatan yang berlokasi di Jalan Mayor Metra, Veteran, dan Gajah Mada, Kota Singaraja. Konsep penataan ruang ini disebut tradisional khas Buleleng. Di sana terdapat pura, puri (pusat pemerintahan), pasar, dan lapangan terbuka.

#Sejarah #Bali #SejarahBali
======================================
Connect with us on website and social media :
======================================
Рекомендации по теме
Комментарии
Автор

WAALAIKUM SALAM RAHAYU SALAM BUDAYA KALIMANTAN SALAM SEHAT

dutabungsuborneo
Автор

Raja Gegel waktu itu, Dalem Sagening, ?

ketoetastawa
Автор

Orang tua angkt nya otu gusti jelantik neiau kedarma putra

oppobali
Автор

Saya kira tidak sesuai dg babad bali agung. Orang tua kandung panji sakti adalah dalem sagening (raja gelgel). Gusti jelantik adalah orang angkat.

srimertayastini
Автор

Benar orang tua aslinya dalem segening

oppobali