filmov
tv
Ukasyah, Kisah Sahabat Yang Ingin Mencambuk Rasulullah
Показать описание
Semua bermula setelah Surat An-Nashr diturunkan. Surat ini menandai wafat Rasulullah dalam waktu yang tidak lama setelah surat ini diturunkan. Demikian penafsiran Sahabat Ibnu Abbas, pakar tafsir di era sahabat. Tentang Surah An-Nashr ini, Jabir bin Abdillah dan Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa setelah surat ini turun, Rasulullah SAW berkata, “Wahai Jibril. Jiwaku sudah terasa lelah.” Jibril 'Alaihissalam mengatakan, “Akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia. Dan, pasti Tuhanmu akan memberikan (sesuatu) kepadamu dan kamu merasa ridha.”
Dikisahkan oleh Abdullah bin Abbas bahwa menjelang wafat Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Bilal diperintahkan oleh beliau untuk mengumandangkan adzan. Para sahabat pun datang berduyun-duyun ke Masjid Nabawi untuk memenuhi seruan azan, meski waktu shalat belum tiba. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid dan melaksanakan shalat sunah dua rakaat. Kemudian beliau naik ke atas mimbar untuk membacakan khutbah yang panjang. Dari atas mimbar beliau Shallallahu 'alaihi wasallam memuji Allah kemudian menyampaikan khutbah yang membuat hati bergetar dan air mata berderai tangis.
“Wahai kaum muslimin. Nabi macam apa aku ini bagi kalian?”
Para sahabat menjawab, “Semoga Allah memberikan balasan kebaikan sebab kenabianmu. Engkau bagi kami bagaikan ayah yang penyayang, saudara yang bijak dan baik hati. Engkau telah menyampaikan risalah Allah dan engkau telah mengajak ke jalan Tuhanmu dengan cara yang bijak dan dengan tutur kata yang santun. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang lebih besar dari balasan yang diterima oleh nabi lainnya.”
Nabi berkata, “Wahai kaum Muslimin. Demi Allah dan demi hakku atas kalian. Barang siapa yang pernah aku zalimi tanpa sepengetahuanku, berdirilah dan balaslah kezalimanku itu.”
Berulang-kali beliau mengucapkan sabda itu, akan tetapi tidak ada satu sahabat pun yang menanggapi. Siapa gerangan yang rela menuntut Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam? Seluruh sahabat diam terpaku hingga menangis terisak-isak menyaksikan ketulusan pemimpin mereka. Mereka tidak dapat membayangkan, betapa seorang pemimpin yang telah mengorbankan segala-galanya demi umat tiba-tiba ingin menegakkan keadilan terhadap dirinya sendiri yang sudah lemah.
Dalam suasana yang hening dan haru itu, tiba-tiba Ukasyah bin Mihshan berdiri sambil berkata, “Ya Rasulullah, aku yang akan mengajukan tuntutan kepada anda.” Mendengar kata-kata Ukasyah, para sahabat yang duduk di sekitar Baginda Nabi SAW kaget seakan-akan disambar petir menggelegar. Mereka geram, marah dan sangat keheranan oleh sikap Ukasyah yang tak terduga itu.
“Biarkan Ukasyah mengajukan tuntutannya kepadaku, “ kata Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam menenangkan hadirin. “Aku lebih bahagia apabila menunaikannya di dunia ini sebelum tiba Hari Kiamat kelak. Wahai Ukasyah, katakanlah apa yang pernah kulakukan terhadap dirimu sehingga engkau berhak membalasnya dariku.”
“Ya Rasulullah, peristiwa ini terjadi pada perang Badar,” kata Ukasyah. “Waktu itu untaku berada di samping unta anda. Aku turun dari untaku karena ingin menghampiri anda. Tiba-tiba anda mengangkat kayu pengendali unta anda dan kayu itu mengenai bagian tubuh belakangku. Aku tidak tahu apakah anda melakukan itu dengan sengaja atau hanya ingin mengendalikan unta anda.”
“Wahai Ukasyah, Rasulullah tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu dengan sengaja. Walau demikian engkau mempunyai hak untuk membalasnya,” sabda Baginda Nabi SAW. “Wahai Bilal, pergilah ke rumah Fatimah putriku dan ambil kayu itu di sana,” perintah beliau Shallallahu 'alaihi wasallam.
Bilal keluar dari masjid sambil menarik nafas panjang. Ia tidak tahu apa yang mesti dikatakannya kepada putri kesayangan Nabi, yang tentu akan terkejut apabila tahu bahwa ayahnya dituntut oleh salah seorang sahabatnya. Bukan menuntut harta, melainkan menuntut qishas dengan membalas pukulan ke tubuh Baginda Nabi SAW yang mulai sakit-sakitan.
#KisahIslami
#KisahSahabatNabi
#KisahNabi
#TintaMahabbah
Dikisahkan oleh Abdullah bin Abbas bahwa menjelang wafat Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Bilal diperintahkan oleh beliau untuk mengumandangkan adzan. Para sahabat pun datang berduyun-duyun ke Masjid Nabawi untuk memenuhi seruan azan, meski waktu shalat belum tiba. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid dan melaksanakan shalat sunah dua rakaat. Kemudian beliau naik ke atas mimbar untuk membacakan khutbah yang panjang. Dari atas mimbar beliau Shallallahu 'alaihi wasallam memuji Allah kemudian menyampaikan khutbah yang membuat hati bergetar dan air mata berderai tangis.
“Wahai kaum muslimin. Nabi macam apa aku ini bagi kalian?”
Para sahabat menjawab, “Semoga Allah memberikan balasan kebaikan sebab kenabianmu. Engkau bagi kami bagaikan ayah yang penyayang, saudara yang bijak dan baik hati. Engkau telah menyampaikan risalah Allah dan engkau telah mengajak ke jalan Tuhanmu dengan cara yang bijak dan dengan tutur kata yang santun. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang lebih besar dari balasan yang diterima oleh nabi lainnya.”
Nabi berkata, “Wahai kaum Muslimin. Demi Allah dan demi hakku atas kalian. Barang siapa yang pernah aku zalimi tanpa sepengetahuanku, berdirilah dan balaslah kezalimanku itu.”
Berulang-kali beliau mengucapkan sabda itu, akan tetapi tidak ada satu sahabat pun yang menanggapi. Siapa gerangan yang rela menuntut Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam? Seluruh sahabat diam terpaku hingga menangis terisak-isak menyaksikan ketulusan pemimpin mereka. Mereka tidak dapat membayangkan, betapa seorang pemimpin yang telah mengorbankan segala-galanya demi umat tiba-tiba ingin menegakkan keadilan terhadap dirinya sendiri yang sudah lemah.
Dalam suasana yang hening dan haru itu, tiba-tiba Ukasyah bin Mihshan berdiri sambil berkata, “Ya Rasulullah, aku yang akan mengajukan tuntutan kepada anda.” Mendengar kata-kata Ukasyah, para sahabat yang duduk di sekitar Baginda Nabi SAW kaget seakan-akan disambar petir menggelegar. Mereka geram, marah dan sangat keheranan oleh sikap Ukasyah yang tak terduga itu.
“Biarkan Ukasyah mengajukan tuntutannya kepadaku, “ kata Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam menenangkan hadirin. “Aku lebih bahagia apabila menunaikannya di dunia ini sebelum tiba Hari Kiamat kelak. Wahai Ukasyah, katakanlah apa yang pernah kulakukan terhadap dirimu sehingga engkau berhak membalasnya dariku.”
“Ya Rasulullah, peristiwa ini terjadi pada perang Badar,” kata Ukasyah. “Waktu itu untaku berada di samping unta anda. Aku turun dari untaku karena ingin menghampiri anda. Tiba-tiba anda mengangkat kayu pengendali unta anda dan kayu itu mengenai bagian tubuh belakangku. Aku tidak tahu apakah anda melakukan itu dengan sengaja atau hanya ingin mengendalikan unta anda.”
“Wahai Ukasyah, Rasulullah tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu dengan sengaja. Walau demikian engkau mempunyai hak untuk membalasnya,” sabda Baginda Nabi SAW. “Wahai Bilal, pergilah ke rumah Fatimah putriku dan ambil kayu itu di sana,” perintah beliau Shallallahu 'alaihi wasallam.
Bilal keluar dari masjid sambil menarik nafas panjang. Ia tidak tahu apa yang mesti dikatakannya kepada putri kesayangan Nabi, yang tentu akan terkejut apabila tahu bahwa ayahnya dituntut oleh salah seorang sahabatnya. Bukan menuntut harta, melainkan menuntut qishas dengan membalas pukulan ke tubuh Baginda Nabi SAW yang mulai sakit-sakitan.
#KisahIslami
#KisahSahabatNabi
#KisahNabi
#TintaMahabbah
Комментарии