filmov
tv
Tutorial Menangkap Pencuri || Rasidsidik727 #berita terkini

Показать описание
Tutorial Nangkap Maling
jadi saat kakak ini dijalan tiba_tiba ada copet ya gaeesss lalu hp kakak ini diambil oleh si copetnya lalu kakak ini mencoba menipu ai pencopetnya dengan mengatakan i love you lalu copetnya berhenti sebab mendengarkan perkataan kakaknya lalu si copet ini membalasnya dengan bilang i love you to dan si pencopet ini menyamperin kakaknya siapa sangka si copet ini cuma kena tipuan sikakak nya saja!!!
video ini mengandung kata kunci:
pangkalpinang, maling motor apes, maling motor, maling motor panik, maling hp ketangkep, aksi anak lawan maling, maling motor lucu, maling apes, maling gagal total, maling kocar kacir, maling viral, maling panik, maling, maling komedi, maling tutup gorong-gorong, maling motor kepergok, maling kepergok, bangkapos, maling motor terbaru 2022, maling motor terbaru 2023, ibu ibu maling di alfamart, maling hasil panen, majalengka, maling motor ditebas waega
#shortsvideo #reelshorts #reels #feedshorts #feed #trend #trendingvideo #viralvideo #beritaterkini #fyp #forpage #foryou #maling #tutorial #trik
Kami mencoba menebak, barangkali pencuri itu datang dari kota. Akhir-akhir ini kami sering mendengar cerita tentang pencurian yang sedang marak di kota. “Ya, bisa saja. Orang kota memang pintar. Bukan hanya siasat yang mereka gunakan untuk mencuri, tetapi cara mereka menyembunyikan hasil curian, dan bagaimana supaya bisa terbebas dari hukuman. Lebih mudah memburu celeng ketimbang memburu orang seperti mereka,” kata seorang pemburu yang kebetulan tengah melintas pulang, bersama rekannya menggotong seekor celeng.
Esok hari, kami berduyun-duyun melapor ke kantor keamanan di kota kecamatan. Tapi para petugas di sana tidak memberikan kepastian kapan pencuri-pencuri itu bisa ditangkap. Kami pun buru-buru pergi dari kantor itu, melangkah dengan percakapan yang lebih banyak berisi makian. Ketika salah seorang di antara kami mengeluarkan prasangka bahwa mungkin para polisilah pencurinya, kami menghentikan langkah sejenak. Polisi? Mungkin saja. Tetapi mungkin juga orang yang mengatakan bahwa polisilah pencurinya itu yang sebenarnya adalah pencurinya, siapa sangka.
Selama pencuri itu belum tertangkap, selama itu pula pikiran kami liar menebak-nebak. Maka, warga yang tidak memiliki kebun yang tadinya tidak menyimpan cemas karena tidak memikirkan akan kemalingan, kini turut gelisah dan susah tidur karena mereka sering diawas-awasi, dicurigai, dan tidak bebas lagi memetiki apel-apel milik tetangga.Lihatlah! Orang itu terus berlari. Dan akan terus berlari sampai kehabisan tenaganya. Tidak lain karena ia telah mencuri apel di kebunku ini,” terang Kepala Kampung dengan dada membusung. “Itu hukuman yang pantas bagi seorang pencuri,” sambungnya, sembari menunjuk lelaki tua yang masih berlari dan sesekali terjatuh tetapi kembali bangkit dan berlari.
Kami yang mendengar keterangan itu hanya terbengong. Kami mengenal lelaki tua yang dikatakan sebagai pencuri itu. Ia memang kerap memetiki apel kami tanpa izin, sebab ia sendiri tidak memiliki pohon apel. Tetapi biasanya, ia memetik apel hanya untuk dimakan di tempat, sebagai pengganjal perut lapar, bukan untuk dijual.
“Ya, mungkin bukan dia pencuri sesungguhnya. Barangkali memang, dia hanya mencuri sebiji saja sebagaimana sudah menjadi kebiasaannya. Tetapi saudara harus tahu, mulai detik ini kita tidak perlu cemas lagi. Aku sudah punya cara ampuh untuk menjerat para pencuri.”
Ucapan itu seperti nyala api yang menghangatkan jiwa-jiwa kami.
***
Malam itu kami berkumpul. Dibimbing Kepala Kampung yang mengaku telah menemukan cara ampuh untuk menjerat pencuri, kami merapal mantra-mantra. Mantra-mantra yang asing, yang seketika membuat bulu kuduk kami berdiri. Kami tidak peduli dari mana Kepala Kampung mendapat mantra-mantra itu. Di kampung kami, Kepala Kampung adalah orang yang berusia paling tua. Mungkin saja ia mendapatkan ilmu itu dari para moyang kami dulu dan baru sempat ia turunkan kepada kami. Entahlah, kami hanya ingin kebun-kebun kami aman, dan untuk itu kami bersedia melakukan apapun yang diperintahkan Kepala Kampung.
Usai merapal mantra-mantra, kami diberi potongan-potongan kain segi empat yang sudah ditulisi rajah.
“Tanam kain-kain itu persis di tengah-tengah kebun kalian!” ujar Kepala Kampung terdengar seperti suara seorang dukun. “Siapa pun orang yang berani mencuri apel-apel kita, maka akan bernasib sama seperti Pak Tua yang kalian lihat pagi tadi.”
Demikianlah, kami tidak sabar lagi menunggu ada pencuri yang terjerat perangkap yang kami pasang. Kami merindukan menyaksikan pencuri berlari-lari mengitari kebun kami seperti hukuman yang dijalani Pak Tua di kebun Kepala Kampung.
jadi saat kakak ini dijalan tiba_tiba ada copet ya gaeesss lalu hp kakak ini diambil oleh si copetnya lalu kakak ini mencoba menipu ai pencopetnya dengan mengatakan i love you lalu copetnya berhenti sebab mendengarkan perkataan kakaknya lalu si copet ini membalasnya dengan bilang i love you to dan si pencopet ini menyamperin kakaknya siapa sangka si copet ini cuma kena tipuan sikakak nya saja!!!
video ini mengandung kata kunci:
pangkalpinang, maling motor apes, maling motor, maling motor panik, maling hp ketangkep, aksi anak lawan maling, maling motor lucu, maling apes, maling gagal total, maling kocar kacir, maling viral, maling panik, maling, maling komedi, maling tutup gorong-gorong, maling motor kepergok, maling kepergok, bangkapos, maling motor terbaru 2022, maling motor terbaru 2023, ibu ibu maling di alfamart, maling hasil panen, majalengka, maling motor ditebas waega
#shortsvideo #reelshorts #reels #feedshorts #feed #trend #trendingvideo #viralvideo #beritaterkini #fyp #forpage #foryou #maling #tutorial #trik
Kami mencoba menebak, barangkali pencuri itu datang dari kota. Akhir-akhir ini kami sering mendengar cerita tentang pencurian yang sedang marak di kota. “Ya, bisa saja. Orang kota memang pintar. Bukan hanya siasat yang mereka gunakan untuk mencuri, tetapi cara mereka menyembunyikan hasil curian, dan bagaimana supaya bisa terbebas dari hukuman. Lebih mudah memburu celeng ketimbang memburu orang seperti mereka,” kata seorang pemburu yang kebetulan tengah melintas pulang, bersama rekannya menggotong seekor celeng.
Esok hari, kami berduyun-duyun melapor ke kantor keamanan di kota kecamatan. Tapi para petugas di sana tidak memberikan kepastian kapan pencuri-pencuri itu bisa ditangkap. Kami pun buru-buru pergi dari kantor itu, melangkah dengan percakapan yang lebih banyak berisi makian. Ketika salah seorang di antara kami mengeluarkan prasangka bahwa mungkin para polisilah pencurinya, kami menghentikan langkah sejenak. Polisi? Mungkin saja. Tetapi mungkin juga orang yang mengatakan bahwa polisilah pencurinya itu yang sebenarnya adalah pencurinya, siapa sangka.
Selama pencuri itu belum tertangkap, selama itu pula pikiran kami liar menebak-nebak. Maka, warga yang tidak memiliki kebun yang tadinya tidak menyimpan cemas karena tidak memikirkan akan kemalingan, kini turut gelisah dan susah tidur karena mereka sering diawas-awasi, dicurigai, dan tidak bebas lagi memetiki apel-apel milik tetangga.Lihatlah! Orang itu terus berlari. Dan akan terus berlari sampai kehabisan tenaganya. Tidak lain karena ia telah mencuri apel di kebunku ini,” terang Kepala Kampung dengan dada membusung. “Itu hukuman yang pantas bagi seorang pencuri,” sambungnya, sembari menunjuk lelaki tua yang masih berlari dan sesekali terjatuh tetapi kembali bangkit dan berlari.
Kami yang mendengar keterangan itu hanya terbengong. Kami mengenal lelaki tua yang dikatakan sebagai pencuri itu. Ia memang kerap memetiki apel kami tanpa izin, sebab ia sendiri tidak memiliki pohon apel. Tetapi biasanya, ia memetik apel hanya untuk dimakan di tempat, sebagai pengganjal perut lapar, bukan untuk dijual.
“Ya, mungkin bukan dia pencuri sesungguhnya. Barangkali memang, dia hanya mencuri sebiji saja sebagaimana sudah menjadi kebiasaannya. Tetapi saudara harus tahu, mulai detik ini kita tidak perlu cemas lagi. Aku sudah punya cara ampuh untuk menjerat para pencuri.”
Ucapan itu seperti nyala api yang menghangatkan jiwa-jiwa kami.
***
Malam itu kami berkumpul. Dibimbing Kepala Kampung yang mengaku telah menemukan cara ampuh untuk menjerat pencuri, kami merapal mantra-mantra. Mantra-mantra yang asing, yang seketika membuat bulu kuduk kami berdiri. Kami tidak peduli dari mana Kepala Kampung mendapat mantra-mantra itu. Di kampung kami, Kepala Kampung adalah orang yang berusia paling tua. Mungkin saja ia mendapatkan ilmu itu dari para moyang kami dulu dan baru sempat ia turunkan kepada kami. Entahlah, kami hanya ingin kebun-kebun kami aman, dan untuk itu kami bersedia melakukan apapun yang diperintahkan Kepala Kampung.
Usai merapal mantra-mantra, kami diberi potongan-potongan kain segi empat yang sudah ditulisi rajah.
“Tanam kain-kain itu persis di tengah-tengah kebun kalian!” ujar Kepala Kampung terdengar seperti suara seorang dukun. “Siapa pun orang yang berani mencuri apel-apel kita, maka akan bernasib sama seperti Pak Tua yang kalian lihat pagi tadi.”
Demikianlah, kami tidak sabar lagi menunggu ada pencuri yang terjerat perangkap yang kami pasang. Kami merindukan menyaksikan pencuri berlari-lari mengitari kebun kami seperti hukuman yang dijalani Pak Tua di kebun Kepala Kampung.