Hotel di Cilandak Timur Dijadikan Sebagai Tempat Prostitusi Online, Kini Diperiksa Kepolisian

preview_player
Показать описание
TRIBUN-VIDEO.COM - Hotel di Jalan Jaha, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dijadikan sebagai tempat prostitusi online oleh lima muncikari.

Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Harun mengatakan, pihak hotel mengetahui adanya praktik prostitusi tersebut.

"Dari pihak hotel pun mengetahui adanya kejadian ini (prostitusi online)," kata Harun saat merilis kasus ini di Polres Metro Jakarta Selatan, Jumat (23/9/2022).

Pihak hotel juga diduga memperoleh keuntungan dari prostitusi online yang dijalankan para muncikari.

Pasalnya, pihak hotel menaikkan tarif sewa kamar yang ditempati para muncikari dan korban.

"Dia (muncikari) menyewa sehari Rp 300 ribu, padahal secara umumnya untuk persewaan hotel ini per harinya Rp 250 ribu. Jadi ada charge Rp 50 ribu (per kamar)," ungkap Harun.

Penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan telah memeriksa pengelola hotel tersebut guna mengetahui sejauh mana keterlibatan mereka.

"Ya pihak hotel sudah dimintai keterangan dan kejadian-kejadian tersebut nantinya kita akan kembangkan ke arah sana. Kita juga bersama KPAI," ucap Harun.

Kasus prostitusi online ini terbongkar pada Kamis (22/9/2022) dini hari setelah polisi menerima laporan dari masyarakat tentang adanya prostitusi di hotel tersebut.

Saat penggerebekan di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menangkap lima orang yang berperan sebagai muncikari.

Mereka adalah MH, AM, MRS, dan RD. Sedangkan satu muncikari lainnya adalah anak di bawah umur.

Mereka menjual enam perempuan yang lima di antaranya merupakan ABG. Tarif yang dipatok muncikari sebesar Rp 800 ribu.

"Penawarannya kurang lebih Rp 800 ribu sekali main dengan penyampaiannya open BO," kata Harun.

Namun, berdasarkan pengakuan muncikari, Harun menyebut beberapa pria hidung belang kerap menawar hingga Rp 300 ribu.

"Ada juga beberapa pelanggan yang menawar sampai Rp 300 ribu. Jadi kisaran Rp 300-800 ribu," ujar dia.

Uang pembayaran itu kemudian dibagi rata oleh muncikari dan korban.

Mereka menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan sehari-hari dan membayar sewa kamar hotel sebesar Rp 300 ribu per hari.

"Jadi mereka semua tinggal di hotel itu, ada 6 kamar yang disewa. Selama dua bulan mereka tinggal di situ," ungkap Harun.

Setiap harinya, jelas Harun, masing-masing dari enam korban tersebut harus melayani dua hingga tiga pria hidung belang.

"Jadi setiap harinya kurang lebihnya dua sampai tiga kali dalam sehari pelanggan yang bisa didapatkan oleh satu orang korban. Tetapi kadang juga itu paling banyak tiga kali," ungkap mantan Kapolres Bogor itu.

Ia pun mengungkap modus muncikari untuk merekrut ABG perempuan menjadi pekerja seks komersial (PSK).

AKBP Harun mengatakan, muncikari mencari ABG perempuan yang memiliki keluarga tidak harmonis.

"Jadi memang ini menarik, dari korban pun rata-rata anak yang broken home yang tidak ada perhatian dari orang tua," kata Harun.

Setelahnya, lanjut Harun, pelaku kemudian mendekati korban hingga akhirnya menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.

"Ada juga yang punya hubungan yaitu selayaknya pacar antara korban dan tersangka," ungkap dia.

Ketika sudah merasa memiliki korban, baru lah pelaku memberanikan diri untuk menjualnya kepada pria hidung belang secara online lewat aplikasi MiChat.

Lima muncikari yang ditangkap kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dijerat Pasal 45 ayat 1 Junto Pasal 27 ayat 1 UU Nomor 19 tahun 2016 tentang ITE.

"Dan juga kita lapis dengan Pasal 76 huruf i Junto Pasal 88 UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan juga kita lapisi dengan Pasal 2 ayat 1 UU 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dan juga kita lapis dengan Pasal 296 KUHP dan juga Pasal 506 KUHP," terang Harun.

Berdasarkan pasal-pasal yang disangkakan, lima muncikari itu terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Рекомендации по теме