filmov
tv
Setelah Lihat Letkol CPM Ini Jenderal Nasution Keluar dari Persembunyiannya
Показать описание
Setelah Lihat Letkol CPM Ini Jenderal Nasution Keluar dari Persembunyiannya
Setelah lihat sosok Letnan Kolonel (Letkol) CPM ini Jenderal Nasution keluar dari persembunyiannya, begitulah yang terjadi beberapa saat setelah gerombolan Gerakan 30 September yang coba menculiknya pergi pada dini hari 1 Oktober 1965. Jenderal Nasution yang dimaksud adalah Jenderal Abdul Haris Nasution, Menko Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata ketika itu.
Dikutip dari buku,"Pengkhianatan G30S PKI," yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto, setelah gerombolan tentara yang mencoba menculik dan membunuh Jenderal Nasution pergi, perkembangan lain masih terus terjadi di rumah Jenderal Nasution. Ketika itu, menurut Arswendo Atmowiloto dalam bukunya, sepeninggal konvoi dari Jenderal Umar Wirahadikusumah, datang lagi rombongan Cakrabirawa dan dari Angkatan Kepolisian Republik Indonesia.
Dengan berseragam Cakrabirawa, rombongan itu menanyakan keadaan dan di mana Jenderal Nasution. Tapi oleh penghuni rumah dikatakan tidak tahu.
Tidak lama setelah itu datang lagi rombongan lain. Rombongan adalah Letkol Ali Ebram, Kepala bagian intelijen Cakrabirawa dan beberapa anggotanya yang mengenakan pakain preman.
”Saya diperintah oleh Presiden menanyakan keselamatan Pak Nas” begitu kata Ali Ebram ketika bertanya kepada beberapa prajurit yang berjaga di rumah Jenderal Nasution.
"Kami tidak tahu di mana Pak Nas,"jawab mereka. Ali Ebram dan anak buahnya pun setelah itu berlalu. Tidak lama kemudian datang beberapa prajurit TNI dari CPM Guntur yang dipimpin oleh Letkol Hidayat Wirasonjaya. Letkol Hidayat Wirasonjaya tak lain adalah anak buah langsung Jenderal Nasution di Kantor Staf Angkatan Bersenjata. Letkol Hidayat adalah Komandan Detasemen Markas Staf Angkatan Bersenjata.
Dari persembunyian, dari balik drum di pekarangan Kedutaan Irak, Jenderal Nasution melihat sosok Letkol Hidayat Wirasonjaya yang sedang mencarinya. Kali ini, setelah melihat anak buahnya langsung yang datang, Jenderal Nasution keluar dari persembunyiannya. Jenderal senior TNI itu pun keluar dari balik tembok menemui Letkol Hidayat.
Melihat atasannya masih hidup, Letkol Hidayat Wirasonjaya segera menyusun strategi untuk menyelamatkannya. Bersama dengan Mayor Sumargono salah satu Ajudan Jenderal Nasution, Letkol Hidayat membawa Menko Hankam itu ke tempat yang lebih aman. Ikut membawa Jenderal Nasution, iparnya yang bernama Bob Sunaryo Gondokusumo.
Jenderal Nasution pun dimasukan Letkol Hidayat, Mayor Sumargono, Bob Sunaryo ke dalam mobil. Karena situasi masih belum jelas siapa kawan dan lawan, Jenderal Nasution diminta untuk tiarap di lantai mobil di bagian belakang.
Mobil pun bergerak ke arah Tanah Abang, menuju ke sebuah rumah tak jauh dari markas Staf Angkatan Bersenjata. Menurut Arswendo Atmowiloto, hal itu dilakukan Letkol Hidayat karena di sekitar tempat kejadian masih banyak orang-orang berpakaian preman yang memata-matai. Tak ada yang mengetahui ke jurusan mana mobil itu pergi, ke bagian mana di Tanah Abang.
Sejarah pun mencatat, dari tempat persembunyiannya yang baru di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari markas Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Nasution mengeluarkan instruksi - instruksi penting untuk Pangkostrad Mayjen Soeharto yang disampaikan Letkol Hidayat Wirasonjaya yang mondar-mandir dari rumah persembunyian ke Markas Kostrad. Letkol Hidayat pun jadi kurir khusus Jenderal Nasution untuk mengkonsolidasikan kekuatan Angkatan Darat yang masih setia dengannya sampai akhirnya pada petang hari setelah Magrib, sang jenderal bergabung ke Markas Kostrad. Sejak saat itulah, operasi penumpasan tak lagi ragu untuk dilancarkan.
Setelah lihat sosok Letnan Kolonel (Letkol) CPM ini Jenderal Nasution keluar dari persembunyiannya, begitulah yang terjadi beberapa saat setelah gerombolan Gerakan 30 September yang coba menculiknya pergi pada dini hari 1 Oktober 1965. Jenderal Nasution yang dimaksud adalah Jenderal Abdul Haris Nasution, Menko Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata ketika itu.
Dikutip dari buku,"Pengkhianatan G30S PKI," yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto, setelah gerombolan tentara yang mencoba menculik dan membunuh Jenderal Nasution pergi, perkembangan lain masih terus terjadi di rumah Jenderal Nasution. Ketika itu, menurut Arswendo Atmowiloto dalam bukunya, sepeninggal konvoi dari Jenderal Umar Wirahadikusumah, datang lagi rombongan Cakrabirawa dan dari Angkatan Kepolisian Republik Indonesia.
Dengan berseragam Cakrabirawa, rombongan itu menanyakan keadaan dan di mana Jenderal Nasution. Tapi oleh penghuni rumah dikatakan tidak tahu.
Tidak lama setelah itu datang lagi rombongan lain. Rombongan adalah Letkol Ali Ebram, Kepala bagian intelijen Cakrabirawa dan beberapa anggotanya yang mengenakan pakain preman.
”Saya diperintah oleh Presiden menanyakan keselamatan Pak Nas” begitu kata Ali Ebram ketika bertanya kepada beberapa prajurit yang berjaga di rumah Jenderal Nasution.
"Kami tidak tahu di mana Pak Nas,"jawab mereka. Ali Ebram dan anak buahnya pun setelah itu berlalu. Tidak lama kemudian datang beberapa prajurit TNI dari CPM Guntur yang dipimpin oleh Letkol Hidayat Wirasonjaya. Letkol Hidayat Wirasonjaya tak lain adalah anak buah langsung Jenderal Nasution di Kantor Staf Angkatan Bersenjata. Letkol Hidayat adalah Komandan Detasemen Markas Staf Angkatan Bersenjata.
Dari persembunyian, dari balik drum di pekarangan Kedutaan Irak, Jenderal Nasution melihat sosok Letkol Hidayat Wirasonjaya yang sedang mencarinya. Kali ini, setelah melihat anak buahnya langsung yang datang, Jenderal Nasution keluar dari persembunyiannya. Jenderal senior TNI itu pun keluar dari balik tembok menemui Letkol Hidayat.
Melihat atasannya masih hidup, Letkol Hidayat Wirasonjaya segera menyusun strategi untuk menyelamatkannya. Bersama dengan Mayor Sumargono salah satu Ajudan Jenderal Nasution, Letkol Hidayat membawa Menko Hankam itu ke tempat yang lebih aman. Ikut membawa Jenderal Nasution, iparnya yang bernama Bob Sunaryo Gondokusumo.
Jenderal Nasution pun dimasukan Letkol Hidayat, Mayor Sumargono, Bob Sunaryo ke dalam mobil. Karena situasi masih belum jelas siapa kawan dan lawan, Jenderal Nasution diminta untuk tiarap di lantai mobil di bagian belakang.
Mobil pun bergerak ke arah Tanah Abang, menuju ke sebuah rumah tak jauh dari markas Staf Angkatan Bersenjata. Menurut Arswendo Atmowiloto, hal itu dilakukan Letkol Hidayat karena di sekitar tempat kejadian masih banyak orang-orang berpakaian preman yang memata-matai. Tak ada yang mengetahui ke jurusan mana mobil itu pergi, ke bagian mana di Tanah Abang.
Sejarah pun mencatat, dari tempat persembunyiannya yang baru di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari markas Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Nasution mengeluarkan instruksi - instruksi penting untuk Pangkostrad Mayjen Soeharto yang disampaikan Letkol Hidayat Wirasonjaya yang mondar-mandir dari rumah persembunyian ke Markas Kostrad. Letkol Hidayat pun jadi kurir khusus Jenderal Nasution untuk mengkonsolidasikan kekuatan Angkatan Darat yang masih setia dengannya sampai akhirnya pada petang hari setelah Magrib, sang jenderal bergabung ke Markas Kostrad. Sejak saat itulah, operasi penumpasan tak lagi ragu untuk dilancarkan.
Комментарии